Part 8 : Bad Luck

3.8K 271 0
                                    

Keenan

"Ngebut dikit, ya, Pak," ujarku pada si sopir taksi online

Pria itu hanya mengangguk tanpa bisa menambah kecepatan mobilnya sedikitpun karena kemacetan diluar sana tak mengenal ampun.

Tidak ada hal lain yang bisa ku lakukan selain menunggu dan aku tidak suka berada di situasi seperti ini. Aku menghela nafas berat sambil menyandarkan punggung di jok mobil. 

Badanku rasanya mau rontok.

Setelah pendaratan darurat akibat engine failure kemarin, penerbangan pengganti hari ini juga tak berjalan semulus harapanku. Gara-gara traffic yang begitu padat, jadwal penerbanganku terpaksa delay selama hampir dua jam. Meskipun sudah sering berhadapan dengan delay, aku masih belum bisa berdamai dengannya.

Begitu mendarat di Jakarta, aku langsung diberitahu untuk segera menjalani pemeriksaan administratif. Setelah berjam-jam diperiksa, akhirnya mereka memutuskan bahwa aku bersalah atas insiden kegagalan mesin kemarin karena telah lalai dalam memeriksa kesiapan instrumen di pesawat sebelum terbang. Alhasil, aku mendapatkan skors tiga kali penerbangan sebagai hukuman.

Seolah belum cukup, satu lagi hal buruk menyapaku. Rumah kosong begitu aku sampai disana. Awalnya, aku mengira mama dan adikku pergi belanja keluar. Tapi, setelah ponselku aktif kembali, barulah pesan dari adikku yang mengabarkan bahwa kondisi mama memburuk dan harus dilarikan ke rumah sakit itu ku terima, karena itulah kini aku harus terjebak ditengah kemacetan yang tak kenal belas kasihan.

***

"Mama gimana?" tanyaku pada Lily, adikku yang sedang terduduk lesu di depan kamar rawat

"Tadi udah di kasih pertolongan pertama sama dokter dan sekarang mama lagi tidur," jawabnya

Lily menelitiku dari atas ke bawah dengan ekspresi bersalah, "Aku bikin mas panik, ya?"

Aku tersenyum lalu membawanya kedalam pelukanku, "Engga kok, engga apa-apa"

"Enggak apanya? Itu buktinya masih pake seragam. I'm so sorry," ia membantah

"Harusnya mas yang minta maaf ke kamu. Gara-gara mas telat pulang kamu jadi harus kerepotan bawa mama kesini sendirian"

"Aku engga kerepotan dan engga masalah mas telat pulang, yang penting mas bisa pulang dengan selamat," lirihnya

Jika ada orang yang paling mengkhawatirkan pekerjaanku, maka orang itu adalah mama dan adikku sendiri.

"Mas akan selalu pulang buat kamu sama mama," ujarku meski sejujurnya tidak terlalu yakin

Lily melepaskan pelukanku, "Aku engga berani bikin keputusan sendiri, makanya tadi aku suruh dokter buat nunggu mas datang"

"Terus, sekarang mana dokternya?" tanyaku

"Dokternya lagi ada operasi, engga tahu kapan selesainya" jawab Lily

***

Kirana

Aku meregangkan otot begitu kembali ke ruang kerjaku. Rasanya tubuhku mau remuk setelah melakukan operasi transplantasi jantung yang memakan waktu sembilan jam lamanya. 

Tapi, pekerjaanku belum selesai. Setelah ini, aku harus melakukan controlling untuk mengecek perkembangan kondisi pasien. Aku memgambil jas putih kebanggaanku dan memakainya, bersiap untuk melakukan tugas yang sudah menanti.

"Let's break a leg, Rana!"

***

"Beliau pasien yang baru masuk tadi pagi, kan?" tanyaku pada suster di sebelahku

"Iya, dok. Tadi anak laki-lakinya juga sudah datang," jawab sang suster

Aku mengangguk mengerti sambil membaca catatan kesehatannya. Wanita ini adalah pasien terakhir yang harus aku periksa kondisinya hari ini dan setelah itu aku punya waktu untuk mengerjakan proposalku.

Ketika memasuki ruang rawat, aku hanya melihat seorang perempuan muda tertidur di samping ranjang tempat ibunya berbaring.

Kondisi pasien itu cukup stabil untuk saat ini, tapi kondisi aortanya bukan sesuatu yang bisa dianggap baik dan dapat dibiarkan lebih lama lagi. Pasien ini harus segera dioperasi.

Tapi, aku butuh persetujuan dari keluarga pasien sebagai walinya. Sayangnya, perempuan ini tidak berani membuat keputusan dan justru memintaku untuk menunggu kakak laki-lakinya datang.

"Kalau anak laki-lakinya sudah kembali beritahu dia untuk segera menemuiku"

"Baik, dok"

Baru saja akan keluar, pintu kamar rawat ini tiba-tiba terbuka dan menampakkan sosok seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan seragam pilot yang membuatnya nampak semakin gagah.

"Kapten?"

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now