ISLAND 15

14 4 0
                                    

Dua gadis sedang berlomba berlarian menuju hamparan luas yang sangat sejuk, bisa mereka pastikan di ujung sana ada danau karena suara desiran air mulai semakin jelas terdengar

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Dua gadis sedang berlomba berlarian menuju hamparan luas yang sangat sejuk, bisa mereka pastikan di ujung sana ada danau karena suara desiran air mulai semakin jelas terdengar.

"Hahaha," tawa Sealine sembari menikmati udara sejuk mulai menusuk ke dalam tulangnya. Ia merindukan udara ini, berlarian di sekitar pantai pada malam hari bersama ayahnya ketika ibunya dan kedua adiknya telah tertidur lelap.

Hanya pada malam hari ia bisa bersenang-senang bersama sang ayah, menikmati udara dingin dari laut, suara desiran laut, dan ... Sealine teringat ia juga sering mendengarkan kisah dongeng dari ayahnya. Kini, Sealine menganggap dongeng ayahnya setiap malam itu benar-benar terjadi. Ayahnya menceritakan kisahnya semasa di Blue Island dan juga seorang wanita pendamping pangeran tampan yang sangat anggun yang berambut dan bermata warna biru, sama seperti dirinya.

"I miss you, Dad!" teriak Sealine keras, sangat keras karena ia ingin meluapkan perasaan rindunya yang kembali muncul ke permukaan.

"Apa artinya?" sahut Raksia yang menyamakan kecepatan larinya pada Sealine yang merentangkan tangan.

"Aku merindukanmu, Dad. Aku rindu ayahku. Apa dia baik-baik saja?" Sealine tetap melangkah lebar membiarkan angin malam nan dingin itu menyerbu masuk ke dalam tubuhnya yang sudah kedinginan dan rambutnya yang pendek sebahu diterpa angin.

"Aku yakin ayahmu baik-baik saja. Kau bilang sudah memberikan dia surat bahwa kau akan ke sini, aku yakin juga dia akan senang kau mengetahui dunia ini," jawab Raksia lalu mengatupkan telapak tangannya dan kabut abu-abu menghalangi pemandangan mereka berdua untuk lima detik. Kemudian, Raksia memberikan benda yang berada si telapak tangannya itu pada Sealine. "Kalau kau merindukan seseorang, kau bisa berdoa pada benda itu dan benda itu akan menyampaikan perasaanmu pada orang yang dituju. Apalagi ayahmu adalah keturunan asli Ålefest, jadi masih ada beberapa kekuatan yang dimilikinya untuk menerima telepatimu."

"Tapi aku tidak memiliki kekuatan apa pun," kata Sealine memperlambat kecepatan larinya.

Raksia pun ikut melambat, tetapi ia tetap menatap menenangkan pada Sealine. "Kau anak dari Fest dan wanita asal Blue Island. Sudah dipastikan keturunan mereka juga mewarisi kekuatan masing-masing dari orang tuamu."

Sealine menaikkan alisnya. "Apa benar?"

"Kau ini. Percaya saja padaku!" seru Raksia lalu mempercepat larinya. Ia semakin mendengar jelas suara air danau. Beberapa langkah lagi ... dan dihadapkan pada pemandangan yang sangat indah.

Sementara Sealine masih berdiri di tempat. Ia mencoba berharap pada benda yang diberikan Raksia dan mulai menyampaikan perasaan rindunya pada sang ayah. Namun, berselang lima menit dari penyampaiannya melalui telepati pu langsung disahut oleh seseorang di dalam benaknya.

Blue Island「 END 」Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin