BAGIAN 32 | Taman Bunga

8.7K 1.3K 49
                                    

"Kau yakin tidak ingin masuk ke akademi? Jika lulus dari sana kita akan lebih mudah mencari pekerjaan nanti," ucap Sakira.

"Tidak, aku tidak berniat masuk ke sana. Kau tahu sendiri, aku tidak suka kekuatan yang ku punya," jawab Lira.

Lira terlihat sedih. Ia kemudian melirikku.

"Ah, maaf Putri. Kami jadi mengobrol sendiri," ucapnya dengan ekspresi bersalah.

Aku mengangguk. "Tidak apa-apa,"

"Kak Lira dan kak Sakira. Tunggu di sini. Zinnia nanti ke sini lagi," ucapku.

"Eh, putri! Anda mau kemana?" tanya Sakira.

"Zinnia pergi dengan paman penjaga sebentar saja," aku menunjuk ke salah satu prajurit.

Aku ingin mencari bunga dan membuat mahkota bunga untuk mereka berdua. Aku sudah belajar dari Lily. Aku tidak banyak membantu, setidaknya aku ingin membuat mereka senang.

"Putri, kami ikut saja. Pekerjaan kami sudah selesai," ucap Sakira.

Aku ragu awalnya, jika mereka ikut maka bukan lagi kejutan. Tapi setelah dipikir-pikir, aku juga tidak berani pergi dengan prajurit ini sendiri.

Aku mengangguk.

"Anda ingin pergi kemana?" tanya Lira.

"Zinnia ingin membuat mahkota bunga," ucapku.

"Kak Sakira apakah bisa bertanya pada kupu-kupu dimana tempat yang banyak bunganya?" tanyaku mencoba bercanda.

Sakira tersenyum.

"Saya belum pernah mencobanya. Bagaimana kalau saya coba sekarang?" ucap Sakira.

Aku tercengang. Aku tidak bermaksud serius dengan permintaanku.

Sakira melihat ke sekelilingnya. Dia kemudian bersiul. Satu kupu-kupu datang. Kupu-kupu itu hinggap di jarinya.

Cahaya kecil muncul, akhirnya kupu-kupu itu pergi.

"Ayo kita ikuti dia," ucap Sakira.

"Waah!" aku bertepuk tangan.

Kami pun berjalan mengikutinya.

.

Padang bunga. Sangat indah.

"Bagaimana bisa ada tempat seperti ini?" tanyaku.

Sakira dan Lira pun ikut tersenyum.

"Bahkan ada tanaman obat yang bagus-bagus di sini," ucap Lira.

Sepertinya Lira sangat menyukai tanaman-tanaman obat itu.

Jika saja ada kamera. Rasanya aku ingin berfoto di sini.

Aku berjalan dan memetik beberapa bunga.

"Hmm.." setelah ku coba, ternyata sulit juga membuat mahkota bunga.

"Ini untuk kakak!" ucapku pada Sakira sambil menaruh mahkota bunga di atas kepalanya.

Sakira terkejut. "Ini untuk saya?"

"Terima kasih Putri. Saya akan menyimpannya dengan baik!" ucap Sakira. Aku merasa senang mendengarnya.

Lira sedang sibuk mengumpulkan tanaman-tanaman obat.

"Ah, apakah anak ini maksudmu?" tiba-tiba terdengar suara yang sangat berat. Dua orang lelaki paruh baya. Satu orang berpakaian mewah. Satu lagi berpakaian lusuh.

Mereka ada di belakang Lira.

Aku mencoba mendengarkan mereka berdua.

"Kak Sakira, siapa mereka?" tanyaku berbisik.

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang