Baby finger

60 6 6
                                    


Flasback 4.

Baby finger.

Jeong Jimin sudah membuka mata terlebih dulu. Pagi harinya ia awali dengan perasaan berbunga-bunga. Memandangi Ariana di sampingnya yang masih memejamkan mata.

Mengecup keningnya. Ia merasa sedikit bersalah karena telah menyakiti kekasihnya tadi malam. Meskipun tidak sampai melakukan seks dengan sempurna, nyatanya mereka lebih memilih melakukan oral seks secara bergantian.

Sebagai seorang pria sejati, ia ingin sekali bercinta dengan kekasihnya. Namun, hanya dengan bermain menggunakan baby finger-nya saja. Ariana sudah menangis karena tak kuasa menahan perih. Demikian Jeong Jimin tidak mungkin bisa memaksanya. Ia sangat bahagia ketika Ariana melakukan hisapan pertamanya, begitu lembut dan hangat dalam bersamaan. Hal yang tidak akan bisa ia lupakan ketika gigi-gigi itu menyentuh miliknya yang perkasa. Ia tersipu malu ketika mengingat momen panasnya tadi malam.

"Jim" Ariana bergumam dan membuka matanya secara perlahan. Pria itu mendekapnya dari samping. "Apa kau baik-baik saja?" bisiknya mengandung arti.

Ariana mengangguk lalu berbalik badan untuk memeluknya. Jimin merengkuh tubuhnya yang masih polos tanpa mengenakan sehelai benang pun di balik selimut tebal yang menutup tubuhnya berdua.

"Apakah masih sakit?" Jimin kembali berbisik karena ingin memastikan.

Ariana menyadari ke mana arah pertanyaan itu. Jimin sedang menyinggung perbuatannya semalam, ketika baby finger-nya mengorek di pusat Ariana.

"Wae?" Jimin menatapnya karena Ariana belum jua menjawab.

"Apakah sebelumnya kau pernah melakukan hal itu pada wanita lain?" Pertanyaan itu sontak membuat Jimin tercengang.

"Aku merasa kau begitu lihai memainkannya, jarimu keluar masuk di sana. Saat itu juga aku berpikir mungkin saja kau sering melakukan hal itu pada wanita lain," ujar Ariana.

"Ari." Jimin bersemu merah. Bola matanya membulat, merasa kesal sendiri sekaligus ada perasaan menjijikkan ketika Ariana dengan transparan mempertanyakan hal itu. "Mengapa kau berpikir seperti itu? aku hanya berusaha agar membuatmu nyaman. Jika tidak kau pasti akan merasa sangat kesakitan," ujarnya lalu berpaling karena merasa canggung mengatakannya.

Ariana tersipu malu. Itu semua memang benar, rasanya ia akan sangat kesakitan apabila kekasihnya memainkan jarinya tanpa hati-hati.

"Dari mana kau belajar semua itu?" Pertanyaan Ariana semakin ambigu.

"Apakah harus kuberitahu?" sahut Jimin dengan raut datar.

Ariana mengangguk dengan raut yang sama datarnya.

"Kau tidak sedang membodohiku, bukan?" Jimin mengernyit oleh pertanyaan Ariana. "Apa maksudmu, Ari?"

"Apakah kau mempraktikkan hal itu pada wanita lain?"

"Ari!"

Jimin mendekat ke hadapannya dan mengatakan yang sebenarnya. "Baiklah, akan kukatakan. Aku belajar dari mana. Film porno, aku sering menontonnya," ungkapnya. Kemudian berpaling dengan menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

Ariana tercengang. Jika begitu sudah dapat dipastikan bahwa Jimin tidak sepolos seperti yang Ariana pikirkan selama ini.

Jimin menciumnya. Menarik bibir atas dan bawah Ariana secara bergantian.

"Kau ini sangat menggemaskan, persis seperti milikmu di bawah sana."

Ungkapan itu seketika membuat Ariana terpaku. Kedua matanya membulat sampai wajahnya bersemu merah.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang