14.

23 10 9
                                    

Jam kosong.

Semua murid menikmati itu, bahkan murid yang gila prestasi sekalipun.

Beberapa anak ada yang duduk di luar kelas, hingga koridor nampak sedikit ramai.

Di sini ada peraturan yang sekolah lain pun pasti melakukan nya, yaitu di larang ke kantin atau bermain di lapangan.

Alasan nya simpel, anak muda sekarang kalo di kasih kenikmatan sedikit saja mereka akan terlena, jadi harus ada larangan nya. Tapi kenapa harus lapangan dan kantin?

Ya karena kedua tempat itu yang paling berpotensi membuat keributan saat jam kosong.

Tapi dengan tau diri nya, mereka tidak berontak atau melanggar ya walaupun ada beberapa anak yang anggap angin lalu peraturan itu.

Di kasih jam kosong saja sudah syukur alhamdulillah, bisa mengistirahatkan otak meski sebentar.

Alya pun begitu, meski dia suka belajar tapi dia juga tidak bisa bohong jika dia menyukai jam kosong.

Tapi tidak untuk sekarang karena ada seseorang yang merenggut kebebasan nya, jika akan seperti ini maka Alya lebih memilih tidak ada jam kosong.

Ceklek!

Alya menatap punggung tegap yang membelakangi nya. Terlihat gagah dari belakang tapi sayang wajah nya menyebalkan.

"Kenapa?"

Lelaki itu berbalik badan, menunduk menatap lawan bicara nya.

Bukan nya menjawab lelaki itu malah menarik lengan Alya agar berdiri lebih dekat dengan nya. Entah kenapa Alya yang biasa nya tidak suka bersentuhan dengan orang asing terlalu intens kini diam tanpa menolak.

Mereka berdiri dengan jarak sangat dekat bahkan ujung sepatu mereka saling bersentuhan.

"Panas?"

"Ya menurut lo gimana?" Saut Alya sengit.

Ryan menarik tangan Alya membawa gadis itu ketempat yang terhindar dari teriknya mata hari.

Yap, Ryan orang yang sudah merusak mood Alya karena memaksa gadis itu untuk menemuinya.

Kesal? tentu saja, sing bolong gini di suruh ke rooftop? harus nya kalau Ryan butuh, lelaki itu sendiri yang harus menemui Alya, tapi ini malah sebaliknya dan lebih membingungkan nya lagi Alya malah pergi menemui Ryan meski dia bilang tidak.

"Mau ngomong apa, nggak usah basa basi" ucap Alya begitu duduk menghadap Ryan di tempat yang terhindar dari terik matahari.

"Lo udah tau rencana gue kan?"

"Hm"

"Lo nggak marah setelah lo tau?"

"Buat apa gue marah? Karena nanti lo sendiri yang kalah sama permainan lo" balas Alya santai.

Kedua nya terdiam, Ryan menatap Alya yang kini menatap lurus ke depan.

"Gue nggak suka sama lo dan lo tau itu"

Alya mengangguk membenarkan,"Tapi setidaknya untuk sekarang nggak tau nanti"

Ryan meyeringai tipis mendengar nya, selama dia hidup dia tidak pernah merasakan cinta dari orang asing, lalu bagaimana gadis biasa seperti Alya bisa membuat dia jatuh cinta?

"Kalo gitu gue ubah cara main nya, siapa yang jatuh cinta dia kalah."

Alya menoleh sebentar lalu kembali menghadap depan.

"Nggak tertarik"

"Gue anggap iya"

Alya menolehkan kepala nya dan terlihat senyum kemenangan lelaki itu, yaaah Alya lupa Ryan tidak suka penolakan.

Alya Story [On Going]Where stories live. Discover now