Part 10 : Most Wanted Daughter in Law

3.8K 300 1
                                    

Keenan

"Ma, ini Tarisha datang jenguk mama"

"Halo, Tante," sapa Tarisha sambil melambaikan tangan dan tersenyum manis

Mama tersenyum dan mengangguk pelan sebagai balasan.

"Oh ya, ini aku bawain pudding buat Tante. Buatan aku sendiri loh, Tan. Semoga Tante suka ya," kata Tarisha sambil meletakkan pudding yang dibawanya di atas meja

"Terima kasih ya, Tarisha. Kamu sudah mau repot-repot bikin pudding buat tante," balas mama

"Ngga apa-apa kok, Tante," kata Tarisha

"Ma, maafin mas engga bisa sering jagain mama disini ya," ucapku merasa bersalah

Mama tersenyum sambil mengelus punggung tanganku yang menggenggam tangannya, "Engga apa-apa, kok. Justru mama yang harusnya minta maaf sama kamu karena gara-gara mama kamu jadi banyak pikiran"

"Makasih pengertiannya ya, Ma," aku tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh beliau

"Oh ya, Tante mau cobain pudding-nya sekarang, ngga? Tarisha suapin, ya?" 

"Engga perlu. Tadi tante udah makan tadi,"

Aku melirik Tarisha, senyum di bibirnya luntur seketika setelah mendengar penolakan mama dan aku bisa merasakan atmosfir yang mendadak berubah mencekam.

"Selamat pagi"

Kirana

Senyumanku langsung hilang ketika tahu siapa yang ada disana. Si kapten dan pacarnya. 

Mampus. Kalo perempuan itu ingat gue gimana?

"Pagi, Dokter," sahut Bu Sarah

Gawat, bisa perang dunia nih kalau sampai dia ingat siapa gue. Duhh, sial.

"Dokter? Mau periksa saya, kan?" tanya Bu Sarah

"Eh, i-iya, Bu," jawabku gugup

Sambil memaksakan sebuah senyuman canggung, aku berjalan mendekati mereka dan sebisa mungkin menyembunyikan wajah dari pacarnya si kapten.

"Ada keluhan, Bu?" tanyaku setelah selesai mengecek tanda-tanda vital

"Saya lebih susah untuk tidur daripada biasanya terus kadang-kadang saya batuk dan dada terasa nyeri," jawab Bu Sarah

"Itu normal setelah operasi, Bu. Hubungi saya kalau Bu Sarah mengalami demam tinggi, nyeri yang semakin parah atau sesak nafas," ujarku dan beliau mengangguk paham

"Suster, tolong berikan obat anti nyeri ke saluran IV"

"Baik, Dok"

"Ngomong-ngomong, tumben dokter baru kesini jam segini? Ada operasi, ya?" tanya Bu Sarah

Aku mengangguk, "Tadi sih ada dua operasi, tapi dua-duanya cuma pasang ring jadi tidak terlalu lama"

"Pasti sibuk ya jadi dokter?" tanya beliau lagi

Aku tersenyum, "Setiap pekerjaan pasti punya masa sibuknya masing-masing, Bu"

"Sekali-kali jalan keluar buat cari pacar engga apalah, Dok. Biar engga jomblo," ujar beliau menggodaku

"Kelihatan ya kalau saya jomblo?" 

"Banget," jawab beliau membuatku tertawa

"Dokter?" panggilan itu menyentakku

"Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya," lanjut pacar si kapten yang membuatku pias seketika

"Oh ya? Kalian ketemu dimana?" tanya si kapten

Sialan! Kenapa mancing-mancing, sih?! Dia mau lihat perang dunia apa?

Keasyikan mengobrol dengan Bu Sarah membuatku lupa kalau aku harus menyembunyikan wajah dari pacar si kapten dan sekarang perempuan itu semakin gencar meneliti setiap inci wajahku. Sial!

"Sha, sekarang udah setengah sebelas. Katanya tadi kamu mau ada acara jam dua belas? Engga mau balik sekarang aja? Jaga-jaga kalau nanti macet di jalan," kata si kapten mengalihkan perhatian pacarnya yang masih sibuk mengingat-ingat siapa diriku

Perempuan itu mengecek arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, "Yaudah, balik yuk"

Huft, nyaris saja, ucapku dalam hati

"Aku harus jagain mama disini," ujar si kapten

"Jadi, kamu nyuruh aku balik sendiri gitu?" sahut perempuan itu

"Iya. Engga apa-apa, kan?"

"Ya engga bisa gitu dong, Ken. Kalau kita berangkat bareng ya baliknya kamu harus nganterin aku lagi"

"Tapi Sha--"

"Udah-udah. Kamu anterin aja Tarisha, mama engga apa-apa kok," sahut Bu Sarah

"Tapi Ma--"

"Kamu engga perlu khawatir, ada dokter yang temenin mama disini. Iya, kan, Dok?" 

Aku mengangguk, "Saya bisa temani beliau sementara"

"Tuh, kan, mama kamu udah ada yang nemenin. Sekarang kamu antar aku balik," timpal pacar si kapten

Pria itu menghela nafas, "Mas tinggal sebentar ya, Ma"

Bu Sarah mengangguk.

"Terima kasih, Dokter," kata si kapten lalu pergi bersama pacarnya

***

Keenan 

"Dokter kemana, Ma?" tanyaku ketika melihat hanya ada suster di dalam ruang rawat mama

"Dokter Kirana baru saja keluar karena ada code blue, Pak," jawab sang suster

Aku mengangguk mengerti, "Terima kasih sudah menemani ibu saya, suster"

"Sama-sama, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu"

Setelah suster itu pergi, keheningan menyelimuti kami.

"Ma?"

"Apa?"

"Mas boleh minta tolong engga?"

"Minta tolong apa?"

"Lain kali kalau Tarisha datang jenguk mama lagi, jangan dingin kayak tadi ya, Ma?"

Mama mendecak, "Dingin gimana sih, Mas?"

"Ya tadi waktu mama nolak makan"

"Mas, dokter ngasih tau mama buat engga banyak makan manis-manis soalnya kalau kadar gula mama naik bisa bahaya buat luka jahitannya. Lagian nafsu makan mama juga turun setelah operasi. Jadi, salahnya dimana? Pacar kamu aja yang baperan!"

Aku hanya bisa menghela nafas dan diam karena berdebat dengan mama untuk masalah ini malah akan membuat mama semakin tidak menyukai Tarisha. I won't let it happen.

"Andai saja mama punya satu lagi anak laki-laki, udah mama jodohin sama Dokter Kirana"

Ucapan beliau menarik atensiku. Aku menatapnya dan beliau membalas tatapanku.

"Don't you think she's impressive? Dia cantik, pintar, mandiri dan yang lebih penting attitude-nya bagus. Menantu idaman mama banget," ucap mama tanpa ragu

My Perfect Random ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang