LDR 13.

46 6 10
                                    


13. LDR 13

Serangkaian rutinitas sudah menunggu Jeong Jimin. Tercatat rapi di dalam agenda yang sudah terjadwal setiap harinya.

Jeong Jimin sedang rehat sejenak dari aktivitasnya hari ini. Layaknya seorang pria dewasa, terkadang ia juga menginginkan perhatian dari sang pujaan hati yaitu Ariana. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Ariana untuk sekadar menanyakan kabar dan keberadaan perempuan itu saat ini. Ia ingin bertemu dan mengajak Ariana makan siang.

Jimin sedikit mengernyitkan dahi ketika teleponnya tidak jua mendapat jawaban dari seberang. Ia menatap layar ponselnya kembali dan berganti menghubungi nomor rumah Ariana yang berhasil dijawab oleh Bibi Choi. Beliau mengatakan bahwa Ariana sedang keluar untuk suatu urusan.

Jimin termangu sejenak memikirkan ke mana gerangan kekasihnya itu pergi hari ini.

Jimin mendapat telepon dari sekretarisnya yang memberitahu bahwa ia mempunyai janji makan siang bersama Jeon Jeka. Jimin mengusap wajahnya yang diiringi helaan napas yang terasa berat kemudian bergegas pergi untuk menemui temannya Jeka di restoran yang suda dijanjikan.

Sesampainya di sana Jimin mengeluh pada Jeka. "Aku pikir kau akan datang ke sini bersama Ariana," ucap Jeka sembari merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan Jimin.

Jimin memberinya seringai kemudian duduk di salah satu kursi dengan tenang.

"Mengapa kau harus membuat janji pada sekretarisku? Bukankah kau bisa langsung menghubungiku, Tuan Muda."

Jeka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, itu karena aku ingin bersikap formal saja," tukasnya.

"Kau ini selalu berlagak sok penting," ledek Jimin diiringi kekehan ringan.

"Hei, seharusnya kau mencontoh sikapku. Hubungi sekretaris Ariana agar kau tahu di mana keberadaannya." Jeka menuturkan.

Jimin mengernyit dan merasa geli mendengarnya.

"Ada apa? Mengapa kau tidak mengajaknya?" tanya Jeka lagi.

"Aku sudah menghubunginya beberapa kali, tapi tidak ada jawaban," jelas Jimin dengan raut wajah kembali masam.

Jeka mengernyit. "Apakah kalian masih bertengkar?"

Jimin menggeleng. "Aku rasa hubungan kami sudah membaik. Semalam aku mengantarnya pulang setelah menjemputnya dari rumah sakit," paparnya.

"Apakah Ariana sedang sakit?" Jeka tampak cemas.

"Tidak." Jimin menyela seketika. "Tae Yong terluka," jelasnya.

Jeka tercengang dengan kedua iris yang melebar. Jimin menjadi bungkam dan berpikir bahwa mungkin saja Ariana sedang berada di rumah sakit untuk menjenguk Jo Tae Yong.

***

Praduga Jimin benar karena saat ini Ariana sudah sampai di rumah sakit untuk menemui Jo Tae Yong. Ia melangkah menuju ke ruangan VIP bersama salah satu suster yang mengantarnya ke ruangan.

"Apakah Tuan Tae Yong sudah makan?" Ariana bertanya pada suster tersebut.

"Tuan selalu menolak makanan yang kami sajikan, Nona," papar sang suster.

Ariana termangu mendengarnya. "Sekarang Tuan sedang dibujuk oleh Nyonya Jo."

Langkahnya terhenti tepat di hadapan pintu yang disambut langsung oleh tangisan Nyonya Jo. Beliau memutuskan keluar dari ruangan karena tidak mampu membujuk putranya agar mau makan.

"Bibi, mengapa Bibi menangis?" Ariana bergegas menghadang dan menyentuh bahu Nyonya Jo.

"Ada apa, Bi?" tanya Ariana lagi dengan sikap setenang mungkin.

LDRWhere stories live. Discover now