6.

57 23 27
                                    

"Pindah?"

Wanita cantik bernama Aurora atau biasa di panggil Rora itu mengangguk dengan senyum cantik terpatri di wajah cantik nya.

"Ini demi kebaikan kamu, Alya. Tolong jangan tolak permintaan mommy ini lagi, mommy takut kalo kamu tinggal sendirian, kamu itu perempuan dan peluang bahaya lebih besar." Ujar Rora.

Dua hari setelah meninggal nya nek Wati, Alya tinggal sendiri dan dua hari itu pula Alya izin dari sekolah dengan bantuan Mario.

Selama itu pula Rora tidak bisa tenang, memikirkan Alya yang tinggal sendirian di rumah, apalagi rumahnya cukup jauh dari tetangga.

Kalau ada apa apa dengan anak gadis nya bagaimana?

"Mau yaa" bujuk Rora lagi karena tak juga mendapat respon.

Alya menatap lekat wanita di samping nya yang sudah menganggap dirinya sebagai anak, ralat bukan hanya Rora tapi daddy Jovian dan bang Rio juga menganggap nya sebagai keluarga.

Dan permintaan untuk Alya tinggal dengan mereka itu bukan pertama kalinya, mereka kerap meminta agar Alya dan nek Wati tinggal bersama mereka, tapi nek Wati menolak nya dengan alasan tak enak karena bagaimana pun mereka tak ada hubungan darah.

Nek Wati juga beralasan tidak bisa meninggalkan rumah nya, tempat dimana ia menghabiskan waktu bersama suaminya yang sudah meninggal lebih dulu.

Tapi Alya harus bagaimana sekarang? Tinggal sendiri atau ikut mereka? Sebenarnya ia pun tak ingin meninggal kan rumah ini tapi tinggal sendiri pun sangat beresiko, apalagi dia seorang perempuan dan rumah nya juga terpaut cukup jauh dengan rumah tetangga.

Alya memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap wanita di samping nya dan mengangguk pelan seraya tersenyum.

"Alya, mau"

Mendengar jawaban Alya sontak Rora terbelalak kaget dan memeluk erat Alya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. Melihat dua wanita yang sangat di sayangi nya, Mario tersenyum tipis dia pun ikut lega dengan keputusan Alya.

Akan bahaya jika Alya tinggal di sini sendirian.

"Makasih sayang, mommy seneeeng banget akhirnya kamu nggak nolak lagi" ujar Rora yang ternyata menangis di pelukan Alya.

Gadis itu pun terkejut mendapati mommy nya menangis, se seneng itu kah? Hati Alya bergetar merasa di sayangi dengan besar dan tulus selain mama dan nenek nya.

"Mommy jangan nangis dong, nanti Alya nggak jadi pindah nih" ancam Alya yang tentu hanya alibi nya saja.

Mendengar itu, Rora langsung melepaskan pelukan nya beralih memegang kedua bahu Alya.

"Ih.. ya jangan dong, nih mommy nggak nangis lagi nih" gerutu Rora, Alya terkekeh ringan melihat mommy nya dengan cepat menghapus air matanya sendiri.

Rora tersenyum tipis karena berhasil membiat Alya tertawa, dia tau anak gadis nya itu hanya pura pura dengan ancaman nya tapi tak apa demi menyenangkan hati anak gadis nya dia ikuti saja alurnya. Karena tak ingin menangis kembali akhirnya Rora mengalihkan pandangan nya pada anak laki laki nya.

Sedang apa dia? Sedari tadi diam terus, jangan jangan sawan lagi.

Wanita cantik itu berdecak kesal melihat raut datar anak laki laki nya.

"Ck, Abang jangan diem aja kenapa sih, kasih mommy selamat kek berhasil bujuk Alya" omel Rora, kesal melihat wajah anak lelaki nya yang begitu mirip dengan suami nya.

Bukan hanya wajah tapi semua yang ada di diri anak nya itu sama seperti Jovian.

Terkadang Rora mengeluh, seharusnya cukup suami nya saja yang memiliki raut wajah datar dingin, anak nya jangan. Tapi apalah daya, gen suaminya itu lebih kental dari pada diri nya.

Alya Story [On Going]Onde histórias criam vida. Descubra agora