23. Badai yang tidak pernah reda

1.3K 132 14
                                    


Entah mengapa beberapa hari ini ingatan masa kecil Cherin kembali menghantuinya. Mungkin karena perasaanya yang tindak nyaman sejak beberapa hari yang lalu.

Mengetahui calon suaminya sendiri mengunjungi sahabat baiknya bukanlah hal yang menyenangkan, hal yang membuat perasaanya lebih buruk lagi adalah, dirinya yang harus berpura-pura seakan tidak terjadi apapun diantara mereka.

Harus terlihat manis didepan jacky dan harus memakai topeng sahabat yang baik didepan Molly.

Haaaaaaa

Bayangan anak yang telah menolongnya dulu terlihat samar didalam pikirannya,

Bagaimanapun juga itu sadah terjadi 19 tahun yang lalu.

Walaupun akan terdengar konyol jika dia mengatakannya.anak lelaki yang baru ditemuinya waktu itu adalah seseorang yang selalu diingatnya. Mungkin bisa dibilang......pahlawan?

Bagi dirinya yang tidak memiliki kekuatan apapun , anak itu adalah pahlawan yang luar biasa. Pahlawan yang melindunginya dari anak-anak jahat yang menindasnya.

Satu hal yang masih diingatnya hingga sekarang adalah rambut emas anak lelaki itu yang bercahaya dibawah cahaya matahari.

Iya....rambut itu sangat indah...seperti rambut Liane.

"!"

Rambut Liane??

Liane berdiri tepat didepan Cherin yang sekarang sedang duduk sambil melamun disandaran kursi dikantornya.

Tampaknya Cherin sedikit terkejut melihat sosoknya sehingga mata coklatnya mebulat dan wajah terkejutnya tampak lucu.

"kenapa kau terkejut? apa wajahku setampan itu sehingga membuatmu tercengang?' Liane tersenyum kecil sambil menyodorkan sekaleng kopi dingin ke tangan Cherin.

Cherin menyambut kopi itu dengan cepat. Mungkin karena tadi dia sedang memikirkan anak lelaki yang menolongnya dulu, Liane yang berdiri didepannya terlihat sedikit mirip dengan anak yang berada didalam pikirannya.

'gila, apa yang kau pikirkan cherin!! Bagaimana mungkin ketua tim yang baru kembali dari luar negri ini adalah anak lelaki itu.'

Tampaknya dirinya telah terlalu banyak menonton drama, hingga membuat pikirannya menjadi aneh.

"kata siapa anda tampan, ketua?" Cherin terkikik kecil sambil membuka kaleng kopi yang diberikan oleh Liane, kemudian menyesap kopi itu perlahan. "anda tampak.... biasa saja."

"hm... aneh." Liane mengelus dagunya sendiri sambil berpikir sejenak, kemudian dia mendekatkan wajahnya kearah wajah Cherin, cukup dekat sehingga cherin dapat merasakan nafas Liane yang menyentuh wajahnya. "kurasa aku cukup tampan dari lelaki lain pada umumnya."

Hoh....lihatlah lelaki yang sangat percaya diri ini, begitu santainya mengatakan bahwa dirinya sendiri tampan.

Memang jika dilihat dengan baik, bulu matanya terlihat lentik, hidung mancungnya juga sempurna, keseluruhan wajahnya yang terlihat tidak lebih jelek dari aktor manapun. Tubuhnya juga....

Pupil mata Cherin bergerak turun tanpa dia sadari. Walaupun dibalut oleh jas formal, otot dan tubuh sempurnanya dapat terlihat jelas dari luar. Baik itu wajah maupun tubuh, nilai Liane adalah 100.

"kau melihat kemana?" Liane mengangkat dagu Cherin dengan jari telunjuknya sehingga mata mereka kembali berpandangan. "bukankah kau harus memperhartikan wajahku dengan jelas, agar kau dapat menilai ketampanan ku dengan baik?" Goda Liane sambil menaikkan satu sudut bibirnya.

Wajah Cherin tiba-tiba menjadi panas.

Apa akhir-akhir ini cuaca sedang tidak baik? Padahal tadi masih sejuk. Tetapi kenapa rasanya sekarang sangat panas??

my perfect revenge (End) Where stories live. Discover now