ISLAND 12

12 5 0
                                    

Raksia menangis tersedu-sedu melihat ayahnya yang terbujur lemah di atas kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raksia menangis tersedu-sedu melihat ayahnya yang terbujur lemah di atas kasur. Tabib sudah memberikan sihir penghancur es yang membuat tubuh Raja Arthur membeku, kemudian setelah suhu tubuh Raja Arthur membaik, tabib juga memberikan obat herbal yang berguna untuk menetralisir racun yang bersemayam di dalam tubuh Raja Arthur.

"Apa Yang Mulia bisa sembuh?" tanya Raksia penuh harap. Ia menggenggam erat jemari Erland yang membuatnya sedikit tenang dari rasa gundahnya.

Ia melihat ke arah Ratu Elvana yang duduk di samping ranjang sambil mengenggam jari-jari dingin Raja Arthur.

Sealine dan Zeroun berdiri di belakang Erland sambil terus berdoa atas kesembuhan Raja Arthur, semalam mereka bertiga menginap di istana karena di luar terjadi konfrontasi yang mereka takut untuk keluar istana.

Walaupun mereka akan pulang dikawal oleh banyak prajurit, tetapi Raksia tetap memaksa Erland dan kedua temannya untuk menginap di istana sampai kegaduhan di luar istana surut.

"Semoga Yang Mulia bisa sembuh secepatnya," harap Erland sambil tersenyum menenangkan ke arah temannya itu. Ia juga berharap bisa mengambil setengah atau keseluruhan perasaan gundah dan khawatir Raksia agar gadis itu bisa tenang. Namun, ia tidak memiliki kekuatan untuk itu.

Hingga tiga hari berlalu dan pengobatan kepada Raja Arthur semakin memungkinkan sang raja untuk sembuh secara perlahan.

Tiba-tiba Ratu Elvana yang selalu menunggu Raja Arthur sadar berteriak memanggil tabib dan putrinya karena ia merasakan jemari Raja Arthur bergerak. Perlahan, Raja Arthur membuka matanya dan menggumamkan nama Ratu Elvana berkali-kali.

Ratu Elvana tidak tinggal diam, dia mengeratkan genggamannya dan mengecup dahi suaminya itu. "Aku di sini, Arthur."

Tabib pun datang bersama Raksia dan ketiga teman barunya. Mereka mendekati Raja Arthur yang kini telah membukakan mata. Tabib mengatakan, "Syukurlah Yang Mulia sudah siuman. Hamba hampir kehilangan harapan karena Yang Mulia tak kunjung sadar."

Raksia melepaskan genggamannya pada Erland dan berlari mendekati Ratu Elvana, lalu menghamburkan diri untuk memeluk ayahnya.

"Aku takut terjadi sesuatu padamu, Papa. Kau kemana saja tidak pernah mengabarkan kami sejak hari itu? Aku tidak ingin kehilanganmu," rengek Raksia tanpa memedulikan tangisnya pecah dan membasahi baju Raja Arthur.

Raja Arthur tersenyum tipis melihat putrinya begitu mengkhawatirkan dirinya. Ia meminta Raksia untuk melepaskan pelukannya dan berusaha untuk duduk.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?" tanya Ratu Elvana ketika merasakan waktu yang tepat untuk menanyakan kebingungannya selama ini.

Raja Arthur pun menceritakan bagaimana dia bisa dalam masalah dengan sangat rinci, membuat Ratu Elvana, Raksia, dan ketiga teman baru Raksia terkejut. "Setelah berkunjung ke Svendlev, aku bertemu penyihir hitam di sana. Dia menculik prajuritku satu per satu selama perjalanan pulang, hingga dia langsung berhadapan denganku dan membawaku ke hutan Qwenn. Di sana dia menggorotiku. Singkat cerita, aku dibawa ke rumahnya dan dibekukan. Kemudian aku tidak ingat apa-apa lagi."

Blue Island「 END 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang