59. Papi

2.2K 270 34
                                    







Pulang dari Rumah Kara, aku ngajakin Jiel mampir ke Kafe dulu. Aku udah terlanjur janjian sama Princess Kay soalnya, mau kasih oleh-oleh.

Kali ini Jiel yang nyetir, dia gak bolehin Aku nyetir karena dia berpikir Aku capek. Yaudah turutin aja.

Ragu-ragu Aku pengen bahas soal Shanum. Aku takut kalau justru ini hanya perasaanku yang berlebihan aja. Tapi sumpah, masih muter aja diotak gak mau ngilang.

Daripada rasa cemburu atau takut Jiel jatuh cinta sama Shanum, perasaanku ini jauh lebih dari itu. Aku hanya merasa ada yang disembunyikan Jiel tentang Shanum yang berhak Aku tau. Itu aja, Aku gak sampai curiga kearah yang merusak kepercayaaku sama Jiel.

Salahkan nyaliku karena bahkan sampai kita udah parkir di Kafe, Aku masih belum berani membuka obrolan tentang Shanum.

Skip dulu tentang Shanum, ada hal yang lebih urgent: Itu ngapain bapak tua ada di Kafe? kebetulan atau memang akalannya Papi, yang jelas sekarang Papi ada di Kafe bersama kak Rachel dan bahkan Yasmin, duduk satu meja.

Kog ada Yasmin??

"Hallo anak muda.... " pandangan Papi kearah Jiel, itu artinya yang disapa juga Jiel.

Jiel sama terkejutnya kayak aku, beberapa detik kita saling liat-liatan dan hanya mematung. Sama bingungnya kita berdua.

"Kak El..... " untungnya teriakan Kay menolong kikuknya kita.

"Hai princess.. " Sapa El ke Kay. Setelahnya dia gandeng Kay ke arah Papi.

"Selamat sore Pak... " Jiel memberi salam ke Papi, mencium tangan Papi seperti biasa.

Reaksi Papi diluar dugaan "panggil saya Papi dong. Bukanya kamu memanggil Maminya Andra dengan Mami juga??"

Jiel anak yang cukup berprinsip, dia gak dengan mudah meng-iyakan mau orang lain kalau dianya gak merasa nyaman, bahkan kepada sekelas Papi.

Kita ambil duduk ditable yang sama, Kak Rachel dan Jiel nganterin Kay dulu ke belakang biar sama Mbak Ami dulu.

"Kenapa ada Yasmin disini?" Aku langsung ambil alih pembicaraan setelah Jiel dan Kak Rachel balik.

"Saya diminta datang kesini oleh Papi sendiri Kak.. " terang Yasmin.

Ada yang aneh, bahkan Jiel saja menolak memanggilnya Papi, tapi Yasmin seperti sudah fasih melakukannya.

"Ah iya Papi sengaja minta bertemu dengannya, Papi terkesan sama dia pas di Jepang kemaren.. " terang Papi lagi.

Aku dan Jiel sama-sama jengah, pun dengan Kak Rachel. Hal bodoh macam apa ini tentang Yasmin dan Papi.

Kak Rachel bisikin ke Aku "kan kakak bilang juga apa, sekali pandang doang tu bocah udah keliatan suka sama kamu. Noh, Papi nyadarin. Abis ini drama lagi kayaknya"

Shiit, Aku muak dengan ini!!

"Yasmin boleh pergi, terimakasih sudah bersedia menemui Papi ya nak. Sekarang Papi mau bicara dengan mereka bertiga"

Tolonglah, akan ada drama apalagi ini,...

Yasmin pamitan sama kita, dia pulang duluan setelah Papi memintanya pergi. Wajah Jiel terlihat sangat waspada, Aku gak bisa melakukan apapun kecuali hanya mengang tangan dia.

"Liatlah Yasmin, dia sangat mirip denganmu ya El? Apa kalian ada hubungan darah? Yasmin cerita kalau kalian masih kerabat" lanjut Papi tanpa menunggu kita bertiga lebih tenang.

"Jangan sentuh orang-orang saya!! Saya peringatkan anda!!"

Aku dan kak Rachel sama sama tercekat karena yang bicara seperti itu adalah Jiel. Kita yang dimeja ini gak ada yang menyangka.

Respon Papi justru ketawa terbahak-bahak, siapapun tau itu sarcas.

"Tenanglah anak muda, saya belum melakukan apapun"

Dan sekali lagi respon Jiel diluar ekspektasi kita:

"Belum bukan berarti tidak kan?? Saya sudah bisa mencium rencana anda dari sekarang"

Aku dan kak Rachel gak ada yang mencegah Jiel. Tangan kita bertiga saling berpegangan dibawah meja. Bukan karena takut, tapi justru kita sama sama mencoba meredakan emosi satu sama lain.

Gak ada yang menghormati orangtua di depan kami sekarang. Auranya memang penguasa tapi tolonglah dia sangat kekanakan.

"Baiklah.. Baiklah... Anak muda jaman sekarang memang lebih suka to the point"

"Apa mau Papi??" Aku mulai tersulut emosi juga.

"Papi mau pernikahanmu, hanya itu. Tidak dengan laki-laki, perempuan Ndra.. Papi mau menantu perempuan"

Aku mengeratkan genggaman tanganku ke Jiel, sungguh gak tega dia harus mendengar kata-kata kotor itu dari Papi, didepan matanya sendiri.

"Ayolah, kalian masih bisa bersama. Kita hanya perlu mencari perempuan yang mau menikah dan melahirkan anakmu! Itu saja!" Ide ugal-ugalan apa lagi itu!!!

"Maksud anda Yasmin bisa melakukannya??" Skak dari Jiel.

"Kenapa Enggak, dia mencintai Andra. Kita bisa manfaatkan itu, iyakan??"

"Stop Pi, Papi ini kumat apa gimana? Aku pikir Papi sudah paham keputusanku. Aku sudah melakukan banyak hal tentang itu"

"Tidak boleh dengan orangku!!!" Tegas Jiel dengan suara keras. Aku, Papi dan kak Rachel melihat kearah yang sama. Jiel.

"Pernikahan Kak Andra, itu hak Anda untuk meminta. Saya tidak ada kapasitas apapun untuk meyakinkan anda. Tapi Saya peringatkan, tidak dengan orang Saya! Tidak Kak Rachel ataupun Yasmin. Saya tegaskan tentang itu! "

"El,..." Aku dan Kak Rachel merespon barengan

"Saya akan melindungi orang orang yang Saya sayangi, silahkan cari perempuan lain siapapun itu kalau memang pernikahan Kak Andra segitu pentingnya untuk anda. Tapi sekali lagi Saya tidak akan membiarkan anda menyakiti orang yang saya sayangi"

"El, cukup!" Aku yang memotong Jiel, Aku hanya gak pikir seharusnya kata itu keluar dari mulutnya.

"Bagaimana kalau Yasmin setuju? Bagaimana kalau Yasmin dengan sukarela menyerahkan diri untuk kalian? Bukankah itu anugrah??" Papi masih lanjut.

"Kalau Yasmin melakukan itu, berarti dia bukan orangku lagi. Dan satu hal lagi Pak, orang terpenting bagi anda adalah Kenandra Rumi. Dan sayangnya dia berada digenggaman Saya, jadi pikirkan sekali lagi apa yang akan anda lakukan kepada saya karena jika saya mau, saya juga bisa menghancurkan orang yang paling penting untuk anda"

Jiel menggandeng Kak Rachel pergi, dia juga memanggil Kay sama mbak Ami.

"Biar Jiel anter Kak Rachel pulang kerumah dulu. Kakak bicaralah sama Papinya, nanti tolong susul Jiel di rumah Kak Rachel ya... " pelan dan lembut caranya bicara dan aku setujui.

Setelah Jiel pergi, aku lanjut bicara sama Papi.

"Pi... Bersikap dewasalah. Ini bukan sesuatu yang bisa Papi paksakan terus menerus ke Andra Pih... "

"Papi suka Jiel, sangat suka! Dewasanya, cara dia melindungi kalian, Papi suka. Sorot tegas Matanya Papi juga suka. Papi paham kenapa kamu tidak bisa melepaskan dia, sayangnya dia laki-laki yang tidak punya rahim. Hanya itu"

"Pi, tolong biarkan kami saling menjaga satu sama lain"

"Bisa. Bahkan dengan kalian sama-sama menikah, kalian masih bisa bersama.

Aku gak sanggup bicara sama Papi,

Jengah!!

KENANDRA ✅Where stories live. Discover now