5. Mengangkat Kaki, Membela Harga Diri

1.8K 628 55
                                    

.
.
.

  "Kenapa?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Yunho dengan suara tidak stabil.

  "Apa maksudmu 'kenapa'?" Hongjoong balik bertanya, masih dengan wajah datarnya.

    Yunho menarik nafas, "kau bisa dihukum mati jika 'mereka' mengetahuinya."

  "Lalu?" Tanya Hongjoong lagi.

     Yunho mulai frustasi sekarang, dia mengenal Hongjoong lebih baik dari siapapun—walau tak sebaik Owen—tapi Yunho cukup tau seberapa keras kepala kawannya yang satu ini. Berpendirian teguh dan tak dapat digoyahkan, kepala batu dan seseorang dengan bibit bibit diktaktor yang tidak bisa disalurkan. Terkadang Yunho lupa jika Hongjoong lebih tua darinya karena sifatnya yang gegabah seperti anak kecil.

  "Jika kau mati kau akan benar benar mati." Kata Yunho.

     Hongjoong tersenyum tipis, "asalkan kau tetap hidup, bukankah itu sudah cukup, Yunho? Kau harus mengubah kebiasaan 'terlalu mengkhawatirkan' orang lain-mu itu. Dunia tidak sebaik itu, sulit menemukan orang dengan sifat sepertimu di era seperti ini."

  "Kau temanku, jika kau mati.. itu bukan hal yang tidak bisa aku terima dengan mudah." Kata Yunho.

    Hongjoong terbahak, "senang mendengarnya darimu.. tapi di dunia ketika para minoritas tak bisa memperjuangkan hak-nya, harus ada yang mengawalinya—menjadi penanggung jawab atas awal dan akhirnya. Aku rasa, semua orang begitu, mereka tidak ingin menjadi yang pertama karena itu sama saja mempelopori sebuah pemberontakan, harus ada yang menjadi tumbal kesalahan atas segalanya baik hari ini hingga di masa ketika keadilan itu benar benar nyata. Aku tak berencana menjadi seorang revolusioner yang akan ditulis di atas kertas ketika aku bahkan tak bisa membaca maupun menulis, aku tak berencana pula memaksakan pahamku kepada mereka yang menganut paham lain sepertimu. Aku hanya ingin membantu mereka bicara, menyambung lidah mereka, jikapun nanti tak ada keadilan yang ditetapkan dengan segera, aku rasa itu cukup memuaskan hasrat mereka untuk berteriak pada para bangsawan yang menginjak mereka."

  "Katakan Yunho, apakah aku pernah memaksakan paham anarkisme yang aku tetapkan pada diriku sendiri padamu? Pernahkan aku mengatakan jika paham yang kau anut itu salah? Aku hanya menuntut kesadaran diri, jika menurut orang lain pahamku salah, maka tidak apa, jangan ikuti aku. Namun apabila pahamku ini sama dengan apa yang kau butuhkan, maka datanglah padaku. Sederhana, bukan?" Lanjut Hongjoong.

     Yunho mendekat dan menunduk, menyandarkan kepalanya pada pundak kawannya itu, "aku selalu mengagumimu, aku tak pernah sekalipun merasa apa yang kau katakan itu salah.. walaupun kau bilang untuk tidak mengikutimu, aku tak bisa. Kau adalah lautan-ku, Hongjoong.. dan fakta itu tak akan pernah berubah."

  "Wow, apakah barusan itu ungkapan cinta untukku?" Hongjoong tertawa keras.

  "Aku yakin ada yang bisa menukar itu, Hongjoong. Katakan padaku, aku akan mengabulkan apa yang kau inginkan sehingga kau bisa bahagia tanpa harus melakukan ini.. kumohon?" Kata Yunho.

  "Astaga Yunho.." Suara Hongjoong menjadi sarkas, "aku bahkan tak menuntut kebahagiaan.. hanya sedikit saja berkurangnya rasa sakit.. hanya itu. Kau tak akan bisa melakukannya, aku juga tak ingin kau terlibat, dunia terlalu keras untukmu, jangan sampai kau kehilangan apa yang Tuhan kini berikan padamu. Kau orang yang diberkati.. Tuhan pasti sangat menyayangimu. Jangan menyia-nyiakan rasa sayang itu. Pulanglah, Yunho.. semua sudah baik baik saja disini, temani Ibumu dan belajarlah, bulan depan kau harus pergi ke Raminston untuk sekolah kesehatan, kan? Jangan membuang waktu di tempat kumuh ini."

  "Hongjoong. Aku tak pernah menyukai sifatmu yang ini. Kita akan mengubahnya, perlahan tapi tidak dengan memberontak." Kata Yunho.

  "Aku juga tak menyukainya. Namun untuk segala yang telah 'kami' pertaruhkan, masa kecil kami, senyum dan bahagia kami, semua telah dipertaruhkan. Mereka tak akan mendengarkan kami yang hanya sebatas seekor keledai yang mengembik kesakitan di mata mereka. Yunho, dengarkan aku, dunia yang kita lihat saja berbeda, kamu ada di sisi cahaya dan aku sebaliknya. Bagaimana mungkin kamu tahu soal menyelesaikan penderitaan ini dengan berdamai dengan para petinggi? Itu tak akan berhasil, kami harus mengubah nasib kami sendiri karena percaya pada manusia seperti mereka sudah bukan lagi pilihan, jangan percaya pada manusia, ingat?" Jelas Hongjoong.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Where stories live. Discover now