3. Phobia

1.1K 112 37
                                    

Juwita tercenung, melamun dimejanya sembari otaknya memutar kembali pertanyaan yang dilontarkan oleh Ethan beberapa saat yang lalu. Setelah ia menanyakan pertanyaan itu, Juwi hanya bisa terdiam, tak tau harus menanggapi Ethan seperti apa. Namun tak lama kemudian lelaki bermata bulat itu terkekeh, mengatakan pada Juwita  bahwa dirinya hanyalah bercanda.

Entahlah, Juwi tidak bisa melihat dimana sisi candaannya, karena saat itu wajah Ethan sangat serius dengan mata tajam yang begitu mengintimidasi Juwita. Bahkan sampai saat ini pun bulu-bulu ditubuhnya masih meremang.

"Kaju!" Juwita tersentak saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang "eh sorry sis, kaget ya" ucap Tasya sambil nyengir tanpa rasa bersalah.

"Kenapa Sya?"

"Keratin yuk ntaran" ajaknya.

"Ga nunggu weekend aja?" Bukan apa-apa, jika harus treatment pada hari kerja seperti sekarang, pasti waktunya lebih terbatas menurut Juwi.

"Hari ini aja deh kak, aku mau ada kencan besok malem hehe"

"Sssaahh, kencan sama siapa tuh?" Sambar Siena yang kebetulan baru saja tiba. Bukannya menjawab, Tasya malah menawari Siena untuk ikut bersama dirinya dan Juwita. Tentu saja Siena menerima ajakan itu dengan tangan terbuka, mana mungkin tipe gadis pesolek seperti Siena melewatkan hal-hal yang berbau kecantikan sepeti itu.

.

.

.

.

Dan disinilah mereka sekarang, disalah satu pusat perbelanjaan terbesar dikota Jakarta. Setelah hampir dua jam melakukan treatment, Tasya merengek untuk ditemani memilih beberapa pakaian dan juga alat make up. Juwi sendiri tak merasa keberatan, karena kebetulan lipstick dan cushion nya juga sudah mulai sekarat.

"Eh guys, liat deh" Siena menunjuk sepasang insan yang berada tak jauh dari tempat mereka berada. "Itu Wina bukan sih?" Lanjutnya.

"Iya, cowoknya siapa tuh? Kok berasa familiar" timpal Tasya.  Mau tak mau Juwita ikut-ikutan memperhatikan jaka dan dara yang sekarang sudah memasuki sebuah restoran sushi.

"Ikutin yuk, sekalian makan deh, laper nih" Siena menggeret Juwi untuk ikut masuk kedalam restoran tersebut. Mereka duduk tak jauh dari meja yang saat ini ditempati oleh Wina dan laki-laki misterius tersebut.

"Disini aja nih, strategis sekalian bisa mantau" ujar Siena sembari mengintip kearah meja Wina layaknya mata-mata.

"Duh, tuh cowok madep belakang lagi. Ga keliatan kan" Tasya pun tak mau kalah, ia pun turut mengintip seperti yang dilakukan Siena. Juwita hanya bisa menggeleng, heran melihat tingkah bawahannya yang terlihat kepo sekaligus kekanakan.

"Whaaatt?!"

Baik Siena maupun Tasya sama-sama serentak mengucapkan kata tersebut, setelah melihat siapa laki-laki yang saat ini sedang bersama Wina.

"Kenapa sih?" Tanya Juwi penasaran.

"Udah gila memang tuh si menel, belom ada 24 jam loh pak Ethan jadi bos kita. Udah digebet aja"

"Hah? Jadi cowok yang sama Wina itu pak Ethan?" Pada akhirnya Juwi pun ikut-ikutan mengintip, namun sayang lelaki tersebut sudah balik menghadap Wina. Tapi setelah meneliti lebih jauh, jika dilihat dari ciri rambut dan postur tubuhnya memang tak diragukan lagi bahwa lelaki tersebut memang Ethan Li, bos baru mereka.

"Jalang banget emang" sewot Siena "pupus sudah harapanku untuk caper ke pak Ethan kalo mereka sampe jadian" sambungnya.

"Idiihh lo juga sama ganjennya" Tasya menoyor Siena yang kini tengah berpangku tangan sambil cemberut.

SECRET AFFAIR | HEESEUNGWhere stories live. Discover now