54. kita Partner

2.3K 318 17
                                    






Vote, thanks

🍁

............


"Jasmine anak baru, kenapa dia yang mewakili divisi produksi?"

Aaah, Jasmine itu namanya Yasmin sesuai id card. Dulu dia pernah nyolot menegaskan kalau nama dia Yasmin bukan Jasmine. Ternyata memang Jasmine, sangat sangat sesuai dengan kebun teh.

"Divisi produksi sedang banyak deadline Pak, mereka sudah ada jadwal sebelumnya. Ada dua nama yang diberikan tapi maaf menurut saya Jasmine lebih unggul dan dia pintar berbahasa Jepang" jelas Gadis.

Ingat kan, Yasmin adalah pengganti Gadis, jadi mereka kenal secara personal karena masih ada keterkaitan dalam beberapa pekerjaan yang sebelumnya diampu Gadis dan kemudian diserahkan ke Yasmin.

Yaudah sih, gak usah diambil pusing. Toh Yasmin direkomendasikan atas divisi nya, berarti dia mampu. Rasanya egois kalau aku menolak, itu sama aja dengan mematahkan sayapnya hanya karena aku gak mau merasa canggung. Ini justru lebih mengingatkanku betapa miripnya Yasmin dengan Jiel, dia memang pantas untuk diperhitungkan.

Oke, fix. Rencana ke Jepang udah beres.

Karena udah waktunya pulang, Aku ajakin Jiel pulang walaupun bocahnya makin sibuk otak atik berkas gak kelar kelar, kasian sih karena emang dadakan jadi dianya harus ngebut banget.

Tadi dia request pengen makan malamnya dimasakin baby buncis sama udang goreng, jadi sebelum pulang kita mampir dulu ke supermarket soalnya bahan makanan kita udah banyak yang habis. Belanja dulu, Setelah itu kita masak dirumah.

Aneh, Jiel gak sesemangat biasanya kalau ke supermarket, dia jadi gak banyak bicara, kayak mikir sesuatu gitu. kupikir karena tadi kecapean ngebut mempelajari file, kadang dia gitu kalau belum plong masih nempel banget dipikiran kayak ngawang gitu. tapi makin aku perhatikan lagi kayaknya enggak, bukan karena tumpukan berkas di meja.

Kalau sekedar capek karena berkas sih, dia harusnya udah balik semangat pas liat jajanan di supermarket. Tapi kali ini enggak, masih gak ada semangatnya, ngawang banget mikirin sesuatu. Gak ada minat ngambilin ini itu.

Bahkan sepanjang jalan pulang kita ke apart, dia masih setia dengan wajah mikirnya. Sebungkus lays ditangannya juga gak banyak disuapin ke mulutnya. Kalau di tanya sih nyaut, tapi pendek-pendek doang. Beneran mikir deh ini bocah.

Pas udah sampe parkiran apart, aku tahan dia jangan turun dulu. Harus secepetnya dilurusin soalnya..

"Sayang, kenapa hhmm? Ada yang dipikirin?"

Langsung bales tatapanku, tapi masih diem.

"Ada yang dibingungin soal file buat ke Jepang tadi? Kalau adek gak ngerti ya jangan dipaksain, kan bukan tanggung jawab kamu El"

"Kaaaak.... " membenarkan posisi, sama ngambil tanganku, ditempelin di pipi nya setelah dicium beberapa kali.

Deg-deg'an akunya, mulai ada firasat aneh.

"Iyaaaa, kenapa?"

"Kayaknya Jiel gak usah ikut ke Jepang deh"
Kaaan, firasat bener.

"Kenapa? Kan kita tadi udah sepakat. boleh kakak tau alesannya dulu kenapa Adek jadi berubah pikiran"

"Kita bagi tugas aja, maunya Jiel gitu"

"Yakin? Bukan karena yang lain?" Kecurigaanku karena Yasmin ikut dalam team ini.

"Sebenernya kaaan..... "

"Yasmin kan? Sayang, kan kita juga udah sepakat gak mau nutupin lagi. Kita berdua udah siap kan kalau Yasmin tau?"

KENANDRA ✅Where stories live. Discover now