BAGIAN 36 | Prajurit dan Kue

7.8K 1.1K 26
                                    

Kami sampai di lapang latihan milik Juan. Ada banyak orang yang sudah berbaris dengan rapi di tengah lapang. Sebenarnya ini pertama kalinya aku ke sini.

Di kekaisaran Zoren, setiap pangeran mempunyai pasukan di bawah komando mereka masing-masing. Bahkan seorang Putri pun dapat memilikinya. Itu karena pemilihan penerus tahta menjadi kompetisi seluruh putra dan putri kaisar. Mereka bisa saling menyerang satu sama lain.

Tentu saja yang dapat menyerang keluarga kaisar hanyalah yang sama-sama merupakan keluarga kekaisaran. Para prajurit itu tidak akan dapat menyerang pangeran maupun putri yang berkompetisi. Mereka hanya bisa menyerang sesama prajurit saja. Maka biasanya para pangeran dan putri akan berduel.

Syukurlah, aku bisa tenang dengan masalah itu. Di cerita aslinya, Eric dan Syina tidak menyerang Juan, sang kandidat terkuat untuk menjadi kaisar nanti. Masing-masing mereka tidak punya tujuan untuk menguasai kekaisaran. Jika tidak, aku akan terkena masalah karena hal ini.

Semuanya menunduk memberi hormat pada Juan dan aku.

"Salam kepada Bintang Pertama dan Bintang Keempat Kekaisaran," ucap semua calon prajurit itu.

"Haruskah kita mulai?" tanya Juan.

Marad pun mengangguk.

Marad kemudian mulai menantang satu per satu dari mereka, sedangkan Juan memperhatikannya dengan santai sambil duduk di sebelahku.

Aku tidak suka pertarungan. Aku jadi ingat dulu, orang tuaku membuatku mengikuti salah satu seni bela diri. Aku sudah naik beberapa tingkat sabuk. Tapi ketika ujian kenaikan sabuk menjadi lebih sulit karena harus bertanding asli melawan teman sebaya, aku memutuskan tidak akan melanjutkan lagi. Aku tidak suka harus adu jotos dengan orang lain, meskipun memakai pelindung.

Jika dipikirkan lagi, sayang sekali tidak aku lanjutkan. Padahal orang tuaku hanya menginginkan aku bisa sebatas untuk membela diri sendiri.

Kapan aku bisa kembali pulang? Aku ingin cepat-cepat bertemu mereka lagi. Akhir-akhir ini aku tidak bisa mengingat wajah mereka. Aku terkadang mimpi buruk lagi karena hal itu.

"Oh?" aku terbangun dari lamunanku karena suara Juan.

Juan kemudian maju ke tengah lapang.

Apa dia akan bertarung? Ini cukup menarik. Aku belum pernah melihatnya bertarung.

Dia mulai mengambil sebuah balok besi. Dalam hitungan detik besi itu berubah menjadi sebilah pedang. Pertama kalinya aku melihat Juan mengunakan kekuatannya.

Trang. Trang.

Dia mulai menyerang lelaki yang tadi diuji oleh Marad.

"Aku tahu kau bukan orang Zoren. Darimana kau berasal?" tanya Juan yang sekarang sedang menyerang orang itu.

"Saya berasal dari Holimon, Yang Mulia," ucapnya.

"Holimon?" ucap Juan yang mata dan senyumnya mulai melebar. Pertanda dia mulai menunjukkan sifatnya di pertarungan.

Juan mulai menyerang kembali orang itu. Sedangkan orang itu tidak tergoyahkan.

"Dengan kekuatan seperti itu, mari ku lihat kau dapat bertahan berapa lama lagi. Keluarkan saja kekuatanmu," ucap Juan tanpa melunturkan senyumnya yang lebar itu.

Pertarungan semakin sengit. Aku tidak bisa mengalihkan kedua mataku dari mereka. Orang dari Holimon itu mengeluarkan kekuatan apinya. Dia merubah pedang miliknya menjadi pedang api.

"Haha, api? Cukup bagus," ucap Juan.

"Tapi apa bagusnya hanya menambahkan api pada pedang?" lanjutnya.

Aku Adik dari Anak Kesayangan Keluarga IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang