3.1. Jantung ini bukan miliknya

564 63 3
                                    

Yuna bingung apa yang harus dilakukan, karena setelah kejadian itu Luca marajuk. Anak tersebut menolak untuk makan, sehingga tidak bisa meminum obatnya. Yuna terpaksa menceritakan tentang perselingkuhan Dimas di masa lalu, dan tentang Esa yang ternyata bukan kakak kandungnya, begitu pula transplantasi yang diberikan kepada Luca.

"Makan dulu Dek, kamu belum makan dari pagi. Dikit aja nggak papa, yang penting bisa minum obat," bujuk Yuna. Selama ini Luca bukan tipe anak yang suka ngambekan seperti ini, jadi jika anak tersebut sudah ngambek maka sulit untuk membujuknya.

Luca diam di tempat, ia tidur memunggungi sang ibu. Luca tidak mau makan, ia marah karena semua orang menyembunyikan fakta itu kepadanya. Hanya Luca saja yang tidak tahu fakta tersebut.

"Dek, kalo kamu nggak mau makan dan Ayah tau, nanti kamu kena marah lagi," ujar Yuna yang tidak menyerah membujuk.

"Biarin! Ayah 'kan memang maunya aku mati!" Sahut Luca, ini yang ayahnya inginkan. Tidak usah minum obat karena ujung-ujung ia tetap sakit dan tidak sembuh, biar saja Luca kesakitan.

"Istighfar Dek, jangan bilang sembarangan kayak gitu. Bunda nggak suka. Maafin kesalahan Ayah ya." Yuna sedih melihat sang anak seperti ini, anak itu pasti shock mendengar fakta yang selama ini disembunyikan.

"Bunda selalu ngomongin aku supaya nggak nyembunyiin apa-apa, tapi kenapa Bunda sendiri yang main rahasia-rahasiaan? Di sini cuma aku doang yang nggak tau, jangan-jangan emang aku bukan anak Ayah sama Bunda! Makanya Ayah jahat sama aku!" Protes Luca, ia masih di posisinya tanpa mau menatap sang ibu. Luca kesal, ia seperti oranh bodoh selama ini karma tidak tahu apa-apa.

Yuna merasa bersalah mendengarnya. "Bunda minta maaf ya, Bunda belum bisa buat Ayah sayang sepenuhnya sama kamu."

"Bukan salah Bunda, jangan minta maaf." Jika dipikir-pikir lagi, Dimas itu memang sayang kepadanya, hanya pria itu keras kepadanya. Benar kata ayahnya itu, jika Dimas tidak sayang kepadanya sang ayah tidak akan membiayai pengobatannya selama ini, dan akan membiarkan dirinya pergi sejak dulu. Dimas sayang padanya, buktinya Dimas rela mengambil transplantasi itu yang padahal bukan untuknya.

Ia jadi mengingat kembali perkataan Esa waktu lalu, di mana kakaknya itu mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pencuri. Sungguh, Luca tidak tahu jika transplantasi yang ayahnya dapatkan adalah hasil mengambil hak milik orang lain. Lantas, siapa yang menjadi pemilik jantung ini sebenarnya? Bagaimana perasaan keluarganya saat tahu bahwa jantung tersebut dicuri olehnya?

Luca mengganti posisinya ke arah sang ibu dan mendudukkan dirinya di atas ranjangnya, ia menatap wanita tersebut penuh tanya. Banyak pertanyaan yang ingin Luca tanyakan saat ini. "Bunda, kenapa Bunda setuju donor itu buat apa? Padahal Bunda tau kalo jantung ini sebenarnya milik orang lain? Lalu, apa gimana sama keluarga Lio?"

"Awalnya Bunda nggak setuju Dek, karna Bunda tau jantung itu bukan untuk kita. Tapi ngeliat kamu yang sangat buruk waktu itu, Bunda dan Ayah sangat ketakutan, kami takut nggak bisa ngelihat kamu buka mata lagi, Bunda sangat ketakutan akan kehilangan kamu. Kamu butuh sekali donor itu, tapi sayangnya belum ada. Dan diwaktu yang sama, Kakak Lio kecelakaan parah, kemudian pihak keluarga sudah ikhlas sebab kondisi Kamila nggak ada perubahan waktu itu dan ikhlas untuk mendonorkan organ-organ Kamila sesuai keinginannya. Bunda dan Ayah kalah cepat, karena ternyata donor jantung tersebut sudah diambil pihak lain. Di situ, Ayah nggak putus asa, dan mau donor itu buat kamu. Ayah mengupayakan supaya pihak lain itu memberikan donornya buat kamu, bahkan Ayah sampai jual tanah-tanah dan rumah yang ada di Metro untuk kamu, dan itu pun belum cukup, Ayah juga harus ambil hutang ke Bank. Ayah sayang kamu Dek," jelas Yuna.

Saat itu ia tidak memiliki pilihan lain selain setuju dengan rencana Dimas, melihat Luca yang terbaring lemah di ruang ICCU membuatnya sangat ketakutan kehilangan sang putra.

Hi, Luca ✓Where stories live. Discover now