14. Sahabat part. 2

906 131 1
                                    


Saat ini, pikiran warasnya telah menghilang seutuhnya.

Semua ini karena trauma dan penghianatan yang sudah tidak dapat dikontrol olehnya lagi.

Cherin memegang pecahan kaca ditangannya dengan erat dan mengayunkan tangannya kearah leher putihnya sendiri.

'benar! Aku hanya perlu satu tusukan besar dileherku ini saja untuk mati disini.'

Cherin tertawa terbahak-bahak sambil menutup matanya.

"Apa yang kau lakukan!!!!" tangan besar Liane menghentikan pecahan kaca ditangan Cherin yang hampir mengores lehernya sendiri.

"Cherin!!!! Apa yang kau lakukan sekarang!!! Lepaskan kaca ini sekarang juga!" Liane memeluk tubuhnya sambil membungkus tangannya yang memegang kaca, sehingga tangan besar Liane juga mengalirkan darah.

"lepas!!" Cherin mencoba melepaskan tubuhnya dari tangan Liane. Tetapi Liane semakin mengencangkan pelukannya, sehingga tubuh Cherin tidak dapat bergerak.

"Sadarlah Cherin!!! Jangan melakukan hal bodoh seperti ini! Jika kau mati ditempat ini, manusia sampah yang menyakitimu tidak akan mendapatkan balasannya."

Liane mencoba mengeluarkan paksa pecahan kaca yang masih digenggam erat oleh Cherin.

"ha ha ha... Lepaskan tanganmu Liane, lebih baik biarkan saja aku seperti ini." Cherin masih terus tertawa dengan wajah yang berurai air mata.

"Tidak! Kau sekarang sedang tidak dapat berpikir jernih!! Lepaskanlah benda ini dan ikutlah denganku kerumah sakit."

"Aku tidak mau kerumah sakit!katakan padaku Liane, apa aku sekarang sudah gila? Apa aku akan seperti ibuku?" Sambil terus terisak, Cherin memundurkan kepalanya sehingga wajah mereka bertatapan. "aku tidak ingin seperti ibu.... lebih baik aku akhiri saja sekarang daripada hidupku menjadi semakin menyedihkan."

"Cherin.."

"Aku tidak kuat Liane, hatiku bukan terbuat dari batu.... Jika bisa, aku juga ingin melupakan semuanya, aku juga ingin menghapus semua perasaan kecewa ini dari hatiku dan melakukan balas dendam ku dengan keren. Tetapi.... Tetapi hatiku sekarang rasanya sesak, rasanya hatiku seperti akan meledak."

Tangan Cherin yang menggenggam erat pecahan kaca itu akhirnya melepaskan genggamannya.

Pecahan kaca yang terjatuh diatas lantai itu segera diambil dan dilempar jauh-jauh oleh Liane.

Liane melepas pelukannya dan mulai menghapus air mata yang mengalir diwajah Cherin dengan kedua tangannya. Kemudian Liane kembali membungkus tubuh Cherin dengan tangannya sambil menepuk punggungnya dengan pelan.

"kau akan baik-baik saja Cherin..... kau akan baik-baik saja...." Liane terus menepuk punggung Cherin sambil membisikkan kata ini di telinganya berulang-ulang.

"Kau kuat Cherin.... kau tidak akan hancur. Aku tahu dirimu. Kau hanya terkejut dan tidak dapat berpikir waras sekarang."

Suara tawa Cherin menghilang digantikan isak tangis yang semakin kuat. Tubuh kecilnya terus bergetar hebat. Cherin menempelkan wajahnya di dada bidang Liane sambil memegang erat kaus putihnya.

"Aku sama sekali tidak baik-baik saja... Hu.... Eng..." sambil terus mengulang kata itu dengan suara kecil.

"Aku tidak baik-baik saja."

Saat ini perasaannya terasa hancur. Rasa sakit yang ada didalam hatinya sama sekali tidak baik-baik saja.

9 tahun.... Perasaan cinta yang ditumpuknya selama 9 tahun ini tidak dapat dianggap menjadi tidak ada semudah membalikkan telapak tangan. Ini bukanlah cerita klise didalam novel, ini adalah kehidupan nyata. Jika Cherin dapat memilih, dia juga tidak ingin merasa seperti ini. Tetapi perasaan bukanlah sesuatu yang dapat dikontrol oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu saat ini dia benar-benar tidak baik-baik saja.

my perfect revenge (End) Where stories live. Discover now