[ BAB - 24 ]

22.1K 2.3K 1.2K
                                    

Some typos will be revisi soon!

BAB 24 - FEELING UNSAFE




“RUTO!”

Seruan tersebut menggema ke seluruh ruang kelas, menyebabkan semua mahasiswa yang ikut serta di ruangan mengalihkan pandangan ke sumber suara.

Nyaris mayoritas mahasiswa pasti memiliki asumsi yang sama mengenai penampilan perempuan yang berteriak barusan; ‘Begitu seksi dan menggoda.’

Sudah dipastikan ia berasal dari fakultas salah satu kejuruan yang mendalami tetek bengek dunia fashion. Terlihat betapa modis, tertata pula menawan perpaduan kain demi kain yang membalut badannya.

Hampir sebagian besar dosen mewajibkan mahasiswa jurusan fashion design berpenampilan modis. Itulah mengapa, selain mahasiswi kedokteran yang menjadi pusat para mahasiswa menggerlingkan mata genit— mahasiswi fashion desaign pun merasakan hal yang dialami oleh mereka.

Perempuan tersebut berjalan menghampiri si twins yang berdiri berdampingan. Ia berhenti tepat di depan kedua pemuda berwajah bak pinang terbelah dua itu.

Nampak dari rautnya kebigungan membedakan antara Haru dan Ruto. Tidak lucu bukan? Ia sudah kepalangan emosi, malah harus menyempatkan diri bertanya dahalu, yang mana gerangan Ruto?

Ruto menyenggol Haru. Haru menaikan alis, ia memalingkan kepala melihat sang adik.

“Ruto, dia nyariin lo,” kata Ruto kepada Haru.

“Hah?”

Haru membeo, ia tidak mengerti trik bulus yang sedang diperankan oleh Ruto.

Brugh!

Belum diberi waktu memproses, tas selempang yang tadinya tersampir di bahu si perempuan kini mendarat di pipi kanan Haru.

Sontak saja, Haru meringis— ia refleks memegang pipi untuk mengusap pipi yang berdenyut nyeri.

“Lo— asshole! Bajingan! Keparat!”

Haru menelan ludah, selagi dirinya mendengar rentetan sumpah serapah yang dilontarkan tadi. Buset! Ia memikirkan perbuatan apa yang dilakukan Ruto sampai si perempuan di depannya amat sangat mendongkol?

“Lo bahkan natep gue sedatar ini? Lo enggak mau minta maaf?”

“M-minta maaf?” tanya Haru ragu-ragu, ia melirik Ruto.

“Gini ..., gue aja yang mewakili adik gue minta maaf. Maaf gue gagal jadi kakak, makanya adik gue bersikap kurang ajar ke lo,” pungkas Ruto.

Si perempuan menatap Ruto. “Mewakili? Lo pikir lo agensi artis? Lo tau dia ngapain?” Lawan bicaranya menggeleng, ia melanjutkan kata. “Lo enggak tau apa-apa tapi sok-sokan mewakili dia minta maaf. Dia selingkuh sama sahabat gue, Anjing!”

Oalah, Ruto memang adik yang patut diacungi jari tengah. Sudah punya predikat pemain wanita saja telah membuktikan adiknya bukan pemuda baik. Ditambah— ia mengkambing-hitamkan Haru di situasi terpojok begini. Hingga, Haru yang mesti menerima pukulan serta cacian dari orang lain atas perbuatan laknat sang adik. Sintingnya, Ruto malah berlagak bak kakak tidak becus. Merusak pamor Haru yang terbilang playboy abal-abal.

“Maaf, gue salah,” ujar Haru.

“Gue enggak bakalan maafin lo, Bangsat!”

Setelah mengungkapkannya, si perempuan lantas pergi dari ruangan. Haru menyapu ujung bibir memakai jari jempol. Sial! Lantaran terlampau keras, sudut bibir pemuda itu sobek. Alhasil, ia harus menahan perih yang menjalar.

REDFLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang