25. Juragan

3.3K 423 25
                                    






Jiel ni bener-bener dah, makin seenak jidatnya sendiri. Selesai makan dianya malah kabur ke tukang Bakso lagi, katanya mau nambah. Lah malah lanjut becandaan sama bocil-bocil, gak balik-balik lagi.

Jadinya aku doang yang berhadapan sama para aparat sipil ini....

Ingetkan ada lima bapak-bapak yang tadi aku lupa salamin. Nah, Jiel ngenalin aku ke mereka.
Pak Lurah, Pak sekdes, Pak kadus, Pak RW, dan 0m Bay.

Cuma Om Bay doang yang aku tau namanya, yang lainnya Jiel ngenalinnya emang pakai jabatan sih, palingan dia juga gak hapal namanya.
Inget aku, Om Bay ni Ayahnya Yasmin.

Ngomongin Yasmin, bocah itu kemana ya? Kog gak keliatan? Dahlah, bodo amat.

Lanjutlah aku ngobrol sama bapak berlima ini. pertanyaan stadart, ngomongin kerjaan, gosip negara, harga tanah, subsidi pertalite, begituan lah..

Seru aja, aku Ok. Masih nyambung....

Sampai ni tinggal pak Lurah doang, yang lain udah izin pulang duluan, termasuk Om Bay si Ayah Yasmin itu.

Pak Lurahnya ini masih muda ternyata, 36 tahun kata Beliau. Dari Name tag aku bisa tau namanya Ibnu.

Karena cuma tinggal kita berdua, aku yang mulai licik giring obrolan soal Jiel. Pengen aja aku ngorek-ngorek informasi soal gimana Jiel didesa ini.
Kenapa dia yang jarang kesini, segitunya disayangi sama warga.

Untungnya Pak Lurah ni kooperatif, dijelasin gamblang sama beliau....

"Mas Jiel itu udah seperti Pahlawan di desa ini, dari yang saya dengar, Kakeknya dulu juga Lurah disini atas permintaan warga. Setelah Beliau meninggal, Ibu dan Neneknya Mas Jiel pindah tapi beberapa asetnya masih tetap dipertahankan disini"

Aaaaaa, yang ini aku udah denger....

"Dulu Mama dan Utinya Jiel masih sering datang Pak?" tanyaku.

"Sepertinya iya, karena beliau punya lahan teh yang diurus sama keluarga pak Bay, yang tadi itu lho"

"Oooh ya.... Paham. Terus kenapa Jiel seperti Pahlawan? Saya belum pernah dengar soal itu"

"Itu karena beberapa tahun lalu Mas Jiel menyelamatkan para petani teh disini"

"Kenapa Pak?" kaget dong aku...

"Sepesifik nya saya kurang paham, karena pada waktu itu saya belum menjabat. Yang sangat paham ya Pak Bay tadi"

"......."

"Yang saya tau, dulu sempat ada masalah tentang lahan dan Mas Jiel yang bantu menyelesaikan. Mas Jiel sekarang adalah pemilik dari sebagian besar tanah kebun Teh ini. Juga pemilik Pabrik yang digunakan untuk mengelola hasil perkebunan. Hampir semua penduduk di desa ini menggantungkan kehidupan mereka dari kebun Teh dan Pabrik"

Hah? Gimana??

Aku pikir tu bocah beneran cuma anak keturunan dusun sini, gak sampai lho mikir dia punya tanah seluas kebun teh. Kebun teh yang aku liat tadi pagi, yang aku bilang kayak bronis matcha diiris-iris kalau diliat dari atas bukit.

Jiel? Dia pemiliknya?

"Pertemuan dengan warga yang tadi, sebelum Mas Andra dateng, itu juga menjembatani antara Mas Jiel sama Warga. Membicarakan soal pabrik. Karena Mas Andra pengusaha, jadi pasti sudah paham soal itu kan?" tambah Pak Lurah

Aku mengangguk, sebenernya pengen tau lebih banyak, pabriknya dimana, siapa yang mengelola, tapi sungkan juga kalau nanyanya nyecer banget ke Pak Lurah, padahal aku juga gak yakin kalau nanya ke Jiel bakal dijelasin gamblang atau gak.

KENANDRA ✅Where stories live. Discover now