[8] - Menyesakkan untuk Diterima

111 46 34
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Tidak ada hal yang istimewa di kantin Panchatantra. Siswa berbondong-bondong datang dengan perut keroncongan, mengantre pada gerai makanan yang diminati kemudian berebut mencari tempat duduk paling strategis versi mereka. Seluruh siswa bercampur baur menjadi satu. Tidak ada sekat di antara mereka, saling bercengkrama di tengah kegiatan makan siang, bertukar kisah selama pelajaran berlangsung, saling membocorkan kisi-kisi ini itu dan bergosip.

Tayari mengekori Sita memasuki kantin. Mereka berdua sibuk membicarakan aktor Korea yang sedang memainkan drama terkenal dan terpanas musim ini.

"Setelah lihat DOTS, gue dapat enlightenment," ujar Sita antusias. Tangannya mengapit tangan Tayari seolah dia adalah seorang ibu yang tidak ingin anaknya tertinggal dan hilang.

"Apaan?" sahut Tayari.

Mereka berjalan ke arah gerai yang menjual siomay. Katanya, Sita ingin siomay setelah melihat dimsum di drakor yang dia tonton. Lah, memang apa hubungannya?

"Gue kepengen jadi dokter. At least perawat, sih. Intinya bidang kesehatan." Sita menjawab dengan rasa percaya diri. "Biar nanti jodohnya macem Kapten Yoo Sijin."

Sontak Tayari tertawa. Agaknya, Sita sudah merubah impiannya banyak kali setiap dia usai menonton drama Korea. Sebulan lalu, dia ingin jadi pengacara. Beberapa bulan lalu, dia mengatakan ingin jadi sekertari dan siang ini dia mengatakan ingin menjadi dokter.

"Jadi diri lo sendiri aja belum bisa," ledek Tayari.

Sita berbalik dan mendelik. "Lo kenapa sih? Temannya punya cita-cita itu didukung jangan dibuat insecure duluan."

Tayari hanya tertawa sembari mendorong punggung Sita karena antrian bergerak maju. "Gue nunggu di tempat duduk aja, deh, ya. Sekalian gue antriin minum," usul Tayari menyudahi gurauan mereka.

"Ya udah. Gue es jeruk."

Tayari mengangguk kemudian berbalik menuju ke gerai khusus menjual minum. Gadis itu mendapat antrian ke enam. Biasanya dia membawa bekal dari rumah, seringnya begitu. Tapi hari ini pengecualiaan karena bunda ada pesanan makanan kotak banyak sekali. Tayari saja sampai bangun sebelum subuh untuk membantu. Mau menyiapkan untuk bekal diri sendiri sudah tidak cukup waktu.

Saat Tayari hendak berjalan menuju tempat duduk yang dipilihnya, kantin mendadak ricuh. Gadis itu mengedarkan pandangan untuk mencari sumber kegaduhan.

Di salah satu meja berisi lima siswa laki-laki, seorang siswi mendatangi mereka dengan membawa satu kotak berisi muffin. Pemandangan ini menarik banyak perhatian. Terutama karena tokoh laki-laki yang dituju si gadis mendapat banyak sorotan sejak pertama kali menginjakkan kaki di sekolah.

"Sandy!" panggil gadis itu.

Tayari membalikkan badannya sempurna menghadap kerumunan itu, bergabung dengan siswa lain yang kini juga menonton secara blak-blakan.

WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓Where stories live. Discover now