49. Pulang

2.2K 373 20
                                    





Vote, thanks...

🐣


Cuma ada aku dan nenek calon bayi yang menunggu didepan ruang operasi. Tadi memang ada bidan puskesmas yang ikut mengawal kita tapi setelah semua ditangani, beliau segera ijin balik ke puskesmas, kebetulan beliau bisa bawa mobil jadi sekalian bawa pulang mobil pinjaman kami.
Kita kan gak tau bagaimana kebutuhan orang lain, pertolongan dari Pak Santo sudah sangat membantu.

Memalukan, karena aku bahkan belum bisa mengganti biaya bensinnya.

Aku yang mengurus semua prosedur administrasi, nenek calon bayi mengijinkan aku untuk mengambil alih tanggung jawab ini. Kondisi beliau lebih shock daripada aku. Hanya diam menangis tanpa bicara setelah anaknya dinyatakan harus operasi.

Bagaimana aku menyebutnya, memang banyak pertanyaan tapi saat ini semua itu gak lagi penting, aku gak mau tau lebih jauh.

Pas sesuai waktu yang tadi diinformasikan, setidaknya butuh waktu 50menit dan benar perwakilan dokter sudah keluar ruang operasi.

"Keluarga ibu Andarini..... "

"Kami dokter" sahutku sambil memapah nenek calon bayi untuk berdiri, beliau sangat lemah.

"Kami informasikan, ibu dan bayinya berhasil kami tangani dengan Baik. Selamat ya Pak, Bu, bayinya laki-laki"

Kelegaan luar biasa yang aku rasain, padahal aku gak kenal siapa yang melahirkan tapi rasanya sangat menyenangkan bisa ikut andil menyambut penghuni baru di bumi ini.

"Ibunya sedang dalam pemulihan, kondisinya sangat baik. Dan bayinya sekarang butuh penanganan lebih karena..... Blah...blah...blah" kupingku udah gak bisa menyerap apapun yang dikatakan dokter dan menyampaikan ke otakku. Seketika buntu aja gitu... Blank!

"Lakukan yang terbaik dokter, biayanya akan saya tanggung... " tegas! Gak usah banyak drama, aku terlalu sumpek dengan ini itu. Aku cuma mau ibu dan bayinya selamat. Titik!!

Setelahnya aku diminta mengikuti suster untuk mengurus administrasi prosedur tambahan.

Aku ingat betul, aku gak bawa uang sepeserpun sekarang. Tapi bodo amat, itu urusan nanti.

Ketika aku tinggalin tadi, nenek bayi keliatan sangat shock... Hanya bisa menangis. Padahal anak dan cucunya sudah selamat tapi beliau tak berhenti nangis. Beda dengan betapa beliau semangatnya meminta bantuanku tadi tapi sekarang tampak lemas pasrah gak tau mau berbuat apa. Sayang sekali, gak ada satupun yang membantu menenangkan beliau, entah kemana para kerabatnya. Aku hanya sebisaku membantu...

Dan biaya rumah sakit sudah pasti akan memberatkan beliau kan, Aku gak tega. Apalagi sebelumnya beliau bilang Jiel janji akan membantunya. Jiel pasti punya alasan kenapa berjanji begitu, sudah pasti nenek, ibu dan bayinya seharusnya menerima bantuan.

"Sus maaf, apa saya bisa meminjam hape atau komputer? Saya butuh buka medsos saya, saya sekarang tidak bawa apapun"

"Mau log in kemana mas? " untungnya susternya baik banget langsung keluarin hapenya, mau bantu.

"Instagram sus, saya mau menghubungi sekretaris saya"

Tolong dimengerti, gimanapun aku pertimbangkan, menghubungi Jiel bukan yang seharusnya aku lakuin sekarang. Dia lagi main dan aku gak mau ganggu dia. Aku bahkan juga gak ada titip pesan ke bu bidan yang sudah balik duluan ke desa. Intinya aku gak mau ganggu dia dulu...

Aku hafal nomer hape keluargaku, termasuk Jiel tapi pilihanku tetap menghubungi Devi saja walaupun aku gak hafal nomernya. DM aja ke akun instagram nya dan minta dia transfer uang ke rekening Rumah sakit.

Rencanaku, aku mau melunasi semua tagihan, memastikan semuanya aman, baru setelahnya aku pulang dan memberitahu Jiel di rumah ketika semua udah beres.

