11. Semburat Dunia Abu-Abu

1.6K 543 17
                                    

.
.
.

London, 30 Juli 1914

    Bangunan itu abu-abu seperti trotoar di bawah dan langit mendung di atas, muncul sebagai wujud tidak kekal seperti awan, seolah-olah itu bisa lenyap ke udara tanpa pemberitahuan. Batu abu-abu yang tidak mencolok membuatnya tidak bisa dibedakan dari bangunan di sekitarnya kecuali yang ternoda oleh
tanda tergantung di pintu. Bahkan warna tembok di dalamnya seakan terbungkus dalam arang.

    Namun pemuda berambut merah itu tidak pada tempatnya. Rambutnya yang gondrong dan berantakan makin menarik sosoknya, mempertegas jika dia memiliki banyak hal yang harus dipikirkan dan dilakukan hingga sebatas datang ke tukang cukur untuk merapihkan rambutnya saja dia tidak sempat. Baju yang dia kenakan juga tampak kurang terawat, sepertinya pemiliknya hanya terus mengenakannya tanpa berpikir untuk menggantinya dengan yang baru.

    Dengan langkah sedikit ragu, dia mengetuk pintu bangunan abu-abu itu sebelum masuk ke dalam. Beberapa orang memperhatikannya tanpa minat dan beberapa lagi menatapnya intens—menatap rambutnya. Mingi datang ke meja resepsionis lalu menyodorkan sebuah dokumen.

  "Ini dokumen soal warisan yang Mr. Barnum, Ayah saya tinggalkan, disana tertulis bahwa setelah saya cukup dewasa maka kau akan memberikan hak kepemilikan itu padaku." Kata Mingi.

    Resepsionis itu tersenyum tidak ramah, sorot matanya tampak jelas bahwa dia tengah mentertawakan ucapan Mingi barusan. "Anda belum mencapai umur dua puluh lima tahun."

  "Pria itu menyalahgunakan warisan yang Ayah saya titipkan padanya, Nona. Kumohon?" Kata Mingi.

    Wanita itu tetap menggeleng. "Tidak bisa saya lakukan. Dengan ada hitam di atas putih, saya tak bisa melakukannya. Ayah Anda menerima umur dua puluh lima sebagai kesepakatan bahwa warisan sirkus itu bisa menjadi milik Anda, dia menandatangani perjanjian itu."

  "Kau tak tahu bagaimana dia bersikap di dapur sirkus itu." Kata Mingi terus memohon.

  "Maafkan kami, Tuan. Namun jika Anda ingin menerima sirkus itu dengan segera maka dokumennya bisa diganti, dengan uang denda yang saya rasa akan memberatkan Anda." Kata wanita itu.

    Ketika wanita itu mengatakan nominal harganya, Mingi rasa kakinya lemas. Kenapa segala sesuatu di dunia ini selalu berusaha menghalangi semua yang Mingi ingin lakukan. Pamannya dan hukum negara tampaknya telah bekerja sama untuk menjadi musuh bebuyutan Mingi.

  "Tidak bisakah kau memudahkannya?" Mingi bertanya dengan suara kecil.

  "Apakah Anda baru saja mencoba untuk menyuap saya?" Tanya wanita itu kembali tertawa.

    Mingi tak bereaksi. Dia lalu mengambil kembali dokumen itu dan berjalan lunglai keluar dari bangunan abu-abu itu, sangat kecewa. Harapannya pupus untuk bisa menjadi pemilik hak waris Sirkus Mimpi, padahal Mingi tidak berharap mendapatkan keuntungan seperti yang pamannya kejar, dia malah ingin membubarkan sirkus itu dan membebaskan semua binatang di dalamnya.

    Mingi menengok jam kota dan dia menghela nafasnya lagi, masih pukul dua siang, dia tidak memiliki kesibukan apapun hingga tengah malam nanti. Dia tak juga punya tujuan hari ini selain mengunjungi bangunan abu-abu itu.

    Mingi akhirnya memutuskan untuk pergi ke salah satu tempat makan yang menyediakan makanan kesukaannya. Setidaknya dia punya tempat untuk berteduh dari terik matahari musim panas untuk sesaat. Sebagai petunjuk, Mingi bukanlah pemuda melarat yang pernah berpikir apakah dia bisa makan besok, dia bisa memilih makanan yang memang ingin dia makan, mudahnya dia memiliki finansial yang sedikit lebih dari cukup.

    Dia bisa saja mengeluarkan seluruh uang tabungannya dari bank dan membayar wanita tadi untuk 'menyelipkan' dokumennya kepada atasan agar hak waris sirkus yang Mingi harapkan itu segera bisa dia dapatkan. Namun matanya belum buta, dengan jelas dan paham dia melihat bahwa di tengah perang, tiap tiap manusia menginginkan hal lebih untuk dirinya sendiri. Semua orang telah menempatkan diri sebagai makhluk individualisme, dan Mingi tahu bahwa dengan menyuap seseorang belum pasti tujuannya bisa segera berhasil.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang