3. KETERTARIKAN

47.1K 3K 519
                                    

Ig: wattpad.ayay
Tiktok: wattpad.ai & wattpad.ay

DIWAJIBKAN UNTUK KOMEN & VOTE!

SEBANYAK-BANYAKNYA.

(Happy Reading)

Cowok dengan setelan seragam abu-abu itu melangkah menuruni anak tangga sembari membenarkan bajunya yang belum terkancing, melihat tiga orang di meja makan, seketika mood nya langsung memburuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cowok dengan setelan seragam abu-abu itu melangkah menuruni anak tangga sembari membenarkan bajunya yang belum terkancing, melihat tiga orang di meja makan, seketika mood nya langsung memburuk. 

Tanpa menoleh lagi, Bian berjalan hendak melewati ketiga orang yang sedang sarapan di meja makan, tapi suara tegas itu mau tidak mau memaksanya untuk berhenti. 

"Sarapan dulu, Bian," ujar Aslan—pria paruh baya yang merupakan Ayah kandungnya. 

"Udah kenyang," balas Bian datar. 

"Sarapan dulu, sayang, dari semalem kamu belum makan," imbuh Wanita yang duduk di sebelah Aslan, wanita yang baru beberapa tahun belakangan ini mengisi kehidupan Aslan, setelah kematian Neta, Ibu kandung Bian. 

"Jangan sok baik!" 

"Bian!" tegur Aslan. "Jaga bicara kamu!" 

"Kenapa? Papa gak terima sama omongan aku?" balas Bian tanpa takut, memandang mereka bergantian.

"Udahlah Mas, aku gapapa kok," kata Lia pelan. 

"Gak bisa gitu, dia harus menghormati kamu." 

Bian terkekeh. "Menghormati? Jalang kaya dia harus aku hormati?" 

"Brengsek!" marah seorang laki-laki yang sejak tadi hanya diam menahan diri, menghampiri Bian dan memberikan pukulan telak di wajah cowok itu. 

Bugh

Bugh

"Jangan pernah hina nyokap gue bangsat!" teriak Ergi Almahendra—kakak tirinya, dengan raut wajah murka. Sedari tadi dia hanya diam saja tapi bukan berarti takut, tapi karena menghormati Aslan. Ergi tidak bisa terima jika sudah menyangkut Ibunya.

"Kenapa? Bener kan, lo berdua itu parasit yang tiba-tiba dateng di hidup gue dan papa," ujar Bian menahan rasa nyeri yang menjalar di pipinya. 

"Cukup bangsat!" 

"BIAN!! DIA IBU KAMU!" sarkas Aslan berdiri dari duduknya, menatap Bian berkilat marah.

"IBU AKU CUMA NETA, CUMA MAMA NETA!" jawab Bian dengan amarah tertahan. Sungguh ia benci setiap kali mereka melupakan Neta—Ibunya.

Aslan hendak menghampiri, tapi Lia menahan tangannya. "Nggak usah diperpanjang, aku gapapa." 

Bian mendorong Ergi dari hadapannya untuk menyingkir. Napasnya memburu, menatap mereka nyalang. Sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa menggantikan sosok Ibunya.

Obsesi AsmaraWhere stories live. Discover now