[01] - Gadis yang Sama

499 69 24
                                    

Celaka sudah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Celaka sudah.

Pukul tujuh kurang sepuluh menit dan laki-laki yang memakai hoodie warna abu-abu itu masih berlari menyusuri trotoar. Sandy merutuki dirinya sendiri yang masih belum hapal jalanan di daerah ini. Masalahnya, timing-nya tidak tepat. Parahnya, dia harus tertinggal jadwal bus sekolah yang berangkat jam setengah tujuh di halte dekat kompleks rumah barunya. Dia memaksa kaki jenjangnya berlari dengan kencang hingga hampir menabrak gerobak pedagang kaki lima.

Gerbang sekolahnya sudah ada di depan mata. Dia berbelok dan seketika berhenti mendadak saat seorang siswi dengan seragam yang sama dengannya menahan lengannya.

"Sori, mmm ... lo ada dasi cadangan, nggak?" Kedua tangannya terbentang, menahan Sandy agar mendengarkannya.

Sumpah demi apapun, napas Sandy sudah tersenggal-senggal dan peluh sudah membanjiri punggungnya. "Apa?" Matanya memicing dan menilai siswa sepantarannya dengan seksama.

"Kayaknya dasi gue jatuh waktu lari."

Sandy menatap gerbang sekolah yang hampir tertutup. Dia ingin memaki bahwa waktunya tersisa sedikit tapi dia juga tidak tega melihat gadis ini harus dihukum dua kali lipat. Satu karena terlambat, dua karena tidak memakai dasi. Lebih baik kurangi salah satunya.

Sandy melonggarkan dasinya dan memberikannya pada siswi itu. "Pakai ini dulu. Jangan telat masuk."

Laki-laki itu tidak mendengar teriakan dari gadis yang hanya melongo menatap dasi pemberiannya.

"Kalau dia dihukum, gimana?" gumamnya lalu berlari menyusul Sandy.

Bisa dibilang, pagi ini dewi fortuna tidak berpihak pada Sandy. Nasi goreng diperutnya habis terbuang sia-sia karena usaha larinya tidak membuahkan hasil. Suara peluit yang nyaring, membuat langkah kedua kakinya terhenti.

"Stop! Stop!" teriakan salah satu kakak kelas dengan seragam rapi dan jas almamater gelap menghadang dengan kedua tangan.

"Semuanya yang terlambat baris di sisi sini," perintah kakak kelas laki-laki lainnya.

Sandy, siswi tadi dan lima siswa lainnya harus pasrah untuk digiring di sisi luar lapangan akibat terlambat. 

"Kamu!" Laki-laki berpotongan pendek dengan kacamata yang tadi menghadang mereka sedang menunjuk Sandy. "Dilepas dulu hoodie-nya."

Kakak kelas yang lainnya mendata nama mereka satu per satu.

"Ini baru hari pertama sekolah, lho. Bisa-bisanya kalian semua terlambat?! Hah?!" bentak laki-laki yang jas almamaternya hanya sebagai hiasan bahu. Dari kartu pengenalnya, namanya Wikan. Sedangkan kakak dengan kaca mata tadi bernama Sena.

"Kalian mau jadi apa? Penerus bangsa? Penerus bangsa tapi berangkat sekolah telat, mana ada yang percaya!" bentak Sena.

"Kenapa telat?!" tanya Wikan pada siswa laki-laki paling ujung.

WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓Where stories live. Discover now