sakit

1.6K 233 583
                                    

Seorang gadis yang tengah tiduran di sofa dengan satu kaki menjulang kebawah, tak henti-hentinya berdecak kesal.

Tzuyu melirik jam di dinding, sudah hampir 2 jam dirinya menunggu kepulangan Sana. Namun yang ditunggu belum juga menampakkan batang a n u n y a. Ehh kok?!

Sebentar? Cihh sebentar apanya!

Tzuyu berdecih kala mengingat pesan terakhir Sana yang disampaikan pada bu riksa sebelumnya.

Kriukk kriukk

Tzuyu menghela nafas. Ia menatap perutnya prihatin, yang sadari tadi meraung-raung minta dipuaskan. Setidaknya oleh satu suap nasi.

Tzuyu mendudukkan tubuhnya, ia beranjak hendak melangkahkan kakinya ke dapur

  "Ohiya lupa! Smua makanan udah gue buang" tzuyu tepuk jidat, lalu membelokkan langkahnya ke luar rumah.

Sesampai didepan rumah, tzuyu termenung sejenak sambil menatap tong sampah intens. (Berdoa saja semoga  tong-sampahnya gak sampe meleyot ya gess ya^)

"Pungut-jangan, pungut-jangan, pungut-jangan, pung-" saat menghitung kancing pada kemeja putih yang dikenakannya, tzuyu baru sadar ternyata kancingnya hanya terdapat 6 biji saja.

Oh no! Tzuyu tidak bisa membiarkan perutnya keroncongan

Tanpa aba-aba, tzuyu segera bergegas ke kamarnya. Membuka lemari, kemudian mengobrak-abrik pakaian hendak mencari 1 kancing lagi.

Setidaknya tzuyu membutuhkan 7 biji kancing untuk memperoleh jawaban akhir. yaitu pungut

"Nahh ketemu" ujar tzuyu tersenyum senang, iapun mulai menghitung kembali kancing keberuntungannya "pungut-jangan, pungut-jangan, pungut-jangan, yahh~ pungut" lanjut tzuyu mengeluarkan nada kecewa diakhir

"oke, karna hasil akhirnya adalah pungut. Terpaksa gue harus memungut ulang tu makanan" finalnya pura-pura berat hati

Tzuyu pun kembali berlari untuk memungut beberapa toples makanan yang sudah ia buang sebelumnya ke tong sampah.

[Gess, bahasa penulisanku mudah dipahami gak sihh?😭 Ayokk, katakan 'paham' agar aku tidak menangis!! Canda nangis:(]

>>>>>>>

Suap demi suap, tzuyu masukkan makanannya kedalam mulut. Hingga disuapan terakhir, pergerakannya harus terhenti kala mendengar suara pintu depan terbuka.

Sana

Itu pasti sana!

Tzuyu panik, ia buru-buru merapikan makanannya dengan berantakan.

Jangan sampai Sana tahu kalau tzuyu sudah memakan masakannya dengan lahap.

Tzuyu celingak-celinguk, ia harus segera bersembunyi didalam kamarnya. Berakting seolah-olah belum makan, agar setidaknya sana merasakan sedikit penyesalan. Siapa suruh bikin anak orang menunggu lama?

Ceklek

Sesuai dugaan, Sana masuk begitu saja ke kamar Tzuyu setelah mengetuk pintu itu beberapa kali.

"Tzu.." panggil sana terdengar lesu ditelinga tzuyu

Tzuyu masih pura-pura memejamkan matanya, enggan menyaut ataupun menatap sana.

Tzuyu menarik napas dalam, saat sebuah usapan lembut terasa dikepalanya.

"Maaf" ujar sana pelan.

Cup

Reflek tzuyu membuka mata lebar, saat dengan lancang sana mencium bibirnya lalu melumatnya sedikit.

"Pas" gumam sana seraya menjilati bibir miliknya

"A-apanya yang pas?" Tanpa sadar tzuyu membalas gumaman sana

Sana sedikit terkejut, ia pikir tzuyu beneran tertidur.

"Masakan gue"

"Hah? Kapan nyicipnya?"

"Barusan" sana menatap bibir tzuyu sekilas, lalu mencondongkan wajahnya ketelinga tzuyu  "dari bibir lo yang belepotan" lanjutnya tersenyum jahil

"Anj-"

"Tzu."

Tzuyu segera menutup bibirnya menggunakan kedua tangan.

Sana terkekeh "perasaan menu yang gue masak gada unsur manis, tapi kok rasanya legit gini ya" goda sana sambil terus menerus menyecap bibirnya sendiri

"Mesum! Pergi lo, kak" Tzuyu yang kepalang malu, buru-buru membersihkan bibirnya dari bekas makanan tadi.

Sana tersenyum, ia berdiri hendak melangkah pergi namun tiba-tiba saja kepalanya terasa berat dan pusing.

Brukk

Sana ambruk ke lantai, membuat pekikan kaget keluar dari mulut tzuyu.

Tzuyu bangkit dengan tergesa, ia segera membopong sana kemudian membaringkannya ke atas kasur.

"Busyett! ini jidat atau hati reader. Panas bener" syoknya sehabis mengecek suhu tubuh sana (wkwkwk canda hati reader)

"T-tzu lo ngapain?" Purau sana berucap lemas

"Mau nyelimutin lo"

"Ya gak sampe nutup kepala juga. Lo mau sekalian nutup ajal gue?"

"Ohiya lupa" tzuyu menyikap kembali selimutnya hanya sebatas leher "lo tunggu sini, gue mau ambir ember sama kanebo"

"Jangan aneh-aneh. Ambil begituan buat apaan" jujur ini sana udah lemes banget, gak tahan rasanya pengen mengistirahatkan diri

Ck ck jangan aneh-aneh katanya? Mana pake nanya buat apaan segala lagi? Tzuyu berdecak tak habis pikir. "Ya~ buat kompres lo lah"

Sana melongo

"Lo gak pernah ngurusin orang sakit ya? Ya maklum sihh lo kan anak tunggal kaya raya beristri yang sibuk pacaran mulu diluar. Jadi lo mana tau soal kompres mengompres" lanjut tzuyu sarkas

Sana menghela napas sabar, kepalanya yang sakit serasa ingin meledak saat itu juga "lo pikir jidat gue terlihat seperti kap mobil? Mana ada kompres pake kanebo"

"Lah terus pake apaan?"

"Gak usah"

Sana menarik lengan tzuyu, menyuruhnya ikut berbaring disamping. "Lo cukup temenin gue disini, tar juga panasnya turun" ujar sana sambil memejamkan mata "gue cuma butuh tidur"

"Yaudah tidur"

Tzuyu mengubah posisinya menghadap sana, ditariknya tubuh sana untuk dia rengkuh. Sana pun reflek melingkar kan tangannya ke pinggang tzuyu dan terlelap dengan nyamannya

"Jangan sakit kak..." lirih tzuyu mengusap-usap kepala sana lembut, dengan matanya menatap kosong pada jendela luar.

"...nanti ngerepotin" lanjutnya

Sana yang hampir tersentuh pun hanya menyunggingkan senyum tipis. "Sialan"

kesepakatan (tzuyu Twice)Where stories live. Discover now