10.

31 11 33
                                    


Selamat membaca!!
Koreksi kalo ada typo atau kata kata yang kurang pas, okey?!


**○**

Satu minggu sudah Alya tinggal bersama keluarga Jovian, begitu juga Alya sudah cukup terbiasa dengan perbedaan yang mencolok dengan mereka.

Satu minggu itu pula Alya belum berkunjung ke rumah lama nya, rumah yang penuh kenangan.

Dan sekarang Alya sudah rapih dengan setelan casual nya, dia akan pergi ke rumah lama nya mengambil barang yang belum sempat dia bawa sekalian mampir ke kuburan nenek, kakek dan orang tua nya.

Alya melirik benda di pergelangan tangan nya.

07.00 wib

Dia tersenyum tipis, berhubung weekend, Alya memutuskan pergi di pagi hari karena kemungkinan dia akan menghabiskan banyak waktu di rumah lama nya.

Alya mengambil ponsel di atas kasur dan menyimpan nya di slingbag, Alya menutup pintu kamar dan menuruni anak tangga.

Sesampainya di bawah, kedua mata Alya bergerak mencari wanita yang sekarang menjadi 'mommy' nya.

Mata nya menangkap sosok wanita cantik tengah duduk dengan elegan seraya membaca majalah.

"Mommy" sapa Alya sesampainya di depan Rora.

Rora mengalihkan pandangan nya ke suara yang memanggilnya, reflek kedua sudut bibir nya terangkat membentuk senyuman.

"Eh, Alya. Kamu jadi pergi?" Tanya Rora dan melirik jam di di tangan nya, Alya mengangguk membenarkan.

"Sekarang? Masih pagi lho?" Lanjut Rora.

"Iya soalnya nanti Alya lama di sana. Nggak papa kan, mom? Sekalian juga Alya mau ke makam"

"Nggak papa, kamu puas puasin deh nostalgia dia sana, titip salam ya buat almarhum" ucap Rora tak keberatan, membiarkan Alya melakuan apa yang dia suka, karena memang selama seminggu ini anak gadis nya tidak keluar rumah meskipun sekedar nongkrong dengan teman nya.

Mengingat 'teman', Alya belum pernah cerita apapun tentang keseharian nya, Padahal Rora berharap Alya terbuka dengan nya menceritakan segala keluh kesah nya. Rora sering berfikir apakah anaknya tidak memiliki teman? Kenapa tidak pernah keluar rumah sekalipun?

Apalagi Mario telah melarang Alya bekerja di cafe milik nya, lelaki itu tidak mau adiknya terlalu lelah. Selama ini Alya sudah memikul hidup cukup berat.

Mario hanya ingin mengangkat beban itu dari punggung ringkih Alya, itu saja.

"Alya, pamit. Assalamu'alaikum, mommy"

"Wa'alaikumsalam"

Alya melangkah santai keluar dari rumah besar ini ralat mansion ini. Sesampainya di teras Alya sudah di tunggu seorang pria bertubuh tegap berseragam serba hitam kemeja putih lengkap dengan kaca mata hitam yang bertengger gagah di hidung mancung nya.

"Selamat pagi, nona" sapa nya dengan nada datar seraya menundukan kepala nya.

"Pagi" balas Alya.

Pria itu membuka kan pintu belakang mempersilahkan nona muda nya duduk. Dia menutup pintu belakang setelah Alya duduk manis di belakang, dengan langkah tegas nya dia mengitari mobil bagian depan dan duduk di kursi kemudi.

Bleegh!

"Anda mau kemana, nona muda"

"Ke rumah Alya, pak"

Pria itu menaikan sebelah alisnya bingung, bukan kah ini rumah nya? Seperkian detik berikutnya pria itu mengangguk pelan, paham dengan maksud nona muda nya ini.

Alya Story [On Going]Where stories live. Discover now