[12] - Seharusnya Tahu Batasan

84 36 21
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Kabar bahwa Tayari dan Akhina saling adu di kantin tersebar dengan cepat. Jika Tayari memang sudah dikenal suka cari keributan di sekolah lain dengan Akhina yang menjadi hal baru. Bukan hanya itu, nama Sandy juga ikut terseret. Baru kali ini Tayari benar-benar tidak suka dengan siswa di sekolahnya, bahkan bisa dibilang benci.

"Tayari!" panggil Bu Sri saat beliau baru saja menginjakkan kaki ke dalam kelas usai istirahat jam kedua. "Ke mana seragammu?"

Di bangkunya, Tayari mengenakan sweater rajut berwarna putih tulang untuk menggantikan seragamnya yang basah. Rambutnya digulung ke atas asal-asalan. Yang ditunjuk hanya mengedikkan bahu dan menjawab ogah-ogahan. "Basah terkena es teh, Bu. Nggak bisa dibersihkan soalnya kena air gula."

Bu Sri berjalan ke mejanya sambil menggeleng. Tayari tanpa seragam itu bukan satu kali dua kali. "Saya tidak menerima siswa yang ...."

Belum usai Bu Sri berbicara, Tayari sudah berdiri lebih dulu dari bangkunya. Dengan senyum merekah, gadis itu berucap, "Saya pamit, ya, Bu."

Tindakan Tayari yang berjalan keluar dengan berbekal ponsel dan novel membuat teman-temannya cekikikan sendiri. Mereka sudah terbiasa melihat Tayari yang seperti itu. Meskipun alasan Tayari tidak memakai seragam adalah jujur tapi tetap saja gadis itu terlalu sering melewatkan jam pelajaran.

"Astaga, bisa-bisanya," gumam Bu Sri sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Habis bikin ulah di kantin dia, Bu," balas Sita. Gadis itu mengeluarkan buku Matematika di atas meja.

Bu Sri juga sudah siap mengajar tapi rasanya lebih menarik membahas Tayari yang sadar diri keluar kelas tanpa disuruh sebagai intermezzo. "Padahal belum disuruh, sudah keluar duluan. Memangnya bikin ulah apa?"

Ajeng yang duduk paling dekat dengan meja guru menyahut, "Berantem sama adik kelas gara-gara cowok."

Ekspresi Bu Sri berubah terkejut tapi juga menahan tawa. "Tayari rebutan cowok?" Beliau sudah membuka buku paket siap untuk mengajar. Spidol juga sudah ada di tangannya.

"Masih dalam tahap investigasi, Bu," timpal Leni yang membuat seisi kelas tertawa. "Nggak tahu cuman PDKT atau emang mereka sama-sama tertarik."

Sita tidak bisa menahan tawanya. Mungkin nanti dia bisa minta maaf pada Tayari karena sudah menertawakan dan menggosipkan sahabatnya sendiri.

"Oke. Udahan bahas Tayari, nanti dia kedutan." Bu Sri berjalan ke tengah. Matanya tertuju pada buku di tangannya. "Buka halaman 124, ya," pintanya.

"Bu Sri!" Seseorang menginterupsi. "Saya izin ke toilet." Gilang sudah berdiri dari bangkunya dan menunggu respon dari Bu Sri.

"Silakan. Sepuluh menit."

Gilang segera berjalan keluar. Sebenarnya tujuannya bukan toilet melainkan seorang gadis yang berjalan menyusuri koridor sembari sibuk memasang headset di telinganya.

WHAT SHOULD I CALL U(S)? ✓Where stories live. Discover now