4. Percikan Pertama Api Perang Dunia I

1.8K 645 42
                                    

.
.
.

    Ketika air dingin laut itu menyentuh kulitnya, Hongjoong sedikit meringis. Dia mulai mengusap tubuhnya yang dikotori darah dan mencuci pula atasannya sebelum kembali memakainya. Dia menatap lurus ke arah cakrawala di ujung sana. Owen bercerita jika dia berasal dari barat, terapung apung di dalam sebuah kotak kayu dengan keadaan lapar.

    Sedari kecil, semesta seakan telah mengatakan pada Hongjoong jika dia tak pernah diterima di daratan manapun, dia seharusnya tak pernah berpijak di atas tanah dan mati tenggelam di dasar laut. Tapi Tuhan merencanakan kisah lain untuknya, dia diberikan kesempatan untuk hidup, melihat bahwa dunia ini telah menyerupai dystopia yang mengerikan.

    Setelah selesai membersihkan diri, Hongjoong pulang. Ketika memasuki rumah, Owen telah tidur lelap di atas kasurnya, Hongjoong menghela nafas lega karena dia tak harus menjelaskan apapun malam ini. Dia mengambil posisi berbaring di atas alas tipis di lantai, kemudian terlelap tak lama setelah dia memikirkan sebuah dunia tanpa kejahatan—konsep dunia yang membuatnya terobsesi, yaitu Utopia.
 
 
  
28 Juni 1914

    Hongjoong terbangun dari tidurnya ketika dia menyadari bahwa diluar sedang hujan deras, pagi yang luar biasa, pertanda buruk apa ini—batin Hongjoong. Dia bangkit lalu menghampiri Owen yang ternyata sudah duduk di atas kasurnya, melihat keluar jendela tanpa kaca itu.

    Tak ingin kasur Owen basah karena air hujan yang mungkin masuk terbawa angin, Hongjoong menggeser kasur Owen sedikit menjauh dari jendela, Owen tak berkomentar apapun dan membiarkan anak angkatnya itu melakukan apa yang menurutnya benar.

  "Kau tak ingin menanyaiku apapun?" Tanya Hongjoong yang merasa risih dengan perasaannya soal kejadian kemarin.

  "Menanyai apa? Soal kau yang membunuh seorang penjaga?" Tanya Owen balik.

  "Kau harus bertanya soal itu, bukan?" Tanya Hongjoong sambil menumpu dagu.

  "Apakah kau menyiksa penjaga itu sebelum dia mati di tanganmu?" Tanya Owen.

  "Tidak." Jawab Hongjoong jujur.

  "Kalau begitu tak apa. Aku tak pernah mengajarimu untuk menyiksa seseorang sebelum menemui ajalnya." Balas Owen. "Tapi sebisanya, jangan mengulanginya kecuali dia membahayakan nyawamu. Aku mengajarimu untuk mengasihani sesama makhluk hidup."

  "Jikapun dia membunuh seorang wanita hamil?" Tanya Hongjoong.

  "Sekalipun jika dia adalah penyebab dari kematianku." Balas Owen. "Lakukan apa yang menurutmu benar, aku akan mendukungmu, jikapun di akhir kau diinjak, kau harus tetap mengangkat tinggi dagumu. Tak apa sesekali diinjak, karena setiap orang baik pastilah mengalaminya."

  "Owen.. apa pendapatmu tentang dunia penuh kesetaraan?" Tanya Hongjoong. Dia meluruskan punggungnya di kursi yang dia duduki, seperti begitu serius menunggu jawaban dari pria tua yang telah hidup lebih dari setengah abad itu.

    Owen tertawa, namun dalam tawa itu, Hongjoong seakan dapat mendengar sebuah harapan yang amat besar. "Jika dunia itu benar benar ada, Hongjoong.. betapa mulia mereka yang cukup muda untuk merasakannya."

  "Bagaimana dengan orang orang sepertimu?" Tanya Hongjoong lagi.

  "Untuk orang tua sepertiku, kebahagiaan adalah hal yang sangat sederhana.. melihat generasi muda bahagia, tak tertindas seperti generasi kami adalah kebahagiaan tiada tara. Dan untukku sendiri, ketika seseorang mengatakan Aku Pulang’, dia akan pergi menuju laut." Jelas Owen.

.

   Di rumah keluarga Elsworth, sang putra tunggal mereka sedang duduk di meja kerjanya membaca beberapa buku literatur Prancis yang baru saja dia dapatkan minggu lalu. Yunho rasa baru sebentar dia membaca buku itu ketikan pelayan mansion nya mengetuk pintu. Dengan tata krama yang baik, Yunho mengucap 'masuk' sembari meletakkan buku bacaannya.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang