Part 25: Blind Date

2.9K 183 14
                                    

Kirana

"Kirana?"

Aku mengalihkan pandangan dari buku yang sedang ku baca kearah sumber suara. Seorang pria dengan kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga siku dan celana bahan hitam berdiri didepanku. He's 9/10.

Aku tersenyum dan menyapanya, "Arkana, right?"

Pria itu tersenyum menampilkan lesung pipinya yang menawan sambil mengulurkan tangannya, "Arka aja"

"Fine, Arka," aku menerima jabatan tangannya

Ralat, 9.2/10. Nilai plus untuk lesung pipinya.

"Maaf, ya, kamu jadi nunggu lama. Ada sedikit pekerjaan tambahan dari kantor," katanya

"Nope, cuma 15 menit. Lagipula saya bisa sambil baca buku juga, jadi enggak berasa nunggu lama," balasku

Arka melirik kearah buku yang sedang ku baca, "Ternyata dokter suka baca novel juga ya"

"Dokter juga butuh hiburan, bisa gila kalau setiap hari yang dilihat cuma pembuluh darah," balasku membuat Arka tertawa

Arkana Hadi Kusumo, jaksa tampan dihadapanku ini adalah satu-satunya partner blind date rekomendasi Miranda yang aku temui setelah sebelumnya selalu mangkir di acara blind date rancangannya. Miranda mengenal Arka dari Axel, calon tunangannya yang seorang pengacara.

"Yang ini gue yakin selera lo banget. He's a perfect catch, enggak kalah sama Keenan. Apalagi Rico, beuh.. jauh! Gue jamin, deh. Makanya jangan sia-siain kesempatannya, kali ini saingan lo petinggi-petinggi kejaksaan yang mau jadiin Arka menantu mereka"

Mengingat Miranda yang berapi-api mempromosikan Arka beberapa hari lalu membuatku terkekeh kecil. Sambil mendengarkan cerita Arka mengenai hobinya melakukan scuba diving, aku meneliti kembali pria di hadapanku ini. Sepertinya Miranda benar, he seems like a perfect catch.

"Baru kali ini loh saya nge-date di book cafe, soalnya biasanya perempuan tuh mintanya ke mall. Shopping, dinner, nonton, pulang," ujar Arka diselingi tawa kecil di akhir kalimatnya

"Good then, kamu jadi punya pengalaman baru," balasku yang mendapat anggukan setuju dari pria itu

"But, why book cafe tho?" tanya Arka

"Simply because it's comfortable. Suasana disini tenang, enggak berisik kayak di mall jadi lebih enak buat kita ngobrol. Rasa makanan disini juga enak dan menunya banyak. Karena kita nge-date pulang kerja, saya pikir tempat ini cocok buat sekalian relaksasi," jawabku

Obrolan kami terus berlanjut sambil menikmati makanan masing-masing. Arka punya pembawaan yang santai dan ramah sehingga membuatku betah mengobrol panjang lebar dengannya. Kami saling berbagi cerita mengenai pekerjaan, hobi, dan kuliner. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala ketika Arka menceritakan rupa-rupa permasalahan umat manusia yang berakhir di meja hijau dan menertawakannya yang dengan semangat 45 memberikan review terhadap makanan-makanan yang pernah dicobanya bak seorang kritikus makanan profesional. Begitupun dengan Arka yang bergidik ngilu mendengarkan bagaimana aku membedah tubuh pasien ketika melakukan operasi dan memberikanku banyak rekomendasi resep makanan yang bisa aku coba.

°•°

Makanan kami sudah tandas sejak dua jam yang lalu dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Kami pun memutuskan untuk mencari tempat kencan lain mengingat cafe ini sebentar lagi akan tutup.

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now