LDR 12.

36 6 15
                                    


12. LDR 12

Beberapa perawat mulai keluar dari ruangan Jo Tae Yong, pun disusul oleh dokter yang menanganinya. Ariana yang melihat itu pun lekas mendekat dan menanyakan perihal kondisi Tae Yong.

"Tuan Tae Yong baik-baik saja. Lukanya sudah kami tangani. Untung saja lukanya tidak terlalu dalam. Untuk saat ini Tuan Tae Yong hanya perlu banyak istirahat untuk pemulihan lukanya," papar sang dokter.

Ariana merasa lega mendengarnya. Ia lalu bergegas masuk ke dalam kamar inap Jo Tae Yong disertai oleh Jeong Jimin di belakangnya.

Setelah masuk ke dalam ruangan, Ariana tertegun melihat kondisi Jo Tae Yong yang terbaring di atas brankar, perban melingkar pada salah satu lengan bisepsnya dan membungkus pinggang kekarnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Ariana mendekat dan duduk di samping brankar.

Tae Yong tersenyum tipis lalu menggeleng secara perlahan. Ariana meraih salah satu tangan kekarnya dan menggenggamnya dengan erat.

"Apakah kau terluka?" tanya Tae Yong. Ariana hanya menggeleng sebagai jawaban. "Aku mendengarmu menangis," ucap Tae Yong dengan tatapan nanar.

"Aku sangat takut, lain kali kau jangan menghalangiku!" ucap Ariana khawatir. Satu kecupan berhasil didaratkan pada punggung tangan Tae Yong. Tanpa ia sadari ada sepasang mata nanar yang bahkan langsung mengalihkan pandangnya. Namun, berbeda dengan Jo Tae Yong yang memandang Ariana dengan mata penuh binar.

"Ari, sebaiknya kita pulang, ini sudah malam," ajak Jeong Jimin seraya menyentuh pundak Ariana.

Tae Yong memandang Jimin dan merasa enggan untuk melepaskan genggaman tangan Ariana. Ariana meminta sedikit waktu agar tetap berada di sisi Jo Tae Yong untuk barang sebentar.

Jeong Jimin mengerjapkan mata, napasnya mulai terasa sukar. Ia memilih untuk kembali berpaling demi menepis segala rasa tidak nyaman pada dadanya saat ini.

"Istirahatlah! Aku akan kembali besok," ucap Ariana setelah beberapa saat duduk di sana.

Ariana tak lantas beranjak dari duduknya, menoleh pada Jimin yang juga sedang memandangnya. Mulanya memang agak ragu, tetapi Ariana memberanikan diri untuk lebih dekat dan memberikan sebuah kecupan pada salah satu pipi Jo Tae Yong. Pria itu terkesiap lalu menatapnya di keheningan hingga kedua maniknya saling bertemu.

"Aku pulang," pamit Ariana yang terdengar begitu lembut.

Jeong Jimin menyentuh bahu Ariana lalu berdiri dari hadapan Jo Tae Yong. "Kami pergi, semoga kau cepat sembuh," pamit Jimin yang hendak beranjak.

"Jim," panggil Tae Yong yang berhasil menghentikan langkah Jimin, pun dengan Ariana.

"Terima kasih karena kau sudah menolong kami," ucap Tae Yong.

"Aku akan memastikan keselamatan Ariana di mana pun ia berada," sahut Jimin.

Jo Tae Yong mengangguk dengan perlahan, sudah jelas bahwa Jeong Jimin begitu protective pada kekasihnya.

"Aku juga sudah mengurus kasus ini agar ditangani secepatnya dan sebentar lagi kita akan tahu siapa yang akan bertanggung jawab atas penyerangan kemarin." Jeong Jimin yakin bahwa kejadian ini bukanlah ketidaksengajaan.

"Aku harap kau cepat sembuh. Aku ucapkan terima kasih karena kau telah menemani akhir-akhir ini," tutur Jimin yang kemudian menoleh ke arah Ariana.

Jo Tae Yong hanya dapat memandangi punggung keduanya yang perlahan lenyap dari pandangnya.

Sepanjang perjalanan pulang tidak banyak kata yang dapat diucapkan. Ariana tahu bahwa mungkin saja Jeong Jimin cukup terganggu oleh sikapnya pada Jo Tae Yong. Ariana dapat melihatnya dengan jelas bahwa Jimin sedang gelisah. Atensinya teralih pada luka sayatan di sekitar punggung tangan Jimin.

LDRWhere stories live. Discover now