Jiel-ku Pasti bertanya-tanya kenapa aku gak bisa dihubungi, kasian dia pasti kebingungan.

Tapi....

Belum sampai aku Log in ke akunku...

"Kaaak... " suara Jiel dari arah belakangku. Agak gak yakin tapi mau sejuta umat yang bilang itu bukan suara Jiel, aku masih sangat yakin kalau itu jelas Jiel-ku..

Dan...

Jiel membalikkan badanku dan Langsung memelukku erat, sangat erat. Aku gak bisa buru-buru membalasnya karena aku tau ada beberapa orang yang datang bersama Jiel: Cak ukid, istrinya dan Yasmin.

"Kog udah disini hhmm? Mainnya gimana??"

"...... " gak dijawab.

"Kita cari duduk dulu yuk, kita bicara.. " aku lepasin pelukan Jiel dan gandeng dia ke arah tempat duduk setelah ngembaliin hape yang gak jadi aku pinjam ke suster. Tapi Jiel langsung minta nyamperin nenek Bayi -yang baru aku tau namanya Bu Ramtini-.

Yaudah, aku bawa mereka nemuin bu Ramtini yang masih nunggu di dekat ruang Operasi. Tadi beliau aku tinggal disitu karena masih menunggu proses Ibu bayi dibawa ke bangsal.

Aku bawa Jiel duduk sedikit menjauh sementara yang lainnya masih sibuk bertanya ke Bu Ramtini.

"Kog tau kakak disini? Tadi udah pulang kerumah? "

Jiel gak jawab, justru malah makein Aku jam tangan yang dia ambil dari waistbag, jam tanganku yang tadi Aku tinggalin sebagai jaminan buat Pak Santo.

Aaah paham, Jiel pasti sudah tau semuanya, entah gimana caranya. Itu gak penting sekarang, dia sudah disini.

"Dek, tadi kakak belum nuker uang bensinnya Pak Santo, yang mobilnya kakak pinjem tadi"

"...... "

"Administrasi puskesmas gimana? Kakak juga belum urus"

"...... "

"Mobil pick Up nya gimana? Nenek bayi gak jelasin punya siapa itu? Mobilnya masih di puskesmas?"

Tapi Jiel diem aja gak ada jawab, justru dia menunduk dan mainin jari-jari tanganku, bahkan sekarang kita sudah bertautan tangan sekarang. Dia menggenggam tanganku tanpa ragu.

Aku berusaha menghindari, bukan risih tapi aku mau Jaga nama Jiel. Takutnya diliatin orang kan? Ini adalah hal yang harus kita jaga sesuai kesepakatan awal kita sampai desa. Jiel mungkin sedang lupa, tapi aku kan enggak.

"Kita pulang yuk kak... " katanya dengan suara bergetar, pelan-pelan berani menatap mataku dengan sendu. aku baru sadar kalau dia menahan tangis..

"Hei.. Are you Oke? Kog jadi Adek yang mau mewek?"

"Kita pulang yaaaa.... " kalimat yang sama ditambah menyenderkan kepalanya dibahuku.

"Iya, iya, kita pulang.... Adek bawa hape kan? Kita bayar Rumah sakit dulu terus kita pulang ya... Ibu dan Bayinya udah selamat kog. Yuk kita urus administrasi dulu"

"Kita pulang ke rumah kita, ke apartment bukan ke rumah kayu... "

Lah, dadakan amat minta balik ke kota.

"El.. Kamu ini kenapa? Kog mendadak minta pulang?"

Dan tangisnya pecah! Buset, diliat banyak orang ini lhooo. Yakali juragan tanah nangis begini.... Gemez tapi ya gak dilihat banyak orang juga...

"Ssssssttt..... Banyak yang liat lho, cup dulu. Cerita kenapa?" Aku berusaha nenangin dia,

"Maafin Jiel kaaak, Jiel ninggalin kakak. Jiel bikin kakak ngadepin semua ini sendirian, Jiel jahaaat. Jiel mau pulang kaaaak, Jiel gak mau kakak susah"

Malah makin kenceng nangisnya....

Bayik tetaplah bayik....

Aku yang kenapa, malah dianya yang nangis..

.
.
.
.

❤❤❤❤












KENANDRA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang