9. Terapi

1.5K 153 1
                                    


"Apakah kau sudah mencobanya?"

"Mencoba apa?" Liane menyandarkan punggungnya kesadaran kursi dengan wajah yang terlihat bosan.

"Mendekati wanita." Saran yang selalu didepannya di setiap terapi kakaknya itu membuatnya ingin menutup telinganya sendiri.

Walaupun dia tahu bahwa cara yang terbaik untuk menyembuhkan trauma nya adalah dengan mencoba berusaha bertemu dengan wanita baru. Setiap kali dirinya berbicara dengan wanita lain, bahkan dengan karyawan sekantornya, tubuhnya langsung merespon dengan jijik.

Bahkan bebrapa karyawan wanita lain memberinya Julukan robot.

Tunggu dulu.....

Bukankah Cherin juga wanita?

Setelah dipikirkan lagi, tubuhnya Sama sekali tidak menunjukkan reaksi jijik ketika bertemu dengan Cherin.

Dirinya juga beberapa kali memeluk tubuh wanita itu dengan keinginan dirinya sendiri.

Aneh....

"ada seorang wanita." Jawaban yang diberikan oleh Liane membuat kakaknya merasa senang. Wajahnya terlihat cerah seperti tanah tandus yang tersiram air.

"benarkah?siapa wanita itu?" suara kakaknya terdengar sangat bersemangat hingga terkesan tidak natural.

Bukankah kau biasanya sangat tenang.

Kenapa sekarang respon kakaknya malah terlihat seperti anak-anak?

"apa tubuhmu menolaknya? Apa kau merasa jijik?" pertanyaan terus berdatangan menghujaninya, hingga membuat Liane mendecakkan lidahnya.

"tubuhku baik-baik saja, aku sama sekali tidak merasa jijik ketika bersama wanita itu." Kakaknya yang duduk tenang dikursi dokternya segera berdiri dengan cepat dan berlari kecil kearahnya, tangan besarnya segera membungkus kedua tangan Liane. Sehingga Liane mengerutkan wajahnya.

"ini tanda yang bagus." Oh..... Lihatlah mata biru kakaknya itu seakan sedang memancarkan kembang api karena terlalu bahagia.

"Kau telah sedikit membaik. Tampaknya kita sudah ada harapan."kata kakaknya , sambil terus meremas tangannya.

"Kondisinya tidak jauh berbeda dariku." Wajah penuh senyum yang over itu menjadi datar seketika.

"Apa maksudmu dengan 'tidak jauh berbeda'?" Liane tertawa kecil sambil menunjuk dadanya sendiri.

"dibagian ini juga telah rusak." Mungkin jika kita ingin mengambarkan suasana hati kakaknya saat ini, kita dapat mengambarkan nya dengan kalimat ini.

Di bawa melambung keatas langit dan dihempaskan jatuh kebawah bumi.

Dari bagitu banyak wanita normal didunia ini, kenapa adiknya harus bertemu dengan wanita yang memiliki masalah sepertinya?

Satu orang adiknya saja sudah sulit ditangani, apalagi ada dua yang sama sepertinya.

"Kenapa wajahmu begitu kak?" wajah kakaknya seperti wajah orang yang paling menderita didunia.

Hey.... Bukankah pekerjaan mu sebagai psikolog tidak memperbolehkan mu menunjukkan wajah seperti itu.

Lagi-lagi kakaknya melakukan hal ini.

"Apa tidak bisa diganti dengan wanita lain?" sifat kakaknya sudah terlihat menyebalkan.

Liane menepuk tangan kakaknya dan menatapnya dengan kesal.

"aku hanya bertemu untuk urusan pekerjaan. Kenapa kau berbicara seolah aku sedang membicarakan calon kekasih? Hentikanlah kebiasaan mu yang terlalu melebih-lebihkan sesuatu hal kak." Kadang kala Liane ingin sekali mengganti dokternya.

my perfect revenge (End) Where stories live. Discover now