LDR 5.

45 6 1
                                    


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


LDR 5

Jo Tae Yong pulang ke apartemen pribadinya. Ia hampir mengacak seluruh isi lemari karena merasa kebingungan untuk menentukan outfit mana yang akan ia kenakan besok untuk mengantar Ariana ke dokter.

"Astaga." Ia mengusak rambutnya merasa frustrasi. Belum pernah ada wanita yang membuatnya sekacau ini sebelumnya.

Tae Yong termenung di tengah banyaknya pakaian yang berserakan di atas lantai. Pikirannya seolah terbang melanglang buana.

"Ariana," gumamnya seraya memejamkan mata.

***

Siang pun tiba.

Sesuai janjinya, Jo Tae Yong menemui Ariana ke kantor setelah waktu makan siang. Ia masuk ke dalam ruangan dengan diantar oleh sekretaris Ariana.

"Ariana."

Ariana tertegun ke arah pria yang memanggil namanya tersebut.

"Aku ke sini untuk mengantarmu ke dokter. Bukankah perbanmu sudah boleh dibuka?" Tae Yong berujar.

Ariana menyentuh lengannya yang diperban secara perlahan.

"Kajja!" seru Tae Yong.

Keduanya pun pergi ke rumah sakit.

Ariana tampak bahagia ketika perban itu tak lagi membalut kulitnya. Wajahnya berseri-seri sedang memikirkan kebahagiaan lainnya.

Wanita egois itu tidak pernah basa basi mengutarakan keinginannya. Ia ingin segera menemui Jeong Jimin hingga Tae Yong tertegun mendengarnya.

Pria tampan itu tidak bisa menolaknya dan segera mengantarkan Ariana ke tempat tujuan.

Ariana bergegas turun dari dalam mobilnya. Namun, langkahnya terhenti untuk mengenakan kembali penyangga di lengannya seolah ia masih terluka.

Sementara Tae Yong hanya berdiam diri di tempat parkir dan membiarkan Ariana melakukan apa pun sesuka hatinya.

Ariana bergegas pergi dan berhenti di lobi ketika melihat Jimin bersama rombongannya. Pria soft itu hanya meliriknya seakan tidak memedulikan keberadaan Ariana di sana. Bahkan mereka tidak bertegur sapa. Ariana hanya bungkam memandangi mereka berlalu dari hadapannya.

Ariana masih berdiri menantinya dan berharap bahwa kekasihnya itu akan menghampiri. Benar saja, pria itu kini tampak dan melangkah ke arahnya.

"Jeong." Ariana mengukir senyuman.

"Mengapa kau ke sini?" Jimin mendekat ke hadapannya dan memperhatikan tangan Ariana yang masih diperban.

"Aku merindukanmu," ungkap Ariana tanpa ragu.

Jeong Jimin menatapnya kemudian berpaling. Ia harus bisa mengendalikan diri untuk tetap bersikap acuh tak acuh. Ia tidak bisa membohongi diri bahwa sebenarnya ia juga sangat merindukan Ariana.

LDRWhere stories live. Discover now