LDR 4.

42 6 1
                                    


LDR 4.

Jeong Jimin menerima kabar dari rumah sakit bahwa Ariana telah siuman. Ia pun bergegas pergi dari kantornya ke tempat kekasihnya dirawat. Namun, sesampainya di sana ia malah tercengang karena melihat Ariana yang sedang bersiap untuk meninggalkan rumah sakit.

"Ari, kau mau ke mana?" Jimin mendekat dan menyentuh wajahnya.

Ariana menepisnya dan bergegas mengenakan blazer walaupun sedikit kesulitan karena di salah satu tangannya harus diperban. Penampilannya sudah rapi seperti hari-hari biasanya layaknya orang kantoran.

"Sayang, aku sangat mengkhawatirkanmu. Syukurlah kau sudah siuman." Jimin kembali menyentuh wajahnya dan mengecup keningnya berkali-kali.

"Hentikan, Jeong! Aku harus pergi," ucap Ariana.

"Kau mau pergi ke mana?" bengong Jimin.

"Hari ini aku harus ke kantor. Ini adalah hari pertamaku di kantor baru dan aku tidak ingin membuat orang lain kecewa," tukas Ariana yang kemudian memegangi kepalanya karena masih terasa pusing. Bahkan plester di keningnya saja masih basah. Untung saja insiden semalam hanya menyebabkan luka ringan di beberapa tubuhnya. Jika tidak, maka ia tidak akan bisa bekerja hari ini.

"Jadi kau akan tetap pergi bekerja?" tanya Jimin.

"Tentu, aku harus segera pergi." Ariana pun mulai melangkah.

"Hajimah!" tegas Jimin.

Ariana menghentikan langkahnya dan berbalik ke hadapan Jimin. Pria itu mendekat dan memberinya tatapan sengit.

"Mengapa kau harus pergi? Apakah kau tidak mempunyai perasaan? Kau ini sedang terluka," protes Jimin.

"Lukaku sudah ditangani. Aku baik-baik saja dan aku harus pergi, Jeong." Ariana memaparkan dengan begitu tenang.

"Andwae!" Jimin bersikeras melarang Ariana untuk pergi. Ariana pun terpaku memandangnya.

"Kumohon, untuk kali ini saja. Setidaknya untuk hari ini tetaplah di sini. Kau sedang terluka. Sebaiknya kau diam dan istirahatlah di sini. Ku akan menemanimu, Ari." Jimin mendekat dan merangkul kedua tangannya.

"Tapi aku sudah membuat janji," tukas Ariana dengan raut datar.

Jimin mengerjapkan mata. "Lupakan janjimu dan tetaplah di sini!" pintanya dengan menangkup wajah Ariana.

Di hadapan pintu sudah berdiri Jo Tae Yong yang kini terpaku memandangi keduanya. Ariana pun meloloskan pandangannya ke arah pria tampan itu.

"Tae Yong," gumamnya.

Jeong Jimin menoleh ke arahnya.

Jo Tae Yong melambaikan salah satu tangannya dan tangan lainnya memeluk satu keranjang buah-buahan. Tujuannya datang ke rumah sakit itu karena ingin menjenguk Ariana. Jujur saja, ia sama sekali tidak punya keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya pada Jimin atau pun pada Ariana. Andai saja tadi malam ia tidak menyuruh beberapa perempuan untuk menggoda Jimin sampai ke tempat parkir, mungkin saja insiden itu tidak akan pernah terjadi dan saat ini pria itu sangat menyesal.

"Kudengar kau mengalami kecelakaan?" tanya Tae Yong.

"Itu benar." Jimin menyahut dengan tampak gelisah.

"Ada apa?" Tae Yong mendekat ke hadapan keduanya, kemudian memperhatikan Ariana dengan seksama. "Mengapa kau tidak tidur di brankar?" tanyanya.

"Aku harus pergi." Ariana menoleh pada Jimin lalu mulai melangkahkan kaki.

"Ariana!"

Ariana kembali menoleh.

Jimin mengerjapkan mata dan berusaha menahan emosi. "Untuk ke sekian kalinya, kau benar-benar telah menguji kesabaranku. Untuk itu hubungan kita benar-benar akan berakhir," tegasnya.

LDRWhere stories live. Discover now