Rindu🌼

55 7 0
                                    


Flashback 2.

Rindu ...

Jeong Jimin memang pemuda yang lembut, tetapi tegas, pun ia juga seseorang yang selalu menepati janji. Sebelum Ariana menghubunginya, ia tidak akan mencoba untuk menghubungi gadisnya itu. Walaupun rindu menusuk hati setiap harinya, Jimin akan berusaha untuk menunggu. Namun pada kenyataannya, pria itu tengah gelisah.

"Mengapa dia belum menghubungiku juga? Apakah bunganya masih belum layu?" Jimin mondar-mandir di dalam kamarnya. Sudah hampir dua minggu Ariana tidak juga menghubunginya.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Jeong Jimin menatap layar ponselnya. Hatinya bergetar karena itu telepon dari Ariana.

"Halo. Ke mana saja kau? Apa kau tahu, aku menunggumu setiap waktu? Apakah kau memberi pengawet pada bunganya agar kau tidak juga menghubungiku?" Jimin menggerutu.

"Aku merindukanmu." Sepatah kata dari Ariana langsung membuatnya terpaku.

"Aku juga," gumam Jimin membalasnya.

Jeong Jimin lalu duduk di ujung kasur. Matanya mulai berair sedang mendengarkan gadisnya berbicara.

"Jeong, mengapa kau berbicara banyak seperti itu? bukannya mengucapkan kata rindu untukku, tapi kau malah menceramahiku. Bagaimana kabarmu?"

"Aku hampir mati karena menunggu kabar darimu." Jimin merebahkan diri di atas kasurnya.

"Jangan bicara seperti itu. Kalau kau mati, lalu siapa yang akan menikahiku?"

Jeong Jimin sampai tersipu malu dibuatnya.

"Kau benar, jika bukan aku yang menikahimu. Memangnya siapa lagi? Tidak akan ada pria yang mau pada gadis egois sepertimu," ucap Jimin.

Jeong Jimin merasa lega. Pembicaraannya itu membuatnya bahagia dan mampu mengurangi rasa rindunya pada Ariana selama ini. Meskipun ia harus banyak bersabar atas lamanya waktu yang harus ia relakan demi hubungan jarak jauh. Ia akan menunggu sampai pertemuan itu tiba.

***

"Aku tutup telponnya, nanti kuhubungi lagi. Aku juga akan menunggu telepon darimu. Bye ... I love you too." Ariana menutup teleponnya.

Baginya waktu berjalan sangat cepat. Kesibukan dan kerinduannya semakin menjadikannya wanita tangguh dan mandiri. Jarang mengeluh dan semakin penuh ambisi.

Walaupun demikian, ada hal yang belum pernah ia ceritakan pada Jeong Jimin. Bahwa sebenarnya, ia sering menuliskan beberapa hal tentang momen indahnya di buku diary. Senyumannya merekah setelah selesai menuliskan beberapa perasaannya kali ini. Sorot matanya berbinar menyimpan begitu banyak kerinduan dan harapan pada sang kekasih.

Apa jadinya kalau sampai Jeong Jimin tahu bahwa Ariana Go yang egois nyatanya mempunyai catatan manis tentang cinta dan perasaannya selama ini? Lembaran kertas penuh warna itu tergores tinta dengan untaian kata indah yang hanya dipenuhi oleh nama Jeong Jimin seorang.

***

Lima tahun telah berlalu.

Ribuan kata, untaian doa, serta debaran rindu telah mampu mereka lewati setiap harinya. Air mata senantiasa menjadi pelipur lara di setiap malam yang sepi.

Ariana selalu berdoa bahwa apa yang ia semogakan menjadi kenyataan. Semangatnya tetap menggebu, tidak pernah menyerah walau terkadang hambatan itu nyata adanya. Mimpinya, cita-citanya tetap menjadi prioritas utama di dalam hidupnya. Jangan bertanya siapa yang menjadi pedoman di hatinya, akan tetap sama terisi oleh satu nama yang bersemayam indah. Selalu dipenuhi oleh rasa cinta yang tidak terbatas, kekasih hati yang begitu setia menunggu dirinya. Siapa lagi kalau bukan Jeong Jimin.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang