[ BAB - 31 ]

18.3K 1.9K 2.9K
                                    


CHAPTER 31 ; OVERPROTEKTIF


Memecahkan kasus berdasarkan teori peneliti atau penemu merupakan konsumsi harian mahasiswa jurusan PGSD. Tak tanggung-tanggung, analisis soal  yang membuat kepala berdenyut nyeri senantiasa diberikan dosen.

Sudah pusing masalah rumah, Shasa bertambah beban sakit kepala dengan tugas-tugas mata kuliah.

“Gue yakin, gue emang salah jurusan, sial.

Haru yang duduk di sebelah kanan Shasa tak kuasa menahan gelak tawa. ‘Salah jurusan’ pasti kalimat pamungkas yang Shasa keluhkan acap kali diberi tugas berbondong-bondong.

Ia sudah hapal tabiat Shasa yang dalam hidupnya; mengeluh, berkeluh kesah, serta bersusah hati perihal tugas.

Meskipun, ia tetap mengerjakannya.

“Emang hari ini lo dikasih kasus apa?”

“Lo enggak bakalan paham, Ru,” sahut Shasa.

“Gimana ceritanya lo belom ngasih tau—”

“Eh, gue denger lo diputusin cewek?”

Shasa mengalihkan topik. Raut wajah Haru nampak masam. Siapa lagi yang membocorkan aib dirinya kalau bukan si adik laknat yang selalu bahagia setiap Haru diinjak-injak kaum Hawa.

“Gue enggak diputusin,” koreksi Haru.

Shasa terkikik. “Oh, iya— belom jadian, 'kan?”

“Hm,” deham Haru. “Perasaan gue enggak punya salah apa-apa. Kemarin masih chat, masih playdate, masa semalam dia ngomong pengen berhenti?”

“Lo kelamaan nembaknya?”

“Bukan— dia jelasin. Gegara mantan gue si Dhesy dia insecure. Terus mikir, gue mau jadiin dia pelarian, doang.”

“Gue semisal jadi temen pdkt lo pasti mikir, sih. Tau lo punya mantan secantik Dhesy emang bikin kita overthinking.”

Gue apes mulu, Sha. Keknya jodoh gue belom lahir, deh. Apa ntar anak lo—”

“Cuih! Amit-amit! Pedo bajingan lo!” umpat Shasa.

Joke, Neng, joke! Elah, serius amat.”

“Candaan lo bawa-bawa jodoh. Ntar diiyain Tuhan gimana.”

“Susah, Sha— ibadah gue bukan sholat. Bentengnya ngalahin benteng China.”

“Ya, juga, ya, lo kritis banget mikirnya. Beda sama Ruto yang mantannya didominasi cewek hijaban.”

“Ruto tuh selalu optimis enggak bakalan jatuh cinta yang tulus ke cewek manapun. Ya, alhasil milih pacar bukan berdasarkan agama.”

“Dia nyari cewek ber-fashion yang goodlooking.”

Haru manggut-manggut. “Gue khawatir, Sha, ntar kalau dia kejebak omongan sendiri gimana?”

Berniat memberikan petuah kepada Haru supaya tak terlalu dipikirkan. Tangan Shasa yang hampir menepuk pundak Haru dihalau oleh seseorang.

Laki-laki yang berdiri di belakang mereka lantas memasang tampang stoic.

Skinship lo kelewat batas, Sha,” tegur Agres.

Ia menarik paksa Shasa untuk berdiri. Shasa pun patuh, perempuan tersebut berdiri dan memutasi kursi kayu panjang dan berdiri tepat di samping Agres yang kini melingkarkan tangan ke pinggang ramping dirinya.

“Yaelah, Res— enggak usah anggap gue saingan,” kata Haru tenang. “Sorry, gue cuma nemenin dia. Enggak maksud aneh-aneh.”

“Udah, enggak usah minta maaf, Ru. Lagian, kita enggak keciduk lagi ciuman, kok,” sarkas Shasa.

REDFLAGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang