12. Gossip + Style

137 36 123
                                    


Happy reading 🖤

.

Setelah mendapatkan izin dari pihak keamanan untuk masuk asrama, Bumi yang terlihat sibuk mengenakan jam rolex di tangan kirinya itu berhenti sejenak di tangga persimpangan asrama putra-putri. Atau, anak-anak biasa menyebutnya sebagai titik Y.

Tak ada niat apa-apa, tak ada juga yang menarik perhatiannya di sekitar. Hanya ada beberapa anak yang terlihat mengobrol di pantri bawah tangga. Mungkin mereka izin tak berangkat sekolah.

Tapi Bumi baru ingat satu hal yang mungkin ia lewatkan karena terlalu menikmati waktunya bersama Kalula seharian lalu. Tak ada alasan untuk Gibran memerintahkan dirinya cepat-cepat pulang ke asrama. Dan bukan kewajiban juga bagi ia untuk setuju. Ada apa dengan dirinya? Ia merasa bodoh sekarang.

"Rahmat, Ridwan, Ramdani, Roni, Rinto kali namanya."

Baru saja Bumi hendak meneruskan langkahnya menuju asrama putra, sayup terdengar suara percakapan dari arah jendela di samping pintu masuk. Saat ia berbalik memastikan, dua orang dengan masing-masing mie cup di meja ternyata tengah asik berghibah sambil sesekali menyaksikan halaman luar yang terhubung langsung dengan lapangan belakang Damara.

Mereka tak bersekolah, jika alasan sakit, maka Bumi akan mendoakan sampai sakit parah sungguhan.

"Rangga ya anjir! Alumni sini! Lo gak inget?" Yang berkaus Liverpool sedikit ngegas. Sementara lawan bicara si rambut kribo menanggapi dengan geleng-geleng ditambah pandangan menerawang ke langit-langit. Seolah sedang mengingat sesuatu.

Percakapan masih terus berlanjut. Entah bertopik apa, Bumi yang harusnya tak peduli seakan tersihir untuk terus diam di tempat mencari alasan kecil tak masuk akal seperti berjongkok, mengikat tali sepatunya yang sudah sangat kencang.

Sesekali melirik lewat ekor matanya, kemeja biru kotak yang Bumi kenakan ia gulung lengannya sampai siku.

"Sekarang lo bayangin, seberapa malunya Mrs. Lucy? Muridnya meninggal dibunuh sama mantan muridnya--"

"Jangan baca berita setengah-setengah makanya!"

Seseorang tiba-tiba datang menyela kasar mereka yang tengah Bumi dengarkan percakapannya dengan saksama. Seorang perempuan, nampak punggung dengan rambut gelombangnya yang panjang.

Dari yang Bumi teliti--entah siapa perempuan tersebut--tapi power yang diberikan terasa besar, terlihat dari ekspresi dua lelaki yang sebelumnya memakan mie cup itu langsung menghentikan aktivitas.

Perempuan itu mungkin bagian atau malah teman dekat para cowok lambe lemes itu. Nyatanya, tanpa rasa canggung sedikitpun, si gadis ikut menenggak minuman kaleng milik si kribo tanpa permisi. Bumi sedikit terkejut.

Merasa penyakit penasarannya mulai kambuh, perlahan Bumi juga menuruni tangga. Lupa, tujuan awal bertemu sang malaikat maut di dalam asrama.

Ada vending machine di dekat sana, Bumi akan gunakan untuk menjadi alasan selanjutnya menguping. Atau jalan pintas, jika pokok pembahasannya tak bermutu sekalipun, Bumi akan tetap lakukan, karena terlanjur tertarik dengan gadis yang bisa Bumi simpulkan seorang Dior antusias, terlihat dari semua yang dikenakan milik brand tersebut.

Random mungkin, tapi seketika Bumi ingat Kalula. Tentang fashion gadis itu yang lebih condong pada merk Celine. Bayangkan jika dua gadis tersebut ternyata satu circle.

Class Is OverWhere stories live. Discover now