16. Berpisah

1.1K 109 86
                                    

Jake memejamkan mata menahan gejolak emosi yang memenuhi dadanya, menahan hasrat untuk tak menghempas tablet yang berada digenggamannya keatas meja panjang didepannya setelah membaca sebait pesan yang baru saja dikirim oleh seorang wanita yang mungkin sebentar lagi akan berganti status menjadi mantan istrinya.

Demi Tuhan! Jake tidak akan membiarkan itu terjadi.

Ia tak akan membiarkan wanita itu berbuat seenaknya setelah cukup lama Jake bersabar akan tingkah lakunya. Dia fikir dia itu siapa, bisa melayangkan gugatan tanpa persetujuan dari Jake.

Jake tak menyangka Juwita akan benar-benar serius dengan ucapannya. Ini bukan kali pertama wanita itu meminta berpisah darinya, saat awal pernikahan mereka Juwita sudah lebih dulu melakukannya. Tapi tentu saja Jake menolak dan berusaha mati-matian membujuknya hingga akhirnya Juwita berubah fikiran.

Namun malam itu, setelah beberapa hari ia dibuat bahagia oleh istri yang seolah telah menganggap eksistensinya sebagai seorang suami, Jake dengan terpaksa harus menelan pil pahit karena sang istri justru melayangkan gugatan cerai setelah makan malam romantis yang baru saja mereka laksanakan.

Rasanya seperti Jake dibawa terbang menuju nirwana lalu dihempaskan hingga melesak kedalam inti bumi.

Berdiri cepat, Jake setengah membentak ketika menunda rapat yang sedang berlangsung. Berjalan keluar ruangan tanpa basa-basi hingga menimbulkan kasak kusuk diantara karyawan. Mungkin mereka mengira ada masalah besar sehingga atasan mereka terburu-buru keluar ditengah rapat penting seperti sekarang.

Ya, memang ada masalah besar. Jake mengakuinya.

Selagi berjalan menuju ruangannya, jari jemari Jake sibuk menekan tombol pada ponsel pintarnya, mencari kontak yang beberapa saat yang lalu baru saja mengirimnya sebuah pesan. Namun setelah dering demi dering terlewati, panggilan itu tak kunjung tersambung.

Menjambaki surainya frustasi, Jake nyaris membanting ponselnya jika bukan karena sebuah notifikasi yang membuat ia mengurungkan niat.

Juwita : Maaf mas, aku ga bisa angkat telepon dari kamu. Lagi pula udah ga ada yang perlu kita bicarakan, keputusanku udah final ga bisa diganggu gugat. Sampai jumpa dipengadilan.

"Sialan!"

Serta merta Jake membanting benda persegi yang ada ditangannya, dokumen-dokumen penting yang ada diatas meja pun tak luput dari sapuan lengannya hingga berserakan dilantai. Rambutnya yang ditata rapi kian berantakan karena lagi-lagi menjadi sasaran jambakan.

Jake benar-benar merasa frustasi.

Hampir sepekan berlalu, dan hampir sepekan itu pula Jake belum bertemu kembali dengan Juwita. Apartemen wanita itu sudah berganti passcode hingga Jake tak bisa untuk menerobos masuk. Dan saat Jake mendatanginya kekantor, Juwita sedang melakukan perjalanan dinas yang bahkan rekan kerjanya pun tak tahu berapa lama. Atau mungkin mereka memang tak berniat memberi tahu Jake berapa lama wanita itu pergi.

.

.

.

.

Rintik gerimis masih setia menemani malam, sudah hampir lewat tengah malam namun Juwita masih enggan terlelap dalam tidurnya. Ia masih betah menatap tetesan-tetesan air yang jatuh berhamburan dari langit dari balkon kamar hotel.

Sesekali ia bergidik, menggigil kedinginan saat hembusan angin menampar tubuhnya yang hanya dibalut oleh gaun sutra tipis yang bahkan tak cukup untuk menutup setengah bagian pahanya.

"Kenapa belum tidur?"

Juwita tersentak saat sepasang lengan melingkari tubuhnya, ia menoleh sekilas pada Ethan yang wajahnya bertumpu pada bahu sebelah kirinya dengan mata setengah terpejam. Hawa tubuhnya yang hangat seketika melingkupi Juwita ketika kulit mereka yang telanjang saling bergesekan.

SECRET AFFAIR | HEESEUNGWhere stories live. Discover now