27. APARTEMEN

39K 2.7K 1.3K
                                    

Follow terlebih dahulu akun di bawah ini;
Instagram: wattpad.ayay
Tiktok: wattpad.ai & wattpad.ay

Diwajibkan untuk vote dan komen sebelum membaca cerita ini!

Jangan lupa komen di setiap paragraf!

Ramaikan cerita ini ke teman-teman kalian dan sosmed kalian dengan memakai hastag #obsesiasmarawattpad #bianastara #aloraaleandra

Di dalam sebuah ruangan yang hanya diterangi lampu-lampu temaram, terdapat seorang perempuan yang duduk di atas meja sembari mengamati tabel di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di dalam sebuah ruangan yang hanya diterangi lampu-lampu temaram, terdapat seorang perempuan yang duduk di atas meja sembari mengamati tabel di depannya.

Sebuah papan besar yang berisikan foto-foto seseorang yang di ambilnya secara diam-diam. Ada juga foto beberapa orang yang ditandai dengan silang warna merah.

Berdiri, Alora kemudian mengambil salah satu senapan yang berjejer rapi di dalam sebuah lemari khusus untuk menyimpan semua senjata miliknya. Dia membawa senapan itu ke ruang sebelah yang tidak jauh dari ruangan sebelumnya.

Sudah ada foto seorang perempuan yang dibingkai secara sangat besar di sana.

Alora mengarahkan peluru itu tepat di kepala perempuan itu, sedikit membungkuk, dan kemudian menutup sebelah matanya.

Dorr

Suara tembakan terdengar. Alora membidik tepat sasaran. Tidak puas dengan itu, Alora lalu kembali melakukan hal yang sama hingga beberapa kali. Membuat foto itu berlubang-lubang terutama di bagian wajahnya.

Setelah lelah gadis itu meletakkan senapan miliknya. Berjalan ke depan dan mengambil foto yang sudah rusak itu, lalu menggantinya dengan yang baru.

Dengan melakukan ini, dia menganggap bisa membalaskan sedikit dendamnya.

Alora melangkah ke arah sofa dan menyenderkan tubuhnya di sana, menerawang langit-langit dengan perasaan yang tidak bisa diartikan. Ia menginginkan Bian, sangat-sangat menginginkannya.

Setelah kepergian Bian kemarin, entah kenapa Alora ingin melakukan hal-hal ini.

Memejamkan matanya, tangan gadis itu bergerak naik ke pipi dan mengelus-elus dengan perlahan. Dia membelai pipinya sendiri, dan membayangkan bahwa Bian lah yang melakukan itu padanya.

"Gue mau lo, Bi, gue mau lo di sini," katanya bergumam, matanya masih terpejam gelisah sembari bergerak kesana-kemari.

Drrrtt…

Handphone Alora berbunyi, dan mau tidak mau Alora membuka matanya, melihat panggilan yang ternyata dari Nevan.

"Hmm?"

"Di mana, Ra?"

"Apartemen gue."

"Gue sama anak-anak ke situ, ya."

"Dateng aja."

Alora lantas melempar ponselnya setelah panggilan selesai. Dia segera berdiri dan merapikan penampilannya. Kemudian meletakkan senapan yang dipakainya tadi ke tempat semula. Juga menutupi papan besar yang berisikan foto-foto Bian dan Citra.

Obsesi AsmaraWhere stories live. Discover now