8.

56 16 41
                                    

Selamat membaca!!

*

*

"Alya, bu. Saya pilih, Alya".

Bu Mutia mengangkat satu alis nya."Murid yang tadi terlambat?" Tanya nya memastikan.

Dina mengangguk yakin, melihat itu bu Mutia menatap anak murid nya yang rata rata menunduk kan kepala nya.

"Alya, silahkan maju, bantu teman kamu." Titah nya.

Greett!

Alya mendorong kursinya, bangkit dan berjalan ke depan dengan santai.

Sepi, hanya ada suara langkah Alya yang saling bersautan. Perlahan mereka yang menunduk, mengangkat kepala nya.

"Kamu harus bisa bantu temen kamu. Kalau salah, kalian berdua saya hukum" ujar bu Mutia.

"Baik, bu"

"Sorry, Ya" lirih Dina.

Alya mengangguk ringan seraya tersenyum tipis, menenangkan Dina, dan menerima spidol yang di berikan teman nya itu.

Gadis itu menghapus apa yang salah, dan mulai mencoret papan tulis dengan cepat, semua pasang mata tak bisa mengalihkan pandangan nya dari Alya.

Bu Mutia mengangkat satu sudut bibir nya kedua tangan terlipat di bawah dada.

Dia berfikir ini keberuntungan bagi Dina karena tak salah meminta bantuan kepada siapa. Tentu bu Mutia tau siapa Alya, seorang gadis yang mendapatkan beasiswa karena nilainya yang sempurna.

Selesai!

Alya menyingkir dari hadapan papan tulis, bu Mutia langsung memeriksa kembali jawaban murid baru nya itu meskipun ia sudah tau hasil nya.

Dina menggigit bibir bawah nya mata nya bergerak tak tentu pertanda gugup. Yang jawab siapa yang gugup siapa.

"Jawaban nya benar, kalian berdua boleh duduk kembali".

Seisi kelas menghembuskan nafasnya pelan, merasa lega. Seketika Dina melemaskan kedua bahunya, kedua matanya melirik Alya dan tersenyum, Alya tersenyum tipis menanggapi nya.

"Terimakasih, bu". Saut Alya dan Dina, kedua nya duduk kembali di tempat masing masing.

"Saya peringatkan kembali, selalu fokus kalau sedang belajar jika tidak mau mendapat hukuman. Dan itu tidak hanya di mata pelajaran saya..tapi semua, mengerti?" Ujar bu Mutia.

"Mengerti, bu" jawab mereka kompak.

🌼🌼

Matahari begitu terik sekarang, membuat banyak orang bersantai di kantin, jam istirahat menguar ke penjuru kelas beberapa menit yang lalu, kantin pun kembali penuh meski bukan jam istirahat pertama.

"Pelan pelan, Din. Nggak ada yang minta kok". Ingat Alya, melihat bagaimana cara makan Dina yang sangat cepat.

Ngeri, itu yang ada di benak Alya melihat cara Dina makan, takut nanti tiba tiba keselek mana keliatan nya pedes banget lagi.

Sekedar informasi, Alya tidak suka makanan terlalu pedas, suka tapi tidak terlalu.

"Laper, Ya. Perut gue langsung kosong gegara mikir keras tadi" ucap Dina sambil mengunyah bakso dengan semangat.

"Nanti keselek" celetuk Farah.

UHUKK!!

Alya Story [On Going]Where stories live. Discover now