LDR 6.

44 7 4
                                    


LDR 6

Jeong Jimin mengantar Ariana pulang ke rumahnya.

Keduanya duduk di ruang tamu.

"Baiklah. Aku permisi." Jeong Jimin berpamitan.

"Jeong!" Ariana menahan salah satu tangan Jimin untuk menghentikan langkah pria tersebut.

Jimin menoleh dan memperhatikannya dengan tatapan lembut. "Istirahatlah! ini sudah malam."

"Apa kau tidak ingin menemaniku malam ini?" pinta Ariana dengan tatapan memohon.

Apa yang harus dikatakan oleh Jeong Jimin jika wanita itu bertanya demikian? Apalagi ketika Ariana mengeratkan pegangan tangannya yang membuat hati pria itu semakin tidak menentu.

"Tidurlah! Ini sudah malam," ucap Jeong Jimin yang kemudian mendekat dan mengusap kedua pipi Ariana. Ia menoleh ke sana ke mari mencari keberadaan Bibi Choi.

"Apa kau tidak ingin mengantarku ke kamar?" tanya Ariana lagi.

Jeong Jimin mengerjapkan mata, dadanya berdebar. Merasa bingung harus bagaimana lagi menghadapi wanita yang satu ini.

"Ari, tidurlah!" pintanya dengan lembut.

"Mengapa kau bersikap dingin seperti ini padaku, Jeong?" Ariana mulai mengeluh.

Jeong Jimin kembali mengerjapkan mata. Logikanya harus tetap berjalan dan teguh pada pendirian agar bisa mengendalikan diri di hadapan Ariana si keras kepala dan egois itu.

"Ini adalah hal yang wajar karena kita sudah putus," ucapnya.

Ariana tertunduk lesu. Bibirnya mengatup rapat. Sedangkan Jimin hanya tertegun memandang perempuan itu. Ingin cepat pergi, tetapi ia tak kuasa untuk membiarkan wanitanya itu sendirian saat ini.

"Apa kau benar-benar marah padaku?" tanya Ariana.

Jimin hanya bungkam di hadapannya.

"Aku kira kata putusmu itu hanya sebuah lelucon saja."

Jimin tertegun. Netranya melihat dengan jelas ketika mata coklat Ariana mulai berair. Hatinya merasa pedih. Ia memilih berpaling untuk menahan segala kegelisahannya saat itu.

"Jeong!"

"Aku harus pergi, besok aku ada meeting penting," kilah Jimin.

Ariana kembali mengeratkan pegangan tangannya. Pria itu tak kuasa, diam-diam meneteskan air mata. Untung saja Ariana tidak berdiri di hadapannya untuk melihat raut wajahnya saat ini.

"Dengar! Lain kali jangan terlalu sering mengenakan pakaian seperti ini! Apalagi di malam hari," tukas Jimin memperingatkan.

"Wae?" Ariana melirih.

"Apalagi kalau kau pergi bersama Jo Tae Yong," imbuh Jimin yang masih berpaling.

"Wae?"

"Kau bisa terluka," pungkas Jimin.

"Waeyo?" Ariana pun beranjak dari duduknya.

Jimin sontak menghadap pada Ariana dan meninggikan suaranya. "Tidak bisakah kau mendengarkan nasihatku ini?"

Ariana sontak terpaku.

"Aku sangat menghawatirkanmu," pungkas Jimin. Ia kemudian menarik belahan gaun Ariana di bagian kaki. "Seperti ini. Kau hanya akan membuat dirimu menjadi tidak aman. Apa kau mengerti?"

Ariana mendorong dada bidangnya Jimin. "Kaulah yang membuatku terluka, Jeong," tegasnya. Kemudian bergegas pergi meninggalkannya di ruang tamu.

"Ari!"

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang