Part 2 : Catching the Random Man

5.4K 297 5
                                    

"Jadi, kapan lo mau mulai nyari si random man?" seloroh Shecyl saat aku baru saja duduk di depannya

Aku mendelik, "Baru duduk udah ditanyain begitu. Bukannya ngasih kado malah bikin pusing, teman macam apa lo?"

Lyra tertawa, "Bukannya mau bikin lo pusing, kita cuma ngingetin sama sumpah yang udah lo bikin sendiri biar engga kena karma"

"Lyra bener. Kalo urusan kado sih lo engga usah khawatir. Udah kita siapin," timpal Shecyl

"By the way, tadi Rico ngucapin selamat ulang tahun ke gue," ujarku yang langsung membuat Shecyl dan Lyra menatapku tidak percaya

"And she said, "Boleh engga sih random man-nya Rico aja"," sahut Miranda

"Gila! Itu laki orang mau lo embat?" sekali lagi Shecyl menatapku tidak percaya

"Kayanya gue harus bawa lo ke senior gue di bedah syaraf deh, biar dia benerin apa yang salah di otak lo," sahut Lyra

"Saran gue sih, lo emang harus nyari laki-laki lain biar bisa move on dari Rico," ujar Shecyl

Ucapan Shecyl benar, sayangnya aku tidak tahu bagaimana caranya menemukan laki-laki yang bisa membuatku move on darinya.


Di satu sisi aku bukan tipe perempuan yang mau mendekati lebih dulu, jadi opsi untuk berkencan seorang laki-laki yang ku pilih secara random tampak sangat mustahil. Tapi, di sisi lain, dengan tetap sendiri membuatku tidak bisa melupakan mantan pacarku itu. Aku butuh pengalihan.

"Fine, I'll date the first man to enter this restaurant ten minutes after this"

***

Keenan

Tarisha masih juga mengeluh soal sepatu pesanannya yang lupa aku belikan tempo hari. Semua penjelasan dan permintaan maaf sudah ku utarakan tapi sepertinya tak satupun yang ia terima.

"Nanti kalau aku ke Hongkong lagi aku beliin deh. Janji," ujarku mencoba meluluhkan hatinya

Jujur saja, kepalaku pusing kalau dia sudah mulai mengeluh seperti ini. Hanya karena hal kecil dia bisa mengeluh berhari-hari.

"Engga usah. Udah engga up to date," kesalnya

Aku menghela nafas mencoba untuk sabar, "Sha, tolong kamu ngertiin aku. Kamu ngeluh berhari-hari cuma gara-gara sepatu, memangnya aku engga pernah beliin kamu sepatu sebelumnya? Aku kan udah bilang waktu itu Mama lagi sakit. Ninggalin Mama dalam keadaan sehat aja aku cemas, apalagi sakit kaya gitu"

"Iya, aku ngerti. Tapi masa selama empat hari kamu cuma mikirin Mama kamu? Ga bisa gitu semenit aja kamu mikirin aku?" 

"Tarisha!" 

Sepasang alis perempuan itu menyatu, "Kamu bentak aku?"

"Sha, aku engga bermaksud begitu. Ka--"

Perempuan itu berdiri dan menatapku dengan wajah kesal, "Kamu jahat"

Aku berdiri dan bermaksud menggapainya, namun seseorang tiba-tiba melingkarkan lengannya di lenganku.

"Udahlah, sayang. Ngapain kamu pertahanin perempuan kaya gitu. Kan kamu punya aku," ujar perempuan yang sedang bergelayut di lenganku

Sumpah demi apapun, aku tidak mengenal perempuan ini.

Ku lihat wajah Tarisha yang merah padam dan dalam hitungan detik aku yakin dia akan meledak.

"Jadi kamu selingkuh, Ken?! Tega kamu, ya!" jerit Tarisha menarik perhatian seisi restoran

"Sha, tenang dulu. Aku engga selingkuh, kenal sama perempuan ini aja engga," ujarku sambil mengibaskan lenganku yang di gelayuti oleh perempuan itu

"Bohong!" ucapnya seraya berlari meninggalkanku

Aku hendak menyusulnya, tapi lagi-lagi perempuan itu menahan lenganku.

"Apa, sih? Lepasin!" ujarku kesal

"Kita kenalan dulu," katanya sambil melepaskan diriku

"Ogah. Dasar sinting," balasku dan berlari mengejar Tarisha

My Perfect Random ManWhere stories live. Discover now