[ BAB - 11 ]

29.2K 3.1K 2K
                                    

SPAM AGRESHASA SEBELUM BACA👉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SPAM AGRESHASA SEBELUM BACA👉

BAB 11 He Driving You Crazy.




“Kalau cincinnya hilang, lo harus tanggung resiko.”

Baru saja mau menanggalkan cincin di jemarinya, Shasa otomatis membelalak mendengar penurutan Agres barusan.

Shasa dengan santai menaikan dagu. Seolah tak gentar atas ancaman Agres yang menakut-nakuti dirinya. Tenang, Bos! Shasa suka tantangan, dan melawan Agres merupakan salah satu tantangan yang meningkatkan adrenalin.

“Apa, tuh?” tanyanya seraya mengulas senyum secerah mentari di pagi hari.

“Gue pasangin cincin baru di acara pertunangan kita yang asli.”

Senyum yang terpatri di bibir Shasa lenyap terganti oleh warna memucat pertanda ia benar-benar terperangkap akan rasa takut pernyataan Agres menjadi kenyataan.

Hangga memijat pangkal hidung mancungnya menyaksikan Shasa yang merebahkan badan di tempat tidur. Bukan main— sudah menumpang untuk bersantai, Shasa juga rebahan dengan posisi nyaris menguasai sisi tempat tidur hingga seprei yang ia rapikan kini sudah berantakan dan kusut.

Shasa dan mamanya memang spesialis mengacaukan barang yang rapi.

“Sha, gue mau ke bawah ambil pesenan go-pud. Lo mau nitip sesuatu, enggak?”

“Enggak, kok, makasih, Mas.”

Bookmark baik-baik kalimat Shasa. Tandai pakai spidol berwarna merah. Ingat bahwa Hangga telah menawari Shasa. Sebab, naik dan turun tangga dari lantai atas ke lantai dasar bukan perkara mudah bagi tipikal orang pemalas seperti Hangga.

“Ok, lo yakin?”

“Iya, Mas, gue lagi enggak mood ngapa-ngapain, mau minum apa juga males.”

“Siap.”

Suara debuman pintu kamar yang tertutup berarti Hangga sudah keluar kamar. Shasa mengangkat tangan, menelisik lamat-lamat cincin yang melingkar di jari manis sebelah kanannya. Ia mengenyit, sampai memicing seolah sedang menganalisis setiap detail cincin tersebut.

“Apa Agres naroh chip di sini? Atau ada fitur perekam suara?”

Netra Shasa mengelilingi kamar Hangga. Ia membaca situasi. Takut semisal dikata sinting jika ada yang melihat dirinya berbicara dengan cincin. Merasa aman, Shasa mendekatkan jarinya ke bibir.

“Halo, Agres? Lo denger suara gue, 'kan? Mampus, lo ketauan mata-matain gue, Anjir!” serunya menggebu-gebu.

Otak imajiner Shasa serasa diberi backsound senada dengan aksinya; yakni suara jangkrik yang berbunyi ibarat alarm yang menyadarkan Shasa atas segala tingkah laku bodohnya.

REDFLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang