20. Di Sisi Lain Panggung Konflik

1.3K 521 36
                                    

.
.
.

    Sekiranya, telah lewat dua minggu semenjak San memberikan bungkusan kertas berisi bubuk mesiu itu kepada Hyunjin, kawannya, dan selama itu pula dia terus bersembunyi. Desas desus pasal perang makin menyeruak, dan ultimatum terhadap pimpinan militer Rusia telah Tsar keluarkan pada rapat di Senin pagi kala itu. Bahwa dia harus bisa dengan segera menghadirkan San Khabbab dihadapannya atau Tsar Nicholas II akan menjatuhkan hukuman mati padanya hingga tanggal satu di bulan September nanti.

    Selama itu pula San bertemu Hongjoong setiap hari, dia tak sedikitpun menanyakan apapun soal bingkisan kala itu dan hanya datang menemui untuk memeriksa keadaan San, dan San sendiri juga 'sungkan' untuk menanyakan soal apa yang kemungkinan bisa ia lakukan selama fase menunggu itu berlangsung. Selain itu, San juga menyadari dengan waras bahwa Hongjoong kemungkinan besar tak akan memberitahunya.

    Entah cuma perasaan San yang kalut akan keberlangsungan perang di Eropa ini atau memanglah dia mendengarnya—suara letusan meriam entah kenapa makin keras suaranya, seakan pasukan Jerman atau mungkin pasukan Austria-Hongaria telah sampai didekat sana.

    Semakin hari, rasa ketakutan San makin besar, kekhawatirannya soal segalanya, hidupnya, hidup ayahnya, hidup kawannya berserta ayah pemuda Rostislav itu. Waktu menunggu yang dia lakukan ini rasanya salah, benar benar salah, seharusnya dia mulai menelisik keadaan penjara dan mencari celah untuk membebaskan mereka dari sana. Selain itu, hari harinya yang dihiasi kekhawatiran menjadi sedikit aneh.. bagaimana bisa dia belum tertangkap?

    Hongjoong—si mantan narapidana hukuman mati dari negara dia berasal, jelas menyadari kekhawatiran San itu. Namun apa yang bisa dia dipikirkan, jalan terbaiknya, mungkin hanyalah ini. Yunho dan Mingi juga hanya melihat bagaimana Hongjoong bertindak kali ini, keduanya penasaran.. walau sebenarnya, Mingi-lah yang sangat penasaran, sementara Yunho hanya tidak mau kena tonjok kalau saja Hongjoong tiba tiba emosi karena Yunho yang terlalu mengkhawatirkan ini itu.

    Menurut mereka, waktu dua minggu itu adalah waktu yang (secara tidak langsung) Hongjoong  berikan kepada Hyunjin Rostislav untuk merakit sebuah bom itu, sekaligus waktu untuk membiarkan otaknya mencerna segalanya sebelum menarik kesimpulan dan melakukan sebuah tindakan. Walau mereka sedikit dibuat bingung oleh kegiatan Hongjoong dalam dua minggu itu.

    Pemuda itu akan pergi pagi buta, sebelum Mingi ataupun Yunho bangun dari tidur mereka dan pulang ketika hampir tengah malam. Di hari hari pertama dua minggu itu, Yunho kelabakan, dia panik sejadi jadinya karena tidak menemukan 'sang lautan' ada dalam jangkauannya, kalau bagaimana Mingi menyebutnya adalah seperti orang tua yang tak bisa menemukan bayinya di atas kasur ayun rumah mereka.

    Jadilah beberapa hari itu Mingi harus mengikuti Yunho mengelilingi kota guna mencari sang lautan yang kalau saja Mingi tidak sungkan mengumpat padanya maka telah dia sebutkan segala umpatan dari seluruh dunia untuk pemuda itu. Yunho Elsworth juga membuatnya merasa sangat bodoh, membuat Mingi juga ingin mengumpatinya—kalau saja tidak ada peraturan bahwa mengumpati bangsawan adalah kejahatan.

    Dan hari itu, mereka tak menemukan Hongjoong. Mingi sudah cukup sabar untuk berulang kali mengatakan pada Yunho bahwa Hongjoong bukanlah seorang anak kecil yang buta arah, berusaha meyakinkan pemuda itu bahwa Hongjoong akan kembali. Namun Yunho bersikeras, masih dengan nada rendahnya yang lembut, Yunho berulangkali mengatakan bahwa Hongjoong buta huruf, dia seorang buronan, dan yang memburunya adalah suruhan Tuan Besar Elsworth yang akan melakukan apapun guna mendapatkan apa yang dia inginkan.

    Rasa sabar Mingi akhirnya sampai pada batasnya ketika Yunho mencoba mendatangi kantor polisi guna membuat laporan orang hilang. Ya, Tuhan!—kata Mingi, Hongjoong seorang pemuda berumur 17 tahun, dia tahu apa yang dia lakukan dan apa yang dia hadapi. Mingi mengetahui apa alasan mendasar Yunho khawatir, namun yang tidak masuk akal adalah pemuda bangsawan itu tampak meninggalkan logikanya, apakah Yunho sekarang lupa bahwa mereka berdua juga buronan? Mendatangi polisi dan melapor berarti sama seperti mendatangi kandang singa kelaparan.

[✔] Klub 513 | Long Journey | Ep.1 : Desire (Departure)Where stories live. Discover now