6. Pengkhianatan

1.5K 122 122
                                    

Ethan menatap kosong permukaan minuman beralkohol didalam gelas, mengelus permukaan bibir tempat minum itu dengan jari telunjuknya sebelum menenggaknya hingga tandas tak bersisa. Rasa pahit dan juga panas meluncur seketika menyapa tenggorokannya, tapi rasa itu pula yang membuatnya candu.

Layaknya bibir seseorang.

Seseorang yang belakangan ini selalu mengisi tiap ruang yang ada dikepalanya. Ethan tak mengerti, kenapa diantara ribuan wanita, ia harus jatuh hati pada wanita yang statusnya sudah menjadi milik orang lain. Jika hanya sekedar pacaran mungkin Ethan tak akan serisau ini, beda cerita karena wanita itu terikat status yang sah secara agama dan negara.

Love at first sight.

Dulu Ethan tak pernah percaya pada kalimat itu, tapi kini ia merasakannya sendiri. Ia benar-benar kelimpungan mengatasi perasaannya ini, bahkan kemarin ia nekat melakukan kontak fisik pada wanita itu.

Juwita Mahardika, wanita bertubuh mungil yang terlihat menggemaskan sekaligus menggoda dimata Ethan. Jika dibandingkan dengan pegawainya yang lain seperti Wina atau Siena, wajah Juwi masih berada dibawah level mereka, tapi bukan berarti ia tak cantik. Juwi memiliki wajah innocent yang memesona dimata Ethan.

Yang lebih menawan hati Ethan, jika wanita itu tersenyum maka tampaklah lesung pipi yang menghiasi wajahnya.  Usianya boleh saja sudah berkepala tiga, tapi perawakannya benar-benar seperti wanita berusia awal dua puluhan. Bahkan bukan tak mungkin jika orang akan menganggapnya siswa sekolah menengah bila sedang memakai pakaian casual bukan setelan kantoran.

Juwita bukan tipe wanita pesolek tapi bukan berarti ia tidak memperhatikan penampilan. Meski sehari-seharinya Juwi hanya memakai riasan tipis, tapi siapa saja dapat melihat bahwa ia adalah seseorang yang pandai merawat diri. Kulit tubuhnya bersih dan lembab, wajahnya mulus tanpa satu jerawat pun yang hinggap disana. Dan rambut panjang berombak yang dicat warna mocca beige terlihat begitu kontras dengan kulit wajahnya yang putih.

Belum lagi aroma tubuhnya yang begitu sensual terkadang membuat sesuatu didalam tubuh Ethan merasa tergelitik, ingin rasanya ia menerkam wanita itu jika saja ia tak ingat posisinya juga posisi Juwita tentunya.

Ethan benar-benar sudah gila, dan ia sadar akan hal itu.

"Bang"

Tepukan dibahunya membuat Ethan memutus pandangannya pada sepasang muda mudi yang asik berlenggak lenggok di lantai dansa, beralih menatap seorang pemuda jangkung yang juga datang bersamanya malam ini.

"Tumben lo masih disini?"

Ethan memamerkan senyum miring andalannya sebelum memberi jawaban.

"Lagi pengen sendiri Sat" Satya berdecak, sebal tiap kali orang menyingkat namanya yang begitu mengganggu indera pendengarannya.

"Bisa ga sih nyebut nama gue ga pake disingkat? Sat... sat... berasa dipanggil bangsat gue" cerocos Satya yang membuat Ethan terkekeh geli.

Tak butuh waktu lama untuk Ethan bisa dekat dengan Satya dan Riki. Meski dikantor status mereka adalah atasan dan bawahan, diluar mereka adalah teman seperti pada umumnya. Mulanya Ethan hanya iseng datang sendiri ketempat ini, namun tak disangka ia malah bertemu dengan dua karyawannya disini. Dan pertemanan mereka mengalir begitu saja.

Namun meski begitu, tak semua hal pribadi ia ceritakan pada mereka berdua, lebih tepatnya pada Riki. Untuk hal pribadi seperti kasusnya dengan Juwita, Ethan lebih merasa nyaman bercerita dengan Satya, mungkin karena pembawaan pemuda itu lebih tenang dan terlihat bukan tipe seorang pengumbar rahasia yang membuat Ethan percaya menceritakan hal tersebut padanya.

"Lo masih mikirin kak Juwi?" Bungkamnya Ethan sudah memberi jawaban yang valid bagi Satya.

"Bang, ikan dilaut ga cuma satu, kenapa lo mesti tertarik sama ikan yang udah nyangkut dipancingan orang?" Kata-kata Satya begitu menohok hati Ethan, tapi ia juga tak mengerti dengan hatinya sendiri yang seolah berontak berlawanan dengan akal sehatnya.

SECRET AFFAIR | HEESEUNGWhere stories live. Discover now