LDR 7.

46 6 13
                                    


7. LDR 7

Ariana sedang memandangi penampilannya dari atas kepala hingga ke ujung kaki dari pantulan cermin besar di dalam kamarnya. Ia menoleh ke arah ponselnya yang berada di atas nakas. Sudah beberapa hari tidak mendapatkan notifikasi dari Jeong Jimin.

Jika harus dikatakan saat ini, perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Hampir setiap menit ia mengecek ponselnya dan berharap bahwa Jeong Jimin akan menghubunginya seperti dulu secara rutin. Namun, harapannya kian mengikis. Egonya seakan berbisik untuk berpaling dari pria itu.

Saat ini juga, ia telah memutuskan untuk mengubah penampilannya menjadi lebih feminim dari sebelumnya.

***

Jo Tae Yong sedang bersiap dan memilih beberapa jas untuk ia kenakan ke kantor. Hari ini ia ingin bekerja karena merasa bosan tinggal di rumah, meski luka di tangannya belum sembuh sempurna.

Ibu Jo Tae Yong datang menghampiri dan memberitahukan bahwa Ariana sudah datang dan menunggunya di ruang tamu.

Pria itu tertegun sesaat, kemudian mengangguk perlahan. "Baiklah Bu, aku akan menemuinya sebentar lagi," pungkasnya.

"Tae Yong." Sang ibu mendekat. "Mulai sekarang kau harus lebih memperhatikan dirimu. Ibu akan bicara pada ayahmu agar memberikanmu keringanan dalam bekerja," ujar Nyonya Jo.

"Ini sudah sangat ringan, Bu. Lagi pula aku jarang bekerja, tetapi aku malah menerima hasilnya lebih banyak dari siapa pun. Bukankah itu tidak adil, Bu?"

Nyonya Jo terlihat menghela napas, kemudian menoleh ke arah Ariana yang ternyata sudah berdiri berada di belakangnya.

Ariana memang mengikuti Nyonya Jo sedari tadi, hanya saja beliau tidak berterus terang hingga membuat putranya terkesima.

"Kau lihat itu? Sebagai ibunya saja tidak bisa mencegahnya. Putraku terlalu keras kepala," ujar Nyonya Jo ke hadapan Ariana, kemudian pergi meninggalkan keduanya.

"Tae Yong, mengapa kau ingin pergi ke kantor? Bukankah lukamu masih belum kering?" Ariana mendekat ke samping pria tersebut.

"Aku hanya merasa bosan di rumah. Untuk itu aku ingin pergi ke kantor saja, menghabiskan waktu dengan bekerja," tukas Tae Yong kelewat santai.

Ariana terpaku ketika mendengar penuturan dari Jo Tae Yong. Memang benar bahwa berdiam diri di rumah hanya akan membuatnya merasa bosan, persis seperti apa yang selalu ia rasakan selama ini. Ia kemudian menyentuh bagian lengan Tae Yong yang terluka itu. "Bagaimana kalau sebaiknya kita ke dokter? Kita harus bertanya dulu, apakah lukanya sudah kering atau belum," ujarnya dengan penuh perhatian.

Jo Tae Yong tidak bisa menolak. Ia tersenyum menyetujui saran tersebut.

"Kajja!" Ariana pun merangkul tangannya.

Pria itu terdiam dengan perasaan yang mulai tidak menentu. Menuruti apa yang disarankan oleh Ariana untuk dirinya. Berakhir dengan keduanya yang menyambangi rumah sakit terlebih dahulu.

Seusainya menjalani pemeriksaan, dokter menyarankan agar Tae Yong menambah masa istirahatnya terlebih dahulu selama beberapa hari lagi demi kesembuhan total lukanya.

"Kau dengar itu?" Ariana menoleh ke hadapan Tae Yong. Sedangkan pria itu hanya mengedikan bahu sembari tersenyum.

"Terima kasih dokter." Ariana berjabatan tangan dengan dokter.

"Saya permisi," pungkas dokter.

Ariana kembali ke hadapan Jo Tae Yong, tetapi pria itu hanya termangu menatap perempuan tersebut.

LDRWhere stories live. Discover now