0.7. Jiwa yang bersedih

1.3K 173 28
                                    

"Apa keluhan kamu akhir-akhir ini?" Tanya seorang dokter pada sosok remaja yang duduk di depannya.

Luca menatap sang dokter, dokter yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya dan membuat dirinya bertahan sampai hari ini.

"Masih sama kayak yang dulu-dulu, tapi akhir-akhir ini detak jantungku tiba-tiba kenceng walau aku nggak ngapa-ngapain, kadang juga bisa lambat tiba-tiba. Sekitar dua Minggu yang lalu juga, aku sempet dapet serangan, tapi nggak sampe pingsan. Aku nggak telat minum obat kok. Apa cuma perasaan aku aja atau apa ya, akhir-akhir aku sering nyeri dada," jelas Luca, ia tidak bisa berbohong jika sudah berhadapan dengan dokter spesialis di depannya ini.

Rendi, dokter spesialis jantung itu mengangguk dan menulis keluhan pasiennya barusan. "Bisa jadi kamu kena aritmia Ka, di mana detak jantung kamu berdetak lebih cepet dari biasanya atau bisa sebaliknya, kondisi ini jelas nggak bisa disepelein. Buat liat bener aritmia atau bukan, habis ini kita tes EKG  ya, buat liat denyut kamu gimana. Apa akhir-akhir ini kamu banyak pikiran? Kamu bisa ceritain ke saya."

"Mau bohong juga kayaknya dokter lebih tau ya? Aku cuma ngerasa, akhir-akhir ini aku capek, aku ngerasa makin nyusahin keluargaku, terutama Bunda. Aku mau sembuh, tapi apa bisa? Cangkok jantung yang dulu aja nolak ada di tubuh aku, gimana dengan sekarang? Aku takut ngecewain semua orang yang udah nunggu aku sembuh. Aku takut Ayah kecewa karena udah abisan uangnya buat pengobatan." Luca tersenyum miris, mengungkapkan keluh kesahnya, rasa-rasanya selama ini ia sia-sia berjuang, karena nyatanya kesembuhan tidak akan pernah menjemputnya.

"Lelah itu memang manusiawi kok, nggak ada yang melarang kamu untuk lelah. Kamu juga boleh ngeluh, ungkapkan apa yang kamu rasain selama ini. Tapi jangan pernah berpikir buat nyerah ya? Mau orang tua kamu ataupun dokter sendiri nggak akan biarin kamu nyerah, dokter akan selalu cari cara terbaik buat kesembuhan kamu. Kamu itu hebat, kamu kuat. Coba kamu inget, kamu udah berjuang sejauh ini 'kan? Dari sebelum kamu lahir, kamu udah menjadi seorang pejuang."

Sejauh ini, Luca adalah pasien paling optimisnya, dan saat mendengar bahwa anak itu ingin menyerah, Rendi tidak akan membiarkan semangat anak itu hilang. Luca sudah berjalan sejauh ini, anak itu tidak boleh menyerah, Luca berhak menjemput kesembuhannya di depan nanti.

Luca diam membenarkan, sejak dirinya belum lahir dirinya memang sudah menjadi pejuang. Yuna, yang sudah diberitahu bahwa nanti saat lahir Luca akan mendapatkan kondisi berbeda tersebut tetap mempertahankan dirinya sampai lahir.

Luca adalah salah satu anak yang terlahir dengan PJB, atau Penyakit Jantung bawaan di mana adanya kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam kandungan. Salah satu faktor penyebabnya adalah keturunan atau genetik. Kata Yuna, mendiang kakeknya lah yang membawa faktor keturunan tersebut.

Untuk kasus Luca ia mengalami katup jantung lemah sejak bayi dilahirkan. Stenosis katup aorta, terjadi ketika katup antara bilik kiri dan aorta tidak terbentuk sempurna dan menyempit sehingga jantung sulit memompa darah.

Lima tahun yang lalu, kondisi jantungnya semakin parah dan Luca harus segera mendapatkan transplantasi. Syukurnya, nyawanya pun terselamatkan karena ada seseorang yang berbaik hati mendonorkan jantungnya setelah mengalami kecelakaan dan dalam kondisi vegetatif, jauh sebelum itu orang tersebut memang sudah meminta jika suatu hari ia akan mendonorkan organnya untuk orang yang membutuhkan.

Luca kira, setelah itu dirinya bisa bernapas lega karena dirinya akan sembuh karena mendapatkan transplantasi. Namun sayang seribu sayang, tepat satu tahun dirinya transplantasi, organ barunya menolak ada di tubuhnya, dengan kasus yang sama, yaitu kelainan katup jantung.

"Apa aku harus operasi lagi?" Lirih Luca, ia tahu jika kondisinya semakin parah, mengingat intensitas sakit di dadanya lebih sering.

Rendi mengangguk. "Sebenernya lebih enak ngomongnya kalo ada orang tua kamu, mereka harus tau kondisi kamu gimana sekarang. Untuk saat ini, saya akan kasih kamu obat buat buat kurangi gejala dan memperlambatnya. Tapi untuk ke depannya, operasi itu bisa aja terjadi. Saya harap, setelah ini kamu dateng sama orang tua kamu ya Ka? Mereka berhak tau."

***

Hari ini cuaca tengah panas-panasnya, terik matahari sangat panas kali ini. Setelah tes yang Luca jalani tadi, langkahnya seolah tertahan di rumah sakit tersebut. Hasil tesnya buruk, tentu saja bukan hal baik untuk diceritakan.

Luca tidak tahu bagaimana nanti dirinya akan mengatakan ini kepada keluarganya, ia tidak mau mengecewakan mereka saat tahu kondisinya memburuk. Luca takut Dimas memarahinya karena tidak bisa menjaga tubuhnya dengan baik, Luca takut Esa akan semakin membencinya karena ia menyusahkan dan Luca takut mengecewakan Yuna karena semua perjuangan Yuna merawatnya sia-sia.

Jika dirinya harus menjalani operasi, dari mana uang tersebut? Untuk membeli obatnya dan check up rutinnya saja sudah mahal, belum lagi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depannya.

"Ayok pulang."

Anak itu mendongak ke asal suara, Dimas berdiri di depannya dengan raut datar. Selama pemeriksaan tadi, Dimas sama sekali tidak menemani dirinya dan justru pergi entah kemana. Luca tidak akan melayangkan protes untuk itu, Dimas mau mengantarkan dirinya saja Luca sudah bersyukur.

Luca mengangguk paham, dengan tangan menenteng obat yang sudah ia tebus dan hasil pemeriksaan EKG tadi, ia mengekori Dimas dari arah belakang. Ia harus mencari jawaban yang pas, untuk menjawab pertanyaan yang Dimas ajukan padanya nanti.

"Sini liat," ujar Dimas setelah mereka sampai rumah, ia langsung menghentikan langkah Luca yang akan menuju kamarnya tersebut.

Dengan ragu, Luca memberikan amplop yang ia pegang dengan perasaan takut, dirinya harus siap jika dimarah lagi lagi oleh sang ayah. Ketakutannya bertambah saat wajah Dimas merah padam menahan marah.

"Bodoh! Kamu ngapain aja sampe hasilnya buruk kayak gini!" Sentak Dimas setelah ia membaca isi tulisan amplop tersebut. "Ayah udah bilang berkali-kali, jaga kondisi kamu baik-baik Luca! Nggak ngerti-ngerti kamu hah! Kalo udah parah kayak gini, siapa yang susah!? Haruskah kamu tuh mikir, dikasih kesempatan itu dipake baik-baik! Salah apa saya sampe bisa punya anak kayak kamu!"

Di tempatnya, Luca bergetar ketakutan, suara Dimas begitu kesar sampai menggelegar ke segala penjuru rumah. Tidak ada Yuna ataupun Esa di rumah, pasti keduanya ada di warung saat ini.

Kata-kata Dimas menyakiti hatinya, Luca pun tidak tahu jika kondisinya akan parah seperti ini bukan? Selama ini Luca selalu berusaha menjaga tubuhnya agar baik-baik, namun ia bisa apa jika jantungnya menolak untuk tetap baik-baik saja?

"Selama ini, Ayah nggak pernah minta aneh-aneh sama kamu, Ayah cuma mau kamu jaga baik-baik kondisi kamu, dengan kamu yang kayak gini, sama aja kamu nggak menghargai semua pengorbanan Ayah. Buat apa minum obat kalo hasilnya sama aja kayak gini? Buat apa pergi ke rumah sakit periksa ini itu kalo ternyata hasilnya zonk! Besok, nggak usah minum obat atau ke rumah sakit lagi! Nggak ada gunanya!" Dimas melempar begitu saja amplop itu ke wajah Luca, pria itu berlalu begitu saja dari hadapan sang anak.

Luca memandang kosong ke depan, tak percaya jika kata-kata itu keluar dari belah bibir sang ayah. Secara tidak langsung, Dimas menyuruh dirinya untuk menyerah saja 'kan.

Tangannya bergerak menyentuh dada kirinya, lalu ia remas titik yang menjadi permasalahan ini. "Maaf Lio, gue nggak bisa jaga baik-baik amanah lo."

[]

Fyi: Aritmia Detak jantung yang tidak normal, apakah tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu lambat. Aritmia jantung terjadi saat impuls listrik di jantung tidak bekerja dengan baik. (Selengkapnya cari di gugel)

Note: Setiap pasien kayak Luca punya kondisi yang berbeda-beda ya, tergantung jenis dan tingkat parahnya, penanganannya juga beda setiap orang.

Aku memang kurang ngerti sama medis, tapi aku berusaha cari-cari di google tentang kondisi medis yang aku tulis. Aku mohon maaf jika ada kesalahan. Karena udah passion aku di genre sick male, jadi nggak bisa lepas dari alur cerita yang nggak nyiksa male leadnya. Nggak sakit, nggak keren.

Jangan lupa follow akunku, masa udah baca nggak follow, hehe

Lampung, 11092023

Hi, Luca ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang