3.2. Mencari alamat

355 41 3
                                    

Luca kedatangan tamu tak diundang hari ini, Danar dan Hito datang ke rumah sakit bersama orang tua mereka untuk meluruskan kejadian yang membuat Luca di rumah sakit. Pihak sekolah juga datang, agar kasus penindasan di sekolah mereka selesai. Luca kira, ayahnya tidak akan peduli tentang kasus pembullyan-nya, ternyata pria itu peduli.

Saat ditanya apa motif Danar dan Hito membully-nya, keduanya mengatakan hanya ingin saja, awalnya mereka ingin memalak uang Luca saja, tapi ketika anak itu memberontak, Danar berakhir memukul dan memiliki dendam. Padahal alasan sebenarnya mereka melakukan itu adalah karena suruhan Agam, bayaran yang mereka dapatkan besar jadi keduanya tidak bisa menolak, hingga mereka tega menindas Luca yang tak memiliki sedikitpun salah kepada mereka.

"Saya Danar Mahavir meminta maaf atas perlakuan saya kepada Adelard Lutfi Candrakanta karena sudah bertindak kasar seperti memukul dan menendang. Dengan memohon kemurahan hatinya, saya berharap saudara Luca bisa memaafkan saya, saya mengaku menyesal sudah berbuat buruk. Saya berjanji akan mempertanggung jawabkan semua perlakuan buruk yang sudah saya lakukan," ujar Danar, ia meminta maaf secara langsung di depan Luca dengan kepala yang tertunduk dalam, berbeda sekali dengan waktu itu yang sangat angkuh.

Luca memandang Danar yang meminta maaf di depannya, jujur saja ia merasa kesal saat Danar dengan teganya menendang dadanya. Sudah tahu jantungnya cacat, malah ditendang sampai segitunya. Tak tahukah effort keluarganya selama ini untuk dirinya sembuh? Sampai mereka melakukan kecurangan.

Akhirnya Luca mengangguk pelan, tanda memaafkan Danar. Memaafkan memang jalan terbaik 'kan? Luca tak memiliki alasan untuk menolak permintaan maaf tersebut, jika Danar sudah menyesali perbuatannya.

"Saya harap tidak ada korban lain selain saya, sekolah adalah tempat untuk mencari ilmu, jangan sampai membuat orang lain takut untuk pergi ke sekolah karena ulah nakal kalian," kata Luca, karena kejadian ini Luca sedikit takut untuk berangkat sekolah lagi, maka dari itu ia sangat berharap kejadian ini hanya terjadi padanya, tidak orang lain.

"Saya berjanji, jika saya mengulanginya lagi, saya akan menerima konsekuensi yang lebih besar dari ini," jawab Danar, ia menjawab dengan jujur kali ini, bahwa dirinya tidak akan lagi mengganggu Luca di sekolah, lagi pula ia juga sudah mendapatkan bayaran dari Agam, dan tidak lagi terlibat oleh bocah itu.

Setelah diskusi panjang, pihak sekolah memutuskan untuk memberikan skorsing kepada Danar dan Hito selama satu Minggu. Setelah kasus tersebut dianggap selesai, mereka semua pulang satu persatu meninggalkan Luca dan kedua orang tuanya di sana.

"Bunda, mau minum," pinta Luca pada sang ibu, kemudian Yuna pun mengambilkan segelas air untuknya.

"Dadanya masih sakit nggak buat napas?" Tanya Yuna, tadi pagi saat ia cek luka memar putranya masih terlihat, tapi ia baru menanyakan apakah masih sakit atau tidak memarnya tersebut.

"Udah agak mendingan, kalo dipencet sakit, tapi nggak sesek kok Bun," jawab Luca dengan jujur, luka memar seperti ini tidak akan sembuh hanya dalam satu hari 'kan?

Yuna mengangguk paham, jika sampai besok Luca sudah tidak apa-apa, anak itu sudah diperbolehkan pulang. Yuna jadi memiliki ide, apakah seharusnya Luca homeschooling saja? Yuna takut Luca kenapa-napa lagi di sekolah, ia takut kejadian kemarin terulang lagi.

"Dek, kalo Bunda mau kamu homeschooling setuju nggak?"

Luca langsung menoleh ke arah sang ibu, raut wajahnya sudah bisa ditebak jika ia akan menolak. "Maaf Bunda, aku mau sekolah seperti biasa aja. Kalo Bunda khawatirin aku kenapa-napa, aku janji kejadian kemarin nggak akan terulang lagi."

"Beneran nggak papa? Bunda takut Dek." Yuna takut melepaskan sang anak, ia tidak bisa selalu di dekat anak itu setiap saat, Yuna takut Luca terluka.

"Iya Bunda, aku yakin akan baik-baik aja," ujar Luca meyakinkan.

Hi, Luca ✓On viuen les histories. Descobreix ara