BAGIAN 33 | Aku Siap?

8.2K 1.2K 6
                                    

"Aku menemukanmu. Kak Eric. Sekarang kau yang jaga," ucapku.

"Kau siapa?" tanyanya.

"Haha. Syukurlah karena aku sudah bersiap dengan situasi seperti ini," ucapku sambil tersenyum. Mataku berair.

.

Aku selalu siap diabaikan.

Karena aku sudah berencana tidak muncul ke permukaan bersama para tokoh sejak awal.

Jadi, sebenarnya Eric melupakanku adalah hal yang tidak terlalu menyakitkan.

Hanya.. sedikit sedih. Mengingat momen-momen bersama.

"..."

Tidak.

Sejujurnya aku tidak menyangka akan sesakit ini.

Satu-satunya orang yang tahu mengenai masa laluku. Yang selalu menemaniku mengobrol.

Mengapa sakit?

Aku memegang dadaku yang agak sesak.

Aku memejamkan mata. Menarik nafas.

"Hai Kak Eric. Kau adalah asisten pribadiku. Apa kau tidak ingat?" ucapku sambil melipat tangan di depan.

"Aku tidak ingat tentangmu," ucap Eric.

"Apa kau bercanda?"

Beri tahu aku jika kau bercanda. Aku hanya mengujimu!

"Kalau begitu mulai sekarang ingatlah bahwa kau adalah asisten pribadiku. Kau harus menurutiku," ucapku sambil menunjuk ke arahnya.

Eric hanya tersenyum. Itu malah membuatku bingung.

Eric yang biasa seharusnya marah jika ada orang asing berbicara tidak sopan padanya. Karena aslinya dia cukup dingin.

Jadi sebenarnya dia mengingatku atau tidak?

"Apa kau tidak ingat tentang Es Batu?" tanyaku.

Eric terlihat bingung.

Eric, kau pasti bisa membaca pikiranku bukan?

"Kau tahu aku bisa membaca pikiran?" tanyanya dengan mata membulat.

Apa kau jadi dungu setelah diserang oleh bapak menyebalkan tadi?!

"Aku memang tahu banyak hal, kau tahu itu," ucapku.

Eric menatapku dengan mata hitamnya itu. Seperti sedang menunggu penjelasan dariku.

"Eric. Jika kau bercanda aku akan sangat marah padamu," ucapku.

Tidak ada jawaban apapun.

"Hah.. Baiklah, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan," ucapku sambil memegang kepala.

Kenapa rasanya aku ingin menangis? Ini terlalu tiba-tiba.

Aku pun pergi dari sana. Hanya ingin merenung.

"Bukankah kau sudah mempersiapkan ketika hal seperti ini terjadi?" ucapku pada diri sendiri.

Seharusnya dari awal aku menghindari semua orang jika tahu akan sesakit ini.

Sejak pertama kali aku datang ke dunia ini, aku selalu berpikir aku bukan bagian dari tempat ini. Aku akan kembali.

Tetapi waktu yang kunanti-nantikan sangat lama dan tidak pernah terjadi. Aku mulai merasa tertekan.

Jika tidak ada Eric yang bisa aku ajak bicara, aku tidak tahu akan bagaimana jadinya beberapa tahun belakangan ini.

"Dasar Eric bodoh! Jika begini lebih baik kau tidak menganggapku ada sejak awal!" gerutuku sambil menendang kerikil.

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang