[02] - Semua Tentang Hukuman

233 57 14
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rupanya Sandy tidak tahu apa-apa tentang sekolah barunya.

Sejak sepuluh menit dia duduk bersama siswa baru lainnya, tidak henti-hentinya dia mendengar mereka menggosipkan deretan kakak kelas berprestasi di bidang ini itu, perlombaan sekolah, acara inagurasi tahunan yang semarak dan beberapa kakak kelas yang masuk golongan most-wanted. Dia penasaran dari mana siswa-siswi baru ini tahu 101 tentang SMA Panchatantra. Apa ada FYI yang dilewatkan Sandy sebelum menginjakkan kakinya di sini?

Usai huru hara siswa terlambat berlari mengelilingi lapangan, Sandy dan siswa terlambat lainnya digiring untuk memasuki aula utama yang letaknya di bagian utara lapangan. Aula ini cukup megah dengan beberapa deret kursi bertingkat dan wilayah datar yang lega di depan panggung yang cukup luas juga.

Di panggung sudah berdiri beberapa kakak kelas dengan jas almamater yang sama namun dengan pita lengan beda warna. Satu yang ditandai oleh Sandy, orang dengan pita berwarna merah adalah berbahaya atau bisa dibilang mereka penegak disiplin selama MOS. Tapi sepertinya tidak semua siswa tahu siapa mereka, Sandy juga hanya mengetahui tiga dari mereka. Sandy tidak melihat kakak kelas dengan pita merah di lengan kiri kecuali gadis yang dia temui beberapa malam lalu dan menghukumnya pagi tadi.

"Hai semuanya!" sapa pemandu acara. "Selamat datang di acara Masa Orientasi Siswa hari pertama!"

Sorakan para siswa menggelora memenuhi aula.

"Sebelum acara di mulai, nggak asyik kalau belum kenalan sama kakak-kakak pemandu acara ini yang akan menemani kalian selama tiga hari ke depan? Katanya, tak kenal maka tak sayang,"' ujarnya dengan penuh semangat dan disambut sorakan oleh siswa baru.

"Gimana sudah penasaran belum? Ada yang sudah kenal?" tanya pemandu acara.

"Kak Adam! Kak Adam!" teriak segerombol siswa di sudut kanan tempat duduk penonton dan disusul sorakan dari yang lain.

Sandy tak mengerti apa yang mereka sukai dari laki-laki dengan rambut berpotongan sedikit panjang di bawah telinga dengan secarik rambut berwarna kuning yang coba dia sembunyikan. Dari ekspresinya, Sandy yakin dia tipikal laki-laki nakal yang suka menggoda. Tubuhnya juga tidak lebih bugar dari Sandy meski tingginya memang lumayan.

Laki-laki yang dipanggil Adam itu berjalan menaiki panggung dengan penuh percaya diri, mengambil alih mikrofon dan melambaikan tangannya. "Halooo semuanya! Kalian luar biasa!"

Adam mengintruksikan beberapa orang di belakang panggung untuk segera naik dan berbaris sejajar dengannya.

"Kayanya kalian semua udah pada kenal sama saya, bener?" goda Adam dengan mengedipkan sebelah matanya.

Sandy memutar bola matanya dengan muak. Sudah Sandy duga pasti dia adalah ketua OSIS di sekolah ini atau koordinator penyelenggara acara atau sejenisnya.

"Kita kenalan secara formal dulu, ya?" ucap Adam sembari berdiri sedikit menyisih kea rah pinggir.

Di sampingnya berbaris lima orang dengan pakaian yang seragam lengkap dengan dua utas pita warna kuning di masing-masing lengan kiri mereka. Wajah mereka terlihat ramah dan sedari tadi menampilkan senyum. Jauh sekali dengan yang ditemui Sandy saat mereka harus dihukum karena terlambat.

WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓Where stories live. Discover now