23. Takdir Di Atas Air Asin

2.4K 556 45
                                    

.
.
.

    Malam itu, hujan turun dengan lebatnya. Keempat pemuda itu berlindung di bawah dek kapal, Mingi dan San masih terjaga, sementara Hongjoong tertidur lelap karena suhu dingin tidak pernah gagal membuatnya segera jatuh ke alam khayalan dengan jutaan harapan naif setiap orang. San terus menatap wajah Hongjoong yang tertidur, seakan menemukan sebuah kesenangan dari wajah damai itu.

    Yunho juga telah terlelap, secara mengejutkan pemuda bangsawan itu bukanlah orang yang bisa terjaga hingga subuh nanti. Keheningan melanda Mingi dan San yang tampaknya belum memiliki topik bagus untuk dibicarakan.

  "Darimana kau berasal, Mr. Barnum?" Akhirnya San memberanikan diri mengatakan basa basi, Mingi menoleh ke arah San dengan tatapan tajam yang sebenarnya biasa dia tunjukkan, namun karena San belum terbiasa ditatap begitu, dia langsung menundukkan kepala. "Maafkan aku."

  "London." Balas Mingi.

    Mendapatkan jawaban dari pertanyaannya barusan mendorong San untuk bertanya lebih banyak lagi pasal kawan barunya itu.

  "Tahun berapa kau lahir?"

    Mingi menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa kau menanyakan hal itu?"

  "Aku berpikir mungkin saja kita seumuran? Jika benar begitu dan jika diizinkan olehmu, aku bisa bicara lebih santai." Balas San.

  "1898." Balas Mingi.

     San tampak tersenyum lebar. "Bolehkah aku bicara lebih informal?"

  "Lakukan sesukamu." Jawab Mingi sambil menyandarkan kepalanya pada dinding kapal. Kemudian dia memejamkan mata. "Bukankah kau memiliki segalanya? Lalu kenapa kau memilih pergi?"

    San tersenyum. "Tampaknya, jikalau aku mengatakannya padamu, kamu akan sangat narah padaku, Mingi."

  "Kelihatannya begitu." Kata Mingi kemudian. "Jangan salah paham, aku bukannya tidak menyambutmu, karena faktanya aku adalah seorang penggemar dari senjata buatan keluargamu. Aku hanya penasaran. Aku mengikuti Hongjoong karena memang tidak ada lagi yang bisa aku lakukan dan Yunho—bangsawan ini memberikan alasan untukku bertahan sesaat lebih lama."

    San tertawa. "Kamu bergabung karena Yunho? Kamu orang yang romantis, Mingi. Aku harap aku bisa bertemu denganmu lebih awal."

  "Kenapa begitu?" Tanya Mingi.

    San mendekatkan kakinya ke dada, memeluk lututnya, menyandarkan kepalanya dengan posisi menghadap Mingi. "Aku seorang pembuat senjata.. aku secara tidak sadar telah memasok banyak senjata untuk perang, dan telah ribuan orang mati karena apa yang telah aku buat. Aku pastinya tidak akan bisa pergi ke surga, Mingi.. itu tidak cocok untukku, tidak ada tempat untukku di surga. Makanya aku mengikuti Hongjoong, aku ingin melihat surga dengannya, surga di tengah neraka yang kini melanda dunia."

  "Jikalau aku bertemu denganmu sedikit lebih cepat," San tertawa lagi, "Aku mungkin akan berayun dari tali satu ke tali lainnya, melompati lingkaran api, atau mungkin menjadi seorang badut penghibur. Tidakkah itu terdengar lebih baik?"

    Mingi membuang muka. "Entahlah."

  "Apakah aku pernah bilang padamu, Mingi?" San tersenyum, "Warna matamu sangat indah."

  "Ini pertama kali kau mengatakannya." Jawab Mingi.

    San mengangguk lalu dia menutup mata, tak lama kemudian dia tertidur.

.

    Ketika seluruh penumpang di atas kapal telah tertidur, Hongjoong justru terbangun. Suasana dalam dek kapal gelap gulita, suara hujan sudah tidak terdengar lagi, tampaknya telah berhenti. Dia bangun dari posisinya perlahan, khawatir salah seorang dari mereka (yang mungkin bersandar padanya) terbangun tanpa sengaja.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Where stories live. Discover